1-Pertemuan

9 2 0
                                    

Pagi ini, Mora melewati koridor yang sudah ramai dengan siswa dan siswi.

Farzana Delmora, atau akrab dengan sapaan Mora ini pun menjadi pusat perhatian. Wajahnya yang cantik, membuat siapapun terkadang minder melihatnya.

Hal itu membuat Mora selalu percaya diri akan tampilannya. Namun meskipun begitu, dirinya amat sangat tidak menyalahgunakan kecantikannya seperti beberapa orang yang ia ketahui.

"Mora!!" teriak Adeva dari pintu kelas. Membuat Mora melambaikan tangannya senang, dan segera menghampirinya.

Adeeva Rawnie, atau akrab dengan panggilan Deva ini juga tidak kalah jauh cantik dengan Mora. Rambutnya yang panjang, mengukir kesan manis di wajah Deva.

"Gila, dari jauh aja cantik. Emang primadona banget temen gua nih" puji Adeva yang membuat Mora tersenyum.

"Lu udah sarapan?" tanya Mora yang dibalas gelengan oleh Deva.

"Gimana kalo kita ke kantin? hm?" tanya Mora yang dibalas anggukkan oleh Deva. Tanpa basa - basi, kini Deva memeluk lengan Mora dan membawanya menuju kantin.

Masih ada sekitar 20 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.

Hal ini dimanfaatkan oleh Mora ataupun Deva untuk memakan rotinya dengan nikmat.

"Jadi gimana? Lu udah nyoba masker yang gua kasih belum?" tanya Deva membuka obrolan.

"Belum, nanti aja. Gua lagi males maskeran" jawab Mora lalu memasukkan gigitan terakhir rotinya ke dalam mulut.

"Ish anjir, dipake dong. Gua belinya susah tau!" ambek Deva yang dibalas kekehan oleh Mora.

"Iya bawel, nanti gua pake. Lu tenang aja, gua akan menghargai perjuangan lu buat dapetin tuh masker" balas Mora lalu menyedot susu kotaknya hingga abis.

"Nah, itu baru temen gua" kekeh Deva yang kini menyedot susu kotaknya juga.

"Lu udah selesai belum? kalo udah kita ke kelas"

Deva yang mendapat pertanyaan seperti itu, langsung menyuapkan suapan terakhir rotinya kedalam mulut. Dan menarik Mora dari tempatnya, tak lupa susu kotak yang masih tersisa setengah.

"Pelan - pelan anjir!" omel Mora yang dibalas kekehan kecil oleh Deva.

Saat keduanya sedang berjalan menyusuri koridor, suara bisik - bisik terdengar masuk ke dalam telinga Mora dan juga Deva.

'Anjir, Raka ganteng banget'

'Matteo senyumnya minta di halalin anjir'

'Demi apasi, mereka gemes banget'

'Duh Iko, plis lah ya jangan cakep - cakep!!"

'Mas Rafif seger bener kek lemon'

dan masih banyak lagi perkataan - perkataan yang Deva dan Mora tangkap.

"Siapa sih Dev?" tanya Mora bingung.

"Biasa, pangerannya SMA Perwira dateng" jawab Deva yang dibalas anggukkan oleh Mora.

Kini keduanya berpapasan dengan yang tadi di bicarakan oleh anak - anak. Siapa lagi jika bukan Rakavin dan kawan - kawannya.

Mora dan Deva terdiam sebentar, menatap mereka dengan datar. Lalu dengan cepat Mora menarik Deva untuk melewati samping mereka yang kosong.

Rakavin yang melihat mereka berdua pun hanya menatapnya aneh, dan melanjutkan jalannya disusul oleh teman - temannya.

"Anjir, bisa - bisanya kita dilewatin" ucap Iko yang membuat mereka ikut menimpali.

Delmora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang