stone

706 69 1
                                    

❝Xiao Dejun

Probe

Pemuda bersurai gelap itu berdiri dibawah pohon berdaun oranye. Musim gugur tiba di sudut waktu. Dia menelusupkan satu helai daun yang jatuh kedalam saku hoodie. Kemudian dia keluarkan ponsel, mulai asik memotret pemandangan disekitarnya. Tak butuh waktu lama dia juga membagikannya kedalam akun media sosial.  Tidak ada yang tahu kenapa setiap sore pemuda itu selalu berdiri dibawah pohon itu. Disudut taman perkotaan, diantara hiruk pikuk kehidupan yang hilir mudik melewatkan kehadirannya.

Dia pemuda asik dan ceria yang menikmati kesendirian.

Namanya Xiao Dejun, seorang pemuda China yang saat ini sibuk dengan bangku perkuliahan. Panggilan akrabnya adalah Dejun, kegemarannya adalah membuat orang lain tersenyum. Dejun hidup mandiri sejak menjadi mahasiswa. Orang tuanya jauh darinya dan hanya sesekali mengirimkan uang untuk keperluan hidup sang anak.

Walaupun begitu, Dejun masih tetap bekerja paruh waktu untuk menabung dan membeli sesuatu yang dia inginkan. Apapun itu Dejun adalah orang yang mendekati sempurna— kepribadian, senyum, dan tawa.

Ponsel miliknya berdering nyaring. Walau dalam mode silent Dejun buru buru mengangkat telfon yang masuk.

“Halo, Xiao Dejun!” disaat yang bersamaan dengan suara telfon itu. Muncul seorang pemuda lainnya yang berlari ke arah Dejun. Pemuda itu berlari sembari memegangi ponsel disebelah tangannya. Dejun melambai perlahan, tak lama pemuda itu memeluknya erat.

“Aku tahu kamu pasti disini!” ujar pemuda tinggi itu. Dejun tersenyum lebar, melepaskan pelukan itu. “Aku sangat merindukan dirimu” pemuda itu mengecup singkat pipi Dejun dan hanya membuat dirinya malu. Mereka ditempat umum pastinya banyak orang melihat.

“Aku juga merindukanmu, Dery-ku.

Probe

❝Wong Hendery❞

Orang-orang hadir silih berganti disetiap kehidupannya. Dia putra tunggal seorang kongsi dagang besar seantero Asia, seseorang yang tertutup dan anti sosial. Kegemarannya adalah menyendiri dan sering berpikir bahwa hidupnya sia-sia. Dery, panggilan akrab pemuda bermanik kelam itu. Hidupnya banyak dihabiskan dalam jeruji besi yang orang tuanya buat. Setiap waktu berlalu dia hanya akan belajar bagaimana cara menangani perusahaan, menangani pasar global dan juga triliunan uang.

Tapi tidak sejak dia bertemu dengan Dejun. Dejun itu lugu baginya, Dejun itu lucu baginya. Bagaimana Dejun hadir dalam setiap mimpi dan harapannya adalah nyanyian rindu. Baginya, Dejun itu segalanya. Jauh disebalik bagaimana kelam masa lalu sejak kecil. Dejun yang hanya bisa membuatnya tersenyum dan hanya pemuda itu yang bisa membuatnya merasa takut.

Takut untuk kehilangan .

“Ingin ke suatu tempat?” Dery bertanya kepada sang submif yang berjalan disisinya. Mereka saling menautkan jemari serta menebar pesona dimana mana. Dejun menggeleng, dia tidak tahu mau kemana sore itu. Karena baginya bertemu dengan pemuda Wong itu sudah cukup.
Dery juga tidak memiliki suatu tujuan agar mereka dapat menghabiskan waktu. Dia hanya ingin menemukan sosok Dejun kali ini. Mereka akhirnya hanya berjalan jalan disekitar taman kota. Membeli secangkir kopi karena hawa dingin yang menusuk. Serta membeli waffle panas yang dilumuri madu juga sirup ek.

“Kapan musim dingin akan tiba?” Dejun bergumam disamping kekasihnya. Walau begitu Dery bisa mendengar apa yang dia katakan. “Kenapa? bukankah musim dingin pasti akan datang”

Dejun tersenyum pelan, “Iya juga.

Dery mengambil satu batu dan meletakkannya ditelapak tangan kekasihnya. Kemudian dia tautkan jemarinya diantara sela sela jari Dejun. Sehingga telapak tangannya ikut menekan sang batu bersamaan. Dery menatap kedua bola mata karamel itu.

“Kamu tahu, sudah berapa musim dingin yang batu ini lalui sehingga dia sekeras ini?.”

Dery mengeratkan genggamannya sehingga Dejun dapat merasakan nyeri akibat menekan batu itu. Tapi dia tetap diam, apa yang berusaha Dery katakan?.

“Bukankah batu memang keras?”

Dejun meringis, Dery melepaskan genggamannya dan mengambil batu itu. Kemudian mengecup telapak tangan sang kekasih. Dery tertawa pelan, merangkul bahu Dejun. “Aku mengabaikan fakta itu, walaupun batu itu keras mereka masih dapat hancur, right?.”

Dejun mengangguk setuju, “Ya, mereka masih dapat hancur.”

Dery mengelus surai coklat milik si kekasih. Hingga dia merasa cukup puas akan rasa gemas. Dejun bersikap menggemaskan baginya, dan itu yang ingin selalu dia lihat.

Dejun-ku, bisakah aku menjadi sesuatu yang bisa kamu harapkan?.”

Dejun menoleh untuk mengetahui apa maksudnya lebih jelas. Tapi dia sendiri sudah merasa nyaman untuk semua ini. Kenapa dia perlu berharap lebih?.

“Tentu saja, jadilah batu ini— jadilah satu satunya batu yang memberangkatkan hatiku untuk berpaling dari mu.”

Dery tersenyum lebar, senyum yang bahkan tidak mampu dia sembunyikan dari dunia lagi. Senyuman yang membuat dirinya merasakan sesuatu. Dejun istimewa, lebih dari itu dia segalanya. Dery menatap pemuda itu, yang bahkan menampilkan cengiran menggemaskan. Dery menarik Dejun dalam pelukan, dia membisikkan sesuatu disana.

“Siapa bilang, kamu boleh mencintai orang lain selain diriku?” bisik Dery.

Dejun bersemu merah, kemudian memeluk Dery lebih dalam. Sehingga dia ikut tenggelam dalam ketenangan itu. Dery-nya, hanya untuknya saja.

Probe

probeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang