Bagaimana sebaiknya memulai cerita ini?
Haruskah kita berkenalan?
"Karena manusia adalah makhluk sosial, akan jauh lebih baik jika kita mengenal satu sama lain" - Ryan
Oke, kalo menurut Avil?
"Ga" - Avilia
Karena judul ceritanya 'Avilia' kita turuti kemauannya aja.
***
Avilia tidak habis fikir dengan apa yang telah terjadi pada dirinya. Dia sendiri tidak mengerti bagaimana dia bisa jatuh cinta kepada Ryan. Yang membuatnya makin tidak masuk akal adalah, alasan Avilia jatuh cinta.
Kejadian itu terjadi pada bulan lalu. Tepatnya saat Avilia tiba-tiba mimisan saat belajar di perpustakaan. Tangannya bergerak acak berusaha menggapai sesuatu untuk bisa menahan darah dari hidungnya.
Tetapi tanpa di sangka, seseorang memberikan sebuah sapu tangan kepadanya untuk membantu membersihkan bekas darah yang keluar dari hidungnya.
Saat mimisannya sudah berhenti, Avil meluruskan pandangan, berusaha mencari tahu siapa yang baru saja membantunya.
Bukan.
Orang itu bukan Ryan, melainkan salah satu teman dekat lelaki itu, Beni.
Avilia mendengus malas.
Kenapa harus seorang lelaki yang menolongnya? Bukan dia benci atau pun trauma dengan yang namanya lelaki, tapi alasan mengapa dia belajar diam-diam di perpustakaan adalah mereka. Lebih tepatnya lelaki dengan jutaan modus untuk mendekatinya.
Mungkin yang di depannya ini adalah salah satu dari mereka, terbukti dengan cara nya menatap Avil penuh dengan tatapan memuja.
Belum sempat mengabaikan lelaki yang tadi menolongnya, tiba tiba spesies yang sama datang dari arah belakang lelaki yang masih menatap ke arahnya itu.
"Ben, tumben lo ke sini. Kesambet hantu ambis lo?"
Avil yang masih menahan hidung nya dengan sapu tangan itu, melirik malas ke arah lelaki yang baru datang.
Mata mereka bertemu.
Ketika Avil ingin mengalihkan pandangan, lelaki itu menampilkan ekspresi wajah terkejut, matanya melebar melihat Avilia.
"Eh anjir darah! Lo mimisan ya?" Tanya lelaki itu.
Avil mengernyit, kemudian membaca name tag lelaki kedua yang baru datang itu, Ryan Alvaro.
Namanya sangat tidak asing.
"Kayaknya lo kecapean deh, mending istirahat sekarang" Lelaki yang Avil ketahui bernama Ryan itu, kembali berucap.
Avil lagi-lagi meneliti ekspresi wajah Ryan. Ia menemukan kekhawatiran murni, bukan semata-mata untuk modus seperti lelaki yang sudah-sudah.
Merasa tidak di pedulikan oleh lawan bicaranya, lelaki itu, Ryan, memilih pamit untuk pergi dari perpustakaan sambil menggiring atau lebih tepatnya menarik paksa Beni yang masih menatap lekat ke arah Avil.
"Eumm, kita pergi dulu ya"
Avil seperti biasa hanya menatap malas. Tetapi, kata-kata selanjutnya dari lelaki itu membuat dia seketika membeku di tempat.
"Cepat sembuh, hehe"
Kata kata nya sangat sederhana, hanya saja senyuman hangat Ryan yang mengiringi kata-kata itu membuat jantung Avil berdetak tidak karuan. Seketika dia merasakan perasaan aneh, yang tanpa ragu ia sebut dengan rasa suka.
Iya, Avil menyukai Ryan hanya karna kejadian yang sangat sederhana itu.
Have a sweetday~♥~
KAMU SEDANG MEMBACA
AVILIA
Teen FictionApa jadinya jika seorang gadis dengan sifat cuek dan dingin seperti Avilia Aldis tiba-tiba jatuh cinta setengah mati kepada seorang lelaki dengan sifat yang jauh berbeda dengannya. Dia Ryan Alfaro, lelaki dengan keramahan dan kehangatannya, yang mem...