TTS - 01

6.2K 465 142
                                    

Pastikan membaca note di kolom deskripsi cerita ini terlebih dahulu sebelum mulai membaca bagian dari cerita! :)

February 20, 2021 : Vote, comment and follow.

_______

Ia mengikat rambut pirangnya yang panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia mengikat rambut pirangnya yang panjang. Paras indahnya tak bisa dilihat sepenuhnya oleh orang lain karena ia selalu menutupi sebagian wajah dengan helaian rambutnya sendiri. Ekspresi wajah yang ia tunjukkan setiap harinya selalu sama, datar. Ia juga lebih sering menunduk dan menghindari kontak mata dengan orang lain. Bahkan, orang-orang terdekatnya nyaris tak pernah melihat senyuman yang terpatri di wajah cantiknya.

Tunggu, orang terdekat? Sepertinya tidak. Tidak bisa dikatakan orang terdekat dalam artian keluarga, kerabat maupun sahabat.  Tidak ada. Tidak ada orang yang ia izinkan terlalu dekat padanya. Lebih tepatnya, ia selalu menyendiri dan bersosialisasi seadanya ketika berada di tempat umum.

“Jimin-ah.” Seorang perempuan menyikut pelan rekan kerjanya yang sedang berdiri untuk menunggu pelanggan datang memesan.

“Hm?” Jimin merespon dengan gumaman tanpa menoleh ke arah perempuan yang seharusnya sebentar lagi menggantikannya.

“Dengarkan aku. Jangan menoleh saat aku mengatakan padamu. Cukup lirik saja menggunakan ekor matamu.” Perempuan itu memberi peringatan untuk Jimin sebelum melanjutkan ucapannya.

“Jadi, kulihat ada dua orang pria di pojok, arah jarum jam 10. Sedari tadi mereka melihatmu.” Perempuan itu berkata pelan dengan tatapannya yang lurus ke arah pintu, tak berani menatap dua orang di pojok.

“Pakaiannya serba hitam. Badannya bongsor. Hm, mungkinkah mereka bekerja sebagai penjual manusia?” Ia bertanya-tanya, namun rekan kerjanya tak memberikan respon apapun. “Haish.” Ia mendengus pelan karena Jimin selalu seperti biasanya, terlampau tenang dan datar.

“Sudah jam 7, kau bisa pulang.” Perempuan itu kembali bersuara sesaat setelah menatap arah jarum jam dinding. “Ingat Jimin-ah, berhati-hatilah terhadap dua pria di pojok. Kau mengerti?” Ia menepuk punggung Jimin, kemudian bertukar posisi karena ini adalah waktunya dia yang berjaga. Ia dan Jimin adalah penjaga kasir di salah satu cafe di distrik Gangnam.

“Hm. Aku pulang, Jisoo noona.” Jimin akhirnya merespon. Ia memundurkan langkahnya untuk menjauh dari Jisoo. Berikutnya ia melangkahkan kaki ke dalam ruangan karyawan karena dirinya akan mengganti seragam dan bersiap pulang.

Saat sudah berganti pakaian, Jimin segera keluar dari cafe melalui pintu belakang untuk pulang ke rumahnya. Ini adalah hari sabtu, sehingga ia bisa pulang lebih awal untuk beristirahat menginggat di hari-hari sebelumnya telah bekerja paruh waktu di berbagai tempat seperti cafe, restoran bahkan toko pakaian.

_______

Jimin turun dari bus yang tadi membawanya pulang dari cafe. Selanjutnya ia berjalan kaki untuk menuju ke rumahnya. Rumah yang terletak di kawasan kumuh distrik Gangnam, yaitu desa Guryong. Jimin bersyukur setidaknya ia bisa tinggal di rumah kecil namun bersih di dalamnya, dari pada di banjiha atau apartemen bawah tanah yang keadaannya lebih memprihatinkan.

TRY TO SURVIVE | KOOKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang