04. positif?

2.1K 193 23
                                    

°°°°

2 minggu kemudian..

Krist berdiri di depan meja rias. Sambil sesekali dia menyisir rambut dan menyemprotkan parfum ke seragamnya. Dia benar benar sudah siap untuk pergi ke sekolah.

Krist mencium wangi bajunya sekali lagi, tapi wajahnya langsung mesem mesem sendiri.

"Cih, wangi apa ini? Membuat pusing saja!" Ujar Krist kesal sambil menutup kasar botol parfumnya. Padahal itu adalah parfum favorit Krist. Dia sudah menggunakan parfum itu selama kurang lebih 3 tahun, masa baru sekarang dia protes akan baunya?

Krist berjalan turun kebawah. Tepat diujung tangga, dia melihat maminya sedang sarapan sendiri. Krist pun menghampirinya.

"Morning, dear" sapa Valen ketika melihat putra semata wayangnya menggeser kursi.

"Morning" balas Krist seperti biasa. Krist menoleh ke kanan kiri, mencoba mencari keberadaan papinya, tetapi nihil. "Papi kemana, mi?"

"Papi pergi sejak tadi. Dia ada pertemuan dengan dokter dari Rusia" jawab Valen sambil menuangkan segelas susu untuk krist.

Krist hanya mengangguk paham. Sudah biasa papinya memiliki pertemuan pertemuan dengan dokter dari berbagai negara. Papi Krist memang orang yang hebat. Dia adalah kepala rumah sakit ternama di kota Bangkok. Dia juga memiliki beberapa cabang praktek dokter di beberapa wilayah. Meski demikian, Krist sama sekali tidak berminat untuk mengikuti jejak Dim, papinya.

Krist mulai menyantap roti dan susu yang telah disediakan. Awalnya dia makan dengan normal, tidak ada yang aneh sama sekali. Hingga rotinya baru habis separuh, tiba tiba perut krist terasa bergejolak.

"Uwekk, uwekk" Krist sontak menutup mulutnya dengan tangan.

Valen yang melihat itu, langsung berdiri untuk menghampiri Krist. "kit, kenapa nak?" Tanya Valen panik.

Krist tidak menjawab. Tangannya memberi kode agar Valen membiarkannya untuk pergi. Valen mengiyakan. Krist langsung bergegas ke kamar mandi. Dia memuntahkan semua isi perutnya yang sedari tadi dia tahan. Kepalanya pusing, ditambah perutnya yang terasa tidak habis habis ingin mengeluarkan semuanya.

Akhirnya Krist bisa berhenti. Tapi tubuhnya amat lemas. Bahkan Krist harus berpegangan pada badan wastafel untuk menopang berat tubuhnya. Baru pertama kali ini Krist muntah sampai harus mengeluarkan air mata. Benar benar menyiksa sekali.

"Kit, kit tidak apa apa?" Tanya Valen ketika melihat Krist kembali dari kamar mandi.

Krist mengangguk. Tapi Valen bisa melihat dari raut wajah Krist yang begitu pucat. Krist sedang tidak baik baik saja.

"Kit, hari ini kamu izin sekolah saja ya? Nanti mami panggilkan dokter" Valen mencoba membujuk Krist. Dia tidak tega jika Krist harus pergi sekolah dengan keadaan seperti ini. Valen curiga kalau Krist keracunan makanan. Makanya dia akan menyuruh Krist istirahat dan memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya.

Krist menggeleng, "tidak, mi. Kit sudah tidak apa apa. Kit berangkat na" ujar Krist sembari mengambil tas nya diatas meja makan.

Valen hanya terdiam membiarkan Krist untuk berangkat sekolah. Sebagai seorang ibu, dia sangat tau karakter putranya yang jelas keras kepala. Mau dibujuk seperti apapun, jika sudah maunya ya maunya. Begitulah Krist.

Be Parents [SingtoxKrist] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang