Restoran

7 0 0
                                    

Cahaya keemasan memenuhi langit, lalu-lalang mobil menjadi pemandangan yang lumrah. Seorang masuk ke tempat ini. Seorang temanku mendekati orang tersebut dan mengucapkan selamat datang. Orang itu memberitahu kalau dia sudah memesan meja. Temanku langsung mengajaknya ke lantai 2 tempat ini. Tidak lama temanku turun sambil memberikan kertas pesanan kepada seorang pegawai yang berada di balik jendela dapur.
Seorang masuk ke tempat ini, aku langsung mendekati orang tersebut. Dia seorang gadis berkacamata dengan mata biru. Rambutnya hitam panjang diikat. Berhidung mancung,  dan berbibir tipis.
"Selamat Datang.  Apakah anda sudah memesan tempat?" tanyaku.
Pipinya tiba-tiba berubah menjadi merah, dengan lirih dia menjawab "Anu... Saya di sini untuk melamar pekerjaan. Kemarin saya yang mengirimkan riwayat hidup ke sini."
"Oh, baiklah. Kalau begitu mari ikut saya,"  ajakku sambil berjalan menuju ruangan manajer.
Kami berdua hanya diam.  Dia terlihat begitu gugup. Sesekali dia melirikku. Ketika aku membalas lirikannya,  dia langsung menunduk.
"Mas,  apa Mas sudah bekerja lama di tempat ini?" tanya dia lirih.
"Saya baru enam bulan kok," jawabku singkat.  Jujur saja aku bukan orang yang pandai bicara sehingga aku bingung mau menjawab apa.
Kami sampai di ruang manajer. Aku mengetuk pintu. Suara parau terdengar dari dalam.  Dia menyuruh masuk. Kami berdua masuk ke dalam ruangan.
"Oh, K,  ada apa?" tanya orang di dalam. Dia seorang pria paruh baya dengan rambut putih.  Senyum ramah di bibirnya. Dialah manajer sekaligus pemilik tempat ini.
"Maaf, Pak.  Ini ada yang mau melamar pekerjaan," beritahuku.
Beliau mengangguk,  aku pun langsung pamit dan pergi untuk meneruskan pekerjaanku.
Tidak lama gadis yang tadi berjalan melewatiku. Dia melihatku sambil mengangguk. Wajah bahagia terpancar dari wajahnya. Aku membalas mengangguk.
Seorang temanku memanggil.  Dia mengatakan kalau manajer memanggilku. Aku mengetuk pintu ruang manajer.
"Masuk."
"Bapak memanggil saya? "
"K, kamu kan sudah cukup lama bekerja di sini,  jadi saya rasa kamu sanggup untuk melatih gadis yang tadi melamar pekerjaan."
"Baik, Pak.  Tapi kapan saya harus melatih dia?"
"Besok kamu mulai melatih dia."
"oh baik Pak."
"Itu saja, K. Kamu boleh pergi."
"Baik Pak. Saya permisi dulu."
Aku keluar ruangan dan kembali bekerja.
*********
Matahari yang cerah menemaniku. Pagi ini cukup dingin untuk berjalan kaki. Aku menyusuri jalan kota ini. Walaupun tempat tinggalku ini disebut kota,  tetapi tidak lah terlalu besar. Jalanan tempat aku setiap hari berjalan menuju tempat kerja masih banyak pohon. Aku berjalan melewati sebuah kebun buah.  Di dalam kebun ada seorang wanita tua sedang memanen buah anggur merah.  Dia melihatku kemudian mengangguk.  Aku membalas mengangguk. Tidak lama seorang mendekati nenek itu. Wajahnya tidak terlihat karena tertutup tanaman anggur yang merambat di sebuah tongkat penyangga. Ketika sampai didekat nenek tersebut baru terlihat wajah orang itu.  Dia seorang wanita dengan bayi digendongannya. Bayi itu meraih pipi keriput nenek tersebut.  Wanita itu melihatku. Aku mengangguk kemudian aku beranjak dari sana. Tetapi wanita itu mendekatiku.
"Hei, ada apa?" tanyaku spontan.
"Kamu laki-laki yang bekerja di restoran kemarinkan?" tanya dia, bayi itu menggenggap erat pakaian wanita itu. Wajahnya agak takut melihatku.
Aku hanya melihat wanita itu bingung.
"Aku yang melamar pekerjaan kemarin," beritahu dia.
Aku terdiam sebentar kemudian mengangguk. "oh kamu yang wanita yang kemarin. Selamat ya telah diterima. Tapi aku minta maaf, aku harus berangkat bekerja."
Dia malah melihatku dengan bingung," bukankah ini masih terlalu pagi untuk membuka restoran?"
"Memang masih terlalu pagi. Namun hari ini aku harus lebih bagi berangkatnya.  Soalnya kunci restoran aku yang bawa."
"Oh ok," kata dia, bayi itu menatapku kemudian membenamkan wajahnya ke wanita itu. "Dik, tidak apa-apa."
"Dia anakmu ya?" tanyaku, entah kenapa aku merasa tidak nyaman atas apa yang aku tanyakan.
Wanita itu tertawa, "dia adikku. Aku sendiri belum menikah bagaimana bisa memiliki anak."
" Oh,  aku kira dia anakmu," komentarku, lalu melihat jam tanganku. "Sudah ya. Aku harus berangkat dulu."
"Aku ikut," kata dia.
"Eh, bukan kah kamu harus mengurus dia dulu," tanyaku.
"Tunggu sebentar ya. Dia aku berikan pada Ibuku.  Tunggu sebentar ya," kata dia, aku hanya mengangguk. Dia berjalan masuk rumah bersama bayi itu.
Entah apa yang aku pikirkan. Kenapa aku menyetujuinya. Ya sudahlah. Pikirku.
Tidak lama wanita itu keluar dari rumahnya. Dia membawa tas jinjing di tangannya.
"Ayo berangkat," ajak dia, kami berjalan menuju restoran.
"Oh iya ngomong-ngomong kita belum kenalankan?  Namamu siapa?" tanya dia membuka pembicaraan.
"Aku K," jawabku singkat.
Dia melihatku dengan tatapan penasaran. "K?"
"Kaizan, panggil saja K," beritahuku, dia mengungguk.
"Kalau kamu?" aku balas bertanya.
"Reifa," jawab dia singkat.
Suasana menjadi kembali canggung.  Kami berdua berjalan dengan diam. Sesekali dia melirikku ketika aku balas lirikkannya,  dia langsung menunduk.
***
Kami sampai di pintu belakang restoran. Aku merogoh kunci di saku kemejaku. Kemudian aku membuka pintu belakang restoran tersebut. Kami masuk restoran. Pintu belakang langsung terhubung dengan ruang istirahat para pegawai restoran ini.
"Oh iya, Reifa. Ngomong-ngomong kamu diterima sebagai apa?" tanyaku.
"Pelayan," jawab dia singkat.
"Ok, kalau begitu. Tunggu sebentar," kataku,  dia melihatku dengan penasaran.
Aku memasuki sebuah ruangan dengan di depan pintu tertulis "seragam". Aku masuk ke ruangan tersebut. Di dalam hanya ada lemari cukup besar di sana. Aku membuka lemari tersebut dan mengambil satu stel seragam. Aku keluar dari ruangan tersebut. Reifa masih berdiri di sana.
Aku memberikan pakaian tersebut,"ini seragam untukmu."
"Terima kasih, K.  Tapi apakah ini cukup untukku?" dia menerima pakaian itu sambil bertanya.
"Tenang saja seragam di sini berukuran sama," jawabku kemudian menunjuk ke sebuah pintu yang tertulis "pegawai wanita". "itu tempat kamu mengganti pakaian."
Dia mengangguk kemudian memasuki ruang tersebut.
"Oh iya aku hampir lupa.  Tas kamu masukan saja ke loker yang masih ada kuncinya kemudian simpan saja kuncinya. Itu loker kamu selama jam kerja di sini," aku memberitahu padanya.
"Baik, K," jawab dia dengan suara agak keras.
Aku pun memasuki ruangan pegawai pria.
Setelah mengganti pakaian aku langsung keluar ruangan. Di luar Reifa sedang berdiri menungguku.
"Reifa sudah siap untuk kita mulai perkenalan restoran ini?" tanyaku.
"Siap, K," jawab dia.
"Ok, kita mulai dari tempat ini. Ini merupakan tempat istirahat para pegawai," jelasku,  dia mengangguk.
Ruangan ini terdiri dari satu meja dengan 4 buah kursi yang mengelilingi meja tersebut. Lalu ada sebuah meja lain di sudut ruangan.  Di atas meja tersebut ada sebuah alat pembuat kopi, dan beberapa gelas di samping alat tersebut. Sementara di dekat meja tersebut ada sebuah meja dengan kompor di atasnya. Ada sebuah teko untuk membuat teh di kompor tersebut. Samping kompor ada sebuah wastafel yang gunakan untuk mencuci piring dan gelas. Rak berisi piring tepat disebelah wastafel tersebut. Sementara ada sebuah pintu yang berhadapan dengan wastafel tersebut.  Pintu tersebut merupakan pintu menuju lorong restoran. Sedangkan pintu belakang berada di dekat jendela menghadap ke parkiran kendaraan roda 2.
Pintu belakang tiba-tiba terbuka. Seorang pria 30 tahunan masuk. Dia berambut pendek rapi.
"Pagi, K," sapa pria tersebut.
"Pagi, Mas," balasku.
Pria tersebut melihat Reifa,"kamu siapa?"
"Saya pegawai baru di sini, nama saya Reifa. Salam kenal, " jawab Reifa.
"Salam kenal juga.  Nama ku Zart. Panggil aja Z," kata Mas Z dengan tersenyum. "Baiklah. Semoga betah. Selamat bekerja."
Mas Z langsung masuk ke ruang ganti pegawai pria. Kami berdua membuka pintu lorong. Aku menunjukan pintu yang berhadapan dengan kami merupakan pintu manajer.
Kami berjalan di ujung lorong ada sebuah pintu. Itu merupakan pintu menuju dapur. Kami memasuki dapur. Di dalam dapur ada 3 buah pintu. Salah satunya berhadapan dengan pintu kami masuk. Sedangkan dua pintu lain berada di kanan dan kiri dapur ini. Pintu sebelah kanan merupakan ruang pembeku. Ruangan tersebut dipakai untuk menyimpan sayuran,  daging dan makanan lain yang mudah rusak bila di luar lemari pendingin. Kemudian pintu di sebelah kiri merupakan gudang. Di sana tempat penyimpanan barang barang dan alat kebersihan.
Kami beranjak dari dapur.  Kami memasuki ruang yang dipakai untuk para tamu. Di ruangan tersebut meja dan kursi tertata rapi.  Setiap meja terdapat nomor yang dipakai untuk menandai meja. Setiap meja terdiri dari 4 buah kursi.
"Sudah selesai  perkenalan ruangan di restoran ini. Sekarang kita mulai membersihkan. Reifa mengangguk.
"Reifa, kamu bersihkan meja. Sementara aku yang menyapu dan mengepel ruangan," perintahku.
"Maaf, tapi membersihkannya memakai apa ya?" tanya Reifa agak malu.
"Membersihkannya menggunakan kain yang dijemur di dalam gudang, " jawabku. Dia pun mengangguk. Kami berdua memasuki gudang dan mengambil alat yang kami butuhkan.
"Selamat pagi, semuanya!" teriak seseorang. Aku langsung berbalik di depan pintu menuju dapur Mbak Lian sedang berdiri. Senyum di bibirnya yang berwarna merah menyala. Mbak Lian melihat ku kemudian melihat Reifa.
"Oh halo, kamu siapa?" tanya Mbak Lian pada Reifa.
"Saya pegawai baru di sini. Nama saya Reifa," jawab Reifa malu-malu.
Mbak Lian langsung menjabat tangan Reifa. "Salam kenal, aku Liana Defista. Panggil saja Lian."

20 Februari 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjalanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang