Tengah duduk di atas sebuah bangku dengan mengayun-ayunkan kedua kakinya, itulah yang dilakukan Lili. Hari ini adalah hari yang begitu penting baginya. Namun perasaannya sedang tak menentu. Ia menengok ke seluruh penjuru taman. Mencari, apakah orang yang ia tunggu-tunggu sudah datang atau belum. Merasa sepertinya ia harus menunggu lebih lama lagi, ia pun menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku. Saat itulah, tiba-tiba Lili merasa matanya ditutup oleh dua buah telapak tangan.
"Halo, Sayang. Maaf ya nunggu lama." Lili tersenyum mendengar suara itu. Ia langsung menoleh saat kedua matanya sudah tak ditutup lagi. Ia melihat Ryo, pacarnya yang kini sudah bergerak mendekat lalu duduk di sampingnya. Laki-laki itu menaikkan satu kakinya untuk bersila di atas bangku, dan menghadap ke arah Lili.
"Happy first anniversary," ucap Ryo tersenyum.
"Happy anniversary," ulang Lili juga tersenyum.
"Mau ke mana kita sore ini?" tanya Ryo dengan menatap Lili lembut.
Tak menjawab, Lili justru menengadahkan telapak tangan kanannya. Mengisyaratkan bahwa ia ingin meminta sesuatu.
"Ah, iya aku lupa!" Ryo menepuk dahi. "Bentar-bentar. Kamu tunggu sini dulu bentar, oke?" Kekasih Lili itu buru-buru bangkit dan berlari ke arah mobilnya yang tak jauh terparkir dari mereka.
Lili tersenyum geli melihat tingkah Ryo itu. Dia memang begitu, pelupa. Untuk hal-hal kecil yang mungkin dianggapnya tidak begitu penting, Ryo mudah sekali lupa. Tapi tidak dalam urusan kuliah. Sejak pertama mengenal Ryo saat SMA, laki-laki itu dikenal cukup pintar.
Ryo Kembali. Membawa sesuatu di balik punggungnya. Lili tertawa kecil. Untuk apa dia merahasiakannya? Jelas-jelas Lili tahu apa yang akan dan harus Ryo bawa. Karena memang itu permintaan Lili. Ah, tapi mungkin dia juga membawa hadiah lain untuknya? Mari kita lihat.
"Tada!" Ryo mengeluarkan sebuket bunga yang sangat indah, dan sebatang cokelat putih kesukaan Lili dari balik punggungnya, saat ia sudah kembali duduk di hadapan gadis itu.
Senyum Lili yang tadinya mengembang perlahan surut. Tak ada hadiah yang ia mau. Ryo tak membawakannya hadiah yang telah ia minta. Apa dia juga sudah lupa permintaan Lili itu? Apa Ryo menganggapnya hal yang tak begitu penting sampai dia tega melupakannya?
"Gak ada lagi?" tanya Lili datar.
"Memangnya kurang, ya?" Ryo mengerjap polos. "Oh, sebentar!" Dengan cukup bersemangat Ryo merogoh saku celananya.
Lili menghela napas. Hadiah yang ia minta tidak akan muat hanya dalam saku celana. Ia bisa menebak apa yang akan Ryo berikan lagi-lagi bukan hadiah yang ia minta.
"Ini!" Ryo tampak semringah sekali. Pacar Lili itu menunjukkan dua buah tiket bioskop. "Aku udah pesan tiket film yang kamu penginin dari kemarin," lanjutnya yang masih tersenyum semringah.
Lili bangkit. Mood-nya benar-benar sudah berantakan. "Aku gak mau nonton."
"Loh, kenapa?" Ryo pun ikut bangkit. "Kemarin kamu bilang pengin nonton film ini. Dan kamu juga setuju kalau hari ini kita nonton. Aku udah terlanjur beli, Sayang. Terus ini tiket mau diapain kalau kamu gak mau?"
"Buang!" seru Lili kesal lalu beranjak pergi, tapi Ryo segera menahan langkahnya dengan menarik lengan Lili.
Ryo hanya diam, memandang wajah Lili lekat. "Kamu kenapa sih? Ada yang salah sama hadiahku? kamu ngomong dong biar aku tahu."
"Aku gak mau nonton!"
"Iya oke. Tapi kenapa?"
"Gak mood."
"Tiba-tiba begitu? Baru semenit lalu kamu masih baik-baik aja loh, Li."
"Ya emangnya kenapa? Gak boleh?"

YOU ARE READING
Jodoh Dalam Hadiah
Teen FictionKesal pada Ryo, Lili mulai mencari teman kencan di salah satu situs biro jodoh. Teman kencannya kini adalah cowok misterius yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Namun, saat cowok misterius itu hendak mengiriminya hadiah, terjadi insiden salah alama...