BAB 3 - HEARTBREAKER 2

6.9K 873 15
                                    

"Tapi kan gue..."

Aku bahkan tidak sanggup melanjutkan kata-kataku.

"Ibunya Gio ada benarnya, Be. Cinta saja nggak cukup. Menurut gue, pernikahan itu butuh sesuatu yang lebih mengikat dari cinta. Ya gitulah."

"Chemistry?"

Dia menggidik, "Sesuatu seperti itu."

"Really?"

"Mungkin butuh kemujuran juga."

Dia meneguk air sebelum melanjutkan kata-katanya, "Gue pernah baca kalau perempuan lebih butuh rasa aman untuk menikah. Finansial dan emosional. Finansial gue oke, tapi emosional? Belum ada perempuan yang sepertinya mau secara emosional terikat sama gue. Dengan kata lain, nggak ada chemistry ketika sama gue. Itu juga, kemujuran. Gue belum punya kemujuran untuk bertemu the one yang punya chemistry sama gue, Be."

Tawaku nyaris meledak, "Kok jadi elo sih yang curcol gini? Kan gue yang lagi sedih anjir!"

Muka usil Emir kembali bersinar, "Lo sih nggiring gue ngomong ini."

Meskipun tak mengatakan secara gamblang, aku tahu membahas pernikahan bukanlah sesuatu yang nyaman untuk Emir. Alasannya? Dia kan korban patah hati terberat abad ini dan pujaan hatinya justru menikah dengan pria lain.

"Lo sendiri sumpek kenapa sih?" tanyaku kali ini.

Emir menatapku dan tertawa kecut. Melihat ekspresi itu aku jadi memutar bola mata.

"Kayla?"

Dia mengangguk kecil, "Semalam gue ke pesta dan akhirnya kenalan sama suaminya. Sialan. Mereka serasi banget."

Aku cukup iba mendengar pengakuan Emir barusan. Tapi siapapun akan tahu bahwa Kayla memang serasi dengan Jati. Mereka seperti Simon Basset dan Daphne Bridgerton yang sedang dimabuk cinta, cukup pandangan mata bertemu sudah bisa menceritakan gelora cinta diantara mereka.

"Lo tahu apa yang bikin gue akhirnya muncul di kantor Blossom?"

Aku bisa menebak kalau alasan Emir pasti ada hubungannya dengan Kayla, tapi mana tega aku mengatakannya? Itu bisa saja terasa seperti menaburi luka hatinya dengan garam.

"Orangtua lo yang mau re-married dan popularitas Blossom?" jawabku separuh bercanda.

Aku lega Emir sedikit tertawa mendengar perkataanku.

"Itu salah satunya, tapi bukan yang utama. Well, popularitas kalian emang bagus kok, nggak perlu ragu. Tapi gue yakin lo udah tahu gue muncul untuk menjenguk Kayla kan?"

Aku menggidik, berpura-pura tak tahu.

"Hari itu, gue lagi antar tamu gue yang mau balik ke Surabaya ke bandara. Disana gue lihat Kayla dan keluarga besarnya sepertinya. Pertama kali setelah bertahun-tahun gue lihat dia, Be. Kayla yang selalu gue kagumi, tiba-tiba bikin gue kangen lagi. Rasa itu masih ada, masih sama. Mereka kelihatan bahagia sampai gue denger kalau mereka mau antar Kayla bulan madu. Itu kali pertama gue juga lihat suami Kayla. Walaupun nggak seganteng dan sekeren gue, gue tahu laki-laki itu punya sesuatu yang nggak gue dan Kayla punya. Chemistry ya yang tadi kita bahas? Gue yakin Kayla nggak akan ketawa selebar itu kalau bukan sama lelaki itu. Jelas bukan sama gue juga sih."

Aku diam mendengarkannya.

"Dan kemarin gue ketemu face to face dan kenalan dengan suaminya, Jati maksud gue. Entah kenapa gue sedih. Kayla udah bahagia dan gue masih aja mengharap gini, Be," sambungnya.

LOVE HAPPENS [PINDAH PLATFORM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang