17. siuman

1.3K 166 44
                                    

°°°°

Sudah satu minggu Krist tak sadarkan diri. Singto sangat frustasi menghadapi ini. Setiap harinya singto tak berhenti berdoa demi kesembuhan krist. Begitu juga off dan Tay.

Di tengah kepusingan tersebut, dalam hati singto juga memikirkan tentang biaya rumah sakit yang pasti akan sangat besar. Singto memang sudah menabung untuk proses persalinan Krist. Tapi ia tidak yakin jika itu cukup mengingat Krist harus melakukan operasi Cesar dirumah sakit besar seperti ini. Tapi singto bisa memikirkan itu nanti. Yang terutama sekarang adalah, Krist harus segera pulih.

Singto masuk ke ruang rawat Krist. Dirinya masih terlelap meskipun tak harus lagi mengenakan tabung oksigen.

Singto berjalan masuk sambil mendorong sebuah box kecil berisi bayi. Itu anak singto dan Krist. Sejak melahirkan, Krist tak pernah melihat baby. Jadi sekarang singto membawanya kemari agar baby juga bisa merasakan kehadiran malaikatnya.

Singto menghampiri Krist, lalu meletakan box bayi tepat disebelah kanan kasur Krist. Baby masih terlelap tidur, begitu juga krist. Keduanya begitu mirip, dengan kulit putih, hidung mancung, serta pipi yang chubby. Jika dibilang Krist lebih dominan, sebenarnya tidak juga. Karena memang sepertinya tak ada sedikitpun gen singto yang masuk dalam tubuh baby. Semuanya persis Krist. Atau mungkin ada, hanya saja belum terlihat.

"Kit, lihatlah baby. Dia ada disebelahmu sekarang" ujar singto.

"Bukankah sejak dulu kit selalu tidak sabar untuk melihat baby? Sekarang dia sudah ada disini. Dia mirip seperti kit" lanjut singto. Matanya sudah berkaca kaca, tetapi ia masih berusaha tersenyum untuk menghibur hatinya. Sekarang singto sudah jadi seorang ayah, ia tidak boleh terlihat cengeng di depan anaknya.

Sedari tadi singto berbicara sendiri. Ia merasa bahwa Krist tengah mendengarkannya, dan itu semakin membuat hati singto nyaman. Singto iseng, lalu mengusap usap pipi gembul baby. Saking gemasnya, singto sampai tak sengaja mencubitnya, membuat baby yang tengah tertidur jadi kaget dan mulai bergerak gerak gusar.

Singto langsung panik. Sumpah ia tak sengaja. Kenapa baby jadi bangun begini? Sang bayi makin terusik. Mulutnya sudah terbuka memberi aba aba untuk menangis. Dan benar saja, dalam waktu tak lama, tangisan baby pecah memenuhi satu ruangan.

"Baby, jangan menangis nak.. ayah tidak sengaja" ujar singto memelas sambil mem-puk puk pelan paha baby. Tapi bayi mungil itu tidak mengindahkan, dia masih terus menangis sambil meninjukan tangannya ke sembarang arah guna meminta pertanggungjawaban pada orang yang telah mengganggu mimpi indahnya.

Melihat baby yang tak kunjung diam, singto jadi semakin panik hingga rasanya juga ingin menangis. Biasanya ia selalu dibantu off dan tay, tapi sekarang mereka sedang pulang sebentar ke rumahnya.

Akhirnya dengan sangat hati hati, singto mulai mengangkat leher baby. Diangkat tubuh mungilnya perlahan lahan hingga sekarang tepat berada dalam dekapan singto. Tangan singto begitu kaku saat menggendongnya, singto sangat khawatir baby akan kecengklak jika digendong seperti ini. Tapi singto tak menyerah. Ia mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya pelan sambil sedikit mem-puk puk pantat si bayi.

"Sstt baby jangan menangis, sayang.. ayah dan mommy ada disini, cup cup cup" singto masih gigih dan perlahan menyamankan posisi gendongan baby. Baby yang mulai merasakan kehangatan dari pelukan sang ayah, akhirnya merendahkan suara, rendah, rendah, dan kembali tertidur. Singto jadi lega. Ia pun meletakan baby di dalam box bayi lagi lalu menyelimutinya.

Singto menarik napas dalam dalam, lalu membuangnya pelan. Terus begitu sampai 3 kali. Karena sudah lelah terjaga semalaman, akhirnya singto menidurkan kepalanya disamping lengan Krist. Beberapa menit kemudian, ketika mata singto sudah sayu sayu, singto merasakan ada sebuah belaian yang mengusap kepalanya. Singto yang setengah sadar, awalnya tidak mempermasalahkan itu. Lho? T-tapi kan?! Mata singto langsung terbuka cepat.

Be Parents [SingtoxKrist] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang