01 : The difference about Two Kim

383 73 7
                                    

2 bulan yang lalu
Seoul, pusat kota

Pria dengan garis rahang tajam itu menghembuskan asap rokok miliknya tepat pada wajah seorang pria yang tertunduk dihadapannya. Ia memakai sebuah jas bulu bermotif dengan piearcing di bibirnya. Wajahnya begitu sempurna bak seorang malaikat, namun sampul belum tentu sesuai dengan isinya bukan?

Pria dengan wajah sempurna bak malaikat itu nyatanya hanya duduk dengan angkuh memainkan senapannya, bermain seolah-olah senapan yang ia pegang hanyalah senapan mainan. Lain hal nya dengan beberapa orang disekitarnya yang memakai jas hitam sedang tertunduk takut apa yang akan dilakukan oleh tuannya.

Tersenyum evil, pria itu menaikkan dagu seorang pria yang tertunduk dihadapannya menggunakan senapan miliknya tanpa ragu. Membuat pria yang tertunduk dihadapannya semakin memejamkan matanya dengan keringat dingin yang mengalir diantara pelipis dahinya.

"Kau tau dimana letak kesalahanmu?", tanya pria itu berbisik dengan deep voice miliknya membuat siapapun yang mendengarnya mungkin akan bergidik pelan. Pria yang tertunduk itu semakin menundukan kepalanya layaknya bersujud, memohon ampunan tuannya.

"Saya tau, saya lengah karena tidak membuka kopernya terlebih dahulu. Saya mohon ampuni saya tuan!", tunduknya memohon dengan tangan yang mengantup rapat.

Pria itu menggelengkan kepalanya pelan, "Eum eum,tak ada ampunan bagi seseorang yang gagal melakukan tugasnya", ucap pria itu lalu berdiri dari tempat duduknya.

Melemparkan senapan pada bawahannya yang lain, pria itu menatapnya tajam, "Kill him,potong tubuhnya dan berikan pada hewan peliharaan ku", ucapnya tegas yang mampu membuat semua orang yang berada pada ruangan yang sama dengannya bergidik ngeri.

"Dan juga, aku tak mau tahu temukan tikus sialan itu sekarang dan bunuh dia! Tikus yang berani bermain denganku harus dibasmi", tegasnya memerintah tanpa ragu, seolah-olah membunuh adalah hal yang biasa baginya dan ia tak masalah dengan itu.

Pria itu melanjutkan langkahnya yang terhenti, hingga ia tersenyum puas ketika mendengar suara senapan diikuti pekikan keras seseorang.

Membunuh adalah hal yang biasa baginya dan ia tak masalah dengan itu.

Wajah tampan dengan rahang tegas yang dielu-elukan kaum hawa bak malaikat itu nyatanya hanya sampul, kenyataannya pria dengan wajah sempurna itu tidak seperti malaikat sama sekali. Membunuh merupakan hal yang mudah baginya, terlampau mudah malah, siapapun dapat ia bunuh dengan mudah jika ia ingin. Dan dirinya tak pernah memberikan sebuah ampunan jika ia sudah menetapkan target yang akan ia bunuh.

Tikus kecil

Itulah yang ia katakan ketika ada seorang penganggu yang berusaha mengusik kehidupannya.

Jiwa kemanusiaan ya...

Siapa yang peduli dengan jiwa kemanusiaan? Baginya manusia yang menganggu kehidupannya tak lebih dari sekedar tikus kecil yang harus dibunuh tanpa ada sisa.

Dan tak ada penawaran tentang itu.

"Tuan", panggil seorang wanita ramping dengan dress mininya menghampiri pria berahang tegas itu,memberikan ponselnya yang terus berdering sejak tadi.

Meraih ponsel dari sekertaris pribadinya, pria itu meletakkan ponselnya tepat pada telinganya.

"Kau harus mendapatkan koper itu", ucapnya tegas tak menerima sebuah penolakan, seolah apa yang keluar dari mulutnya adalah hal yang mutlak dan tak dapat dibantah.

"....."

Menatap arloji miliknya, pria itu tersenyum tipis, "Waktumu 2×24 jam untuk menyelesaikannya. Tak ada yang boleh hidup", ucapnya lalu mematikan panggilan secara sepihak karena ia yakin bawahan andalannya itu pasti mengerti dengan betul apa yang ia ucapkan.

LOCK ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang