Hai, kenalin gw Zameera Shaqien Malik, biasanya sih dipanggil Zameera, tapi kalau dilingkungan keluarga atau sahabat atau bahkan pasangan hidup, biasa dipanggil Meera. Gw anak kedua dari ayah ibu gw, kalau lo orang awam, pasti ngiranya keluarga gw ada garis keturunan arab kan? Padahal sih, asli orang Indonesia, nggak ada campur tangan tanah arab.
Meskipun gw bilang nggak ada campur tangan tanah arab, tapi orang-orang pasti bilang bohong karena, wajah keluarga gw emang 11-12 sama wajah orang arab. Kayak contohnya gw, bukan sombong bukan apa, tapi jujur orang-orang selalu bilang iri. Kenapa? Katanya sih iri liat hidung gw yang mancung, liat mata gw yang warnanya cokelat tua, liat alis gw yang tebal, dan bulu mata gw yang lentik.
Dulu waktu kecil, gw suka sombong sama temen-temen gw, kayak bilang kalau gw ada darah arab, padahal mah pure Indonesia... Jangankan ada darah arab, bahasanya aja gw cuma ngerti seupil doang. Dan waktu kecil, bisa dibilang gw anak yang periang, gampang kehibur dan gampang nangis, namanya juga anak kecil pasti moodnya kayak roller coaster, naik turun.
Dan semenjak gw kelas 6, hidup gw berubah. Dan disinilah, kisah gw yang sebenarnya dimulai...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setalah lulus SD...
"Wih... nanti mau lanjut dimana nih, Meer?" Tanya Syifa.
"Hm... mungkin di AFISTA" jawab Zameera.
"AFISTA? Apaan tuh? Nama sekolah?" Tanya Nabilah, tempat dimana aku selalu bertanya tentang dunia seni.
"Iya, singkatan sekolah kita" jawab Maera atau yang bernama asli Mariam Shakiera, sohibku sejak TK.
"Emang apa artinya? Kepo dong...." rayu Ratna.
"Ih...Ratna kepppoooo...." balas Amelia. Ratna hanya memasang wajah cemberut. Zameera hanya bisa tertawa kecil melihatnya.
"Ratna serius mau tau?" Tanya Zameera memastikan.
"Nggak! Iyalah Meer...."
"Haha...ok...ok..., artinya itu Al-Fityan School Tangerang. Tapi masih deket kok sama rumah" ucap Zameera.
"O...." ucap yang lain. Setelah mendaftar di AFISTA, akhirnya tiba waktu ujian masuk secara akademik dan tahfidz. Ya, AFISTA adalah sekolah Islam Terpadu, jadi setiap peserta didik yang ingin masuk kesana haruslah pintar secara akademik dan agama.
Bagaimana dengan Zameera? Apakah dia diterima? Yup! Zameera diterima karena para penguji mendapat informasi langsung dari mulut Zameera bahwa ia sudah khatam juz 30 Al-Qur'an. Hal yang sama juga diutarakan oleh kedua orang tua Zameera, mereka juga bilang kalau Zameera telah khatam juz 30 hanya dalam waktu 2 bulan.
Mendengar waktu yang cukup singkat itu, para penguji mulai bertanya langsung pada Zameera.
"Zameera... nama yang cantik, sama kayak orangnya" celoteh penguji lelaki, di bajunya tertempel namanya, Adnan Fadli.
"Hehe... makasih pak"
"Jadi..., saya dengar kamu udah khatam juz 30 dalam waktu 2 bulan? Itu emang benar?" Tanya Pak Adnan.
"Erk, iya pak, be...benar" ucap Zameera dengan gugup dan kepalanya memandang bawah. Tak berani melihat wajah Pak Adnan yang lumayan tampan.
"Eh, liat kesini...jangan kebawah. Saya didepan bukan dibawah" ucap Pak Adnan, dengan keringat dingin dan rasa grogi yang berlebihan, Zameera memberanikan diri melihat kearah guru itu. Selama menunggu pertanyaan berikutnya, pandangan Zameera tak fokus. Kadang ia melihat kearah jendela, kadang melihat kearah papan tulis, semua itu ia lakukan untuk menenangkan jantungnya yang terus berdebar kencang.
YOU ARE READING
Skenario Takdir
Romance'Ok! Gw nggak bisa diem-diem terus kayak gini! Kasian gw liat mama yang tiap hari harus merasakan beban berat..., gw akan nyalirulin ide gw untuk dicetak!' . . . . "Maaf anda siapa ya? Fans saya?" "Zameera..., jahat banget kamu nggak inget aku" uc...