4

4 1 0
                                    

"APA?!"

Evan shock mendengar kabar yang diberikan Achraf. Evan mengadah ke langit supaya menahan air matanya tidak keluar. Evan mematikan telponnya. Talia menyadari sesuatu.

"Bang Evan kenapa?? Kok kepalanya ngadap ke langit gitu??" tanya Talia. Evan dengan segera menghapus air matanya. "Gpp kok..." ucap Evan sambil tersenyum terpaksa padahal matanya sudah sembab. "Abang habis nangis ya?? Kok sembab gitu matanya??" tanya Talia yang curiga.

"Gw kepikiran Aayla, dek! Kata Achraf, dia koma..." ucap Evan yang kembali mengeluarkan air matanya dalam diam. "Yah, jangan nangis dong..." ucap Talia sambil menghangapus air matanya Evan dengan lembut. "Bang Darga! ayo berangkat!" teriak Talia.

.

.

.

Di rumah sakit

Evan langsung lari masuk ke dalam rumah sakit dan meninggalkan Talia yang menunggu Darga memarkirkan mobilnya. Evan langsung bertanya kepada susternya dimana Aayla ditempatkan. Selagi menunggu susternya mencari data Aayla, Darga dan Talia langsung menghampiri Evan yang sudah tidak bisa mengatur emosinya. Darga mengelus punggung Evan untuk menenangkannya.

"Udah dong bro... Jan nangis lagi... Aayla itu cewe yang kuat. Dia pasti bisa melewatinya..." ucap Darga. Evan mengangguk.

.

"Tuan... Atas nama Nona Aayla Christialya Valentine??" tanya suster tersebut. 

"IYA! DIMANA ADIK SAYA SEKARANG SUS??" tanya Evan tergesa gesa. 

"Nona Aayla sedang melakukan operasi... Administrasi nya sudah lunas ya..." ucap suster tersebut sambil menunjukan dokumen persetujuan untuk operasinya Aayla yang sudah ditanda tangani oleh seseorang.

"Kalau boleh tau, siapa yang melunasinya ya??" tanya Talia. 

"Tuan Gezan Seignour Zoniorio... " ucap suster tersebut. "Berarti papa disini??" tanya Evan yang semakin stress. "Evan... Jangan gitu dong... Yaudah makasih ya, sus..." Darga membantu Evan berjalan dengan Talia yang ngekor dari belakang.

.

.

.

Di depan ruang operasi

Tampak Gezan sedang ngomong serius dengan Achraf. Ceysa, menangis dengan deras di pelukan Belva. Evan semakin terpuruk saat melihat mamanya menangis seperti itu. Evan juga tau diri. Dia tidak ingin membuat Ceysa semakin terpuruk dengan permintaan maafnya. Evan mencoba menguasai dirinya.

Evan mendekati Gezan.

"Pa..."

Gezan menatap Evan tanpa ngomong apa pun. Itu adalah kebiasaan Gezan. Gezan tak akan ngomong apa pun sebelum yang bersangkut paut ngomong lebih dahulu.

"Maafin Evan pa! Evan gagal menjaga Aayla..." ucap Evan menyesal. Gezan langsung beralih ke anak sulungnya. Gezan menepuk pundak Evan. 

"Gak usah minta maaf... Ini kesalahannya. Sok mau jadi pahlawan kesiangan... Tapi papa belum selesai dengan orang yang menusuknya..." ucap Gezan tegas. Evan mengerti. 

"Sekarang... Tenangin mama dulu gih..." ucap Gezan. Evan mengangguk dan langsung meninggalkan Gezan dan Achraf. Evan langsung memeluk Ceysa dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Ceysa. 

"Ma, jangan nangis lagi ya..." ucap Evan lembut sambil menghapus air mata Ceysa lembut. Ceysa hanya tersenyum terpaksa dan mengangguk.

.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang