Prolog

7 1 0
                                    

Sekelebat bayangan terlintas di hadapannya, Gea wanita itu mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan siapa di hadapannya.

Ia sosok yang sangat Gea rindukan, pelukan hangat selalu Gea dapatkan. Tapi itu dulu sebelum semuanya terjadi.

"Bundaa..." wanita itu mendekat, hingga tangannya hendak meraih tubuh ibundanya yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Jangan tinggalin Gege sendiri bun" Gea masih berusaha meraih tangan bundanya yang kian menjauh.

"Gea masih butuh bunda" tangannya tak sempat meraih tangan bundanya, kemudian...

Lenyap... Gelap... Hampa...

Kriingg... Kringgg...

Gea terbangun dari tidurnya, tangannya segera meraih alarm dan megelap peluh yang membasahi dahi hingga lehernya. Benar tadi hanya mimpi.

Segera Gea beranjak dari tempat tidurnya, memulai aktivitas pagi yang membuat dirinya lupa akan kesedihannya, walau sejenak.

Nasi dengan sayur kemarin yang ada di hadapannya saat ini, untuk sarapan tentunya. Gea tersenyum melihat makanan di hadapannya. Ia sangat bersyukur bisa makan walau makanan ini sisa kemarin.

Sepasang sepatu putih bertali yang tampak usang menemani Gea pergi ke sekolah, teman lamanya yang sangat tau kemanapun Gea pergi. SMA Cempaka, ya itulah sekolah Gea sekarang.

Gea terus berjalan, menikmati udara yang masih segar berembus menimpa rambutnya.

"Eh mbak Gea, udah sarapan belum?" Dia Bi Sarah, penghuni rumah yang selalu Gea lewati saat pergi ke sekolahnya.

"Udah ko bi" jawabnya dengan tersenyum ramah.

"Loh udah bibi bawain susu kesukaan mbak Gea ini" tanga Bi Sarah terulur memberikan sekotak susu strawberry kesukaan Gea.

"Makasih ya bi"

Gea memang sudah Bi Sarah anggap sebagai anaknya sendiri, ia pun juga tak memiliki anak makanya ia sangat menyayangi Gea.

"Semangat ke sekolahnya" kata Bi Sarah yang dijawab anggukan mantap dari Gea.

Suara deru motor membuat siapa saja seketika menepi, siapa lagi kalau bukan Revan Sanjaya Mahendra, biang masalah yang ditakuti seluruh angkatan.

"Permisi, cogan mau lewat" teriak Nico dengan mengklakson sangat nyaring agar semua segera menepi. Sedangkan Alvito melambaikan satu tangannya bak artis di hadapan penggemarnya.

Gea tak pernah mendapat masalah di sekolahnya, dimana ia tak banyak dikenal oleh murid sekolah. Tujuannya di sekolah hanya satu, menuntut ilmu dan membuktikan kepada seseorang bahwa dia bisa tanpanya.

Tepukan di bahunya membuat Gea menolehkan kepala, ia sangat kenal siapa. "Raya, tumben lo pagi, biasanya mepet mulu"

"Biasa Ge mau ketemu ama abang Rian dulu" senyum Raya melebar saat pacarnya Rian dari jauh sudah melambaikan tangan.

"Gua duluan ya Ge" segera Raya berlari ke arah Rian yang sudah merentangkan tangan menyambut ratunya.

"Awas lu telat masuk kelas, ngapel mulu" teriak Gea yang tidak didengar oleh Raya, biasa kalau orang ngebucin dunia serasa milik berdua.

Siapa sih yang tidak mengenal pasangan Raya Rian di sekolah ini, Rian yang dikenal sangat bucin membuatnya cukup populer di kalangan SMA Cempaka. Ntah siapa yang memakai susuk dan pelet.

"Pagi ge, ntar istirahat pertama ngumpul ekstra ya" kata Radit, ketua PMR yang sangat Gea kagumi.

"Angkatan kita doang?" tanya Gea.

"Ngga, cuma pengurus inti aja, ada hal yang perlu gua sampein" ujar Radit dengan suara tegas yang membuat Gea makin terpikat.

"Yaudah gua duluan ya ge" senyumannya, yang sudah menjadi candu bagi Gea.

Memang, Gea mengikuti ekstra PMR hanya karena Radit, dulu ia sempat jatuh dan diobati olehnya membuat Gea ingin mengenal lebih jauh sosok Radit.

Memori itu sangat melekat di ingatannya, bagaimana tidak Radit memberikan handsoplas kepadanya dengan senyum yang sangat memukau, siapa saja yang melihat pasti kagum. Radit adalah seniornya.

Kelas yang diapit oleh angkatan 12 ini adalah kelas Gea, bangku pojok kanan depan adalah tempat favoritnya dari jaman sekolah dasar. Gea memang dikenal sebagai pribadi ramah, wanita itu selalu melemparkan senyum saat sedang melewati siapapun.

"Gua gak telat kan" kata Raya dengan napas memburu sambil menepuk pundak Gea.

"Gak telat sih, cuma mepet. Liat udah jam berapa" Gea menunjukkan arloji putih di tangan kanannya.

Raya tertawa dan segera menarik bangku kosong di belakang Gea. "Yang penting gak telat kan"

"Makanya di sekolah itu belajar bukan ngebucin"

"Ga bucin ga asik Ge, makanya lu cari doi biar double date ntar kalo ngapel" ledek Raya.

"Iya jodoh gua masi sembunyi, katanya malu kalo keluar sekarang" jawab Gea yang membuat Raya tertawa, karena Raya dari dulu sama sekali  tidak  pernah mendengar sahabatnya ini sedang dekat dengan siapa.

Suara sepatu berlarian membuat semua mata di kelas Gea melihat ke arah luar kelas, banyak siswa berlarian. Raya segera menarik Gea untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Revan dengan seragam yang sudah mencuat dari asalnya, dasi yang sudah hilang ntah kemana. Dengan entengnya memukul salah satu senior dengan membabi buta.

"Gua bilang jangan pernah ikut campur masalah gua" Revan menekan setiap kata, rahangnya mengeras menandakan jika pria itu sangat marah.

Galang, nama senior itu. Galang berdecih dan meludahi wajah Revan. Wajahnya mendekat ke arah Revan, ia berucap lirih yang hanya bisa didengar oleh keduanya, "Lo itu anak yang gapernah dihaperin, anak haram mungkin"

Revan makin membabi buta memukul seniornya, hingga Nico dan Alvito segera melerai agar temannya itu tak semakin kalap.

"Van udah van, anak orang itu" ujar Alvito dengan menarik baju belakang milik Revan.

"Yang bilang dia anak setan siapa juga Al" kata Nico yang langsung mendapat gamparan keras di kepalanya ulah Alvito.

Revan berdiri menatap tajam mata milik Galang yang sudah terkapar lemas, "Sekali lagi lo berulah, mampus lo bangsat"

Radit berlari saat mendengar ada siswa yang bertengkar, dengan cepat ia membopong tubuh Galang dan dibawanya ke UKS agar tak semakin parah.

"Gilaa, si Revan gaada tobat tobatnya dari dulu nyari masalah mulu" ujar Raya yang sudah sangat hapal kelakukan anak kelas sebelah.

"Yaudah balik yuk, ngeri Ray" Gea menarik tangan Raya tetapi bahunya dipegang oleh seseorang yang membuat Gea seketika berbalik.

Kaget takut serta was was, dia Revan. "Ke.. kenapa?" tanya Gea gugup

"Gua butuh handsoplas" datar tanpa ekspresi.

H.A.L.U   (How About Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang