❝Xiao Dejun❞
—Probe—
Sekolah dimulai sejak pagi, tapi kemunculannya pagi itu belum menampakkan apapun. Dejun masih memeluk guling pokemon dan bermimpi. Mentari sayup sayup memergoki dirinya masih terbaring nyaman diatas kasur. Tunggu sampai seorang wanita berdarah kasar membangunkan dirinya. “Xiaojun! bangun!”
Dejun terperangah terkejut ketika mendengar teriakan dahsyat itu. Tubuhnya gemetar dan seketika pikirannya kosong. Kemudian dengan lucu, Dejun mengucek matanya dan menatap jam weker di meja. Reflek pertamanya adalah berlari menuju kamar mandi sembari berteriak dengan berisik. Menggemparkan seisi rumah yang sudah hafal pada kebiasaan buruknya itu.
Xiao Dejun, mungkin ini bukan pertama kali lagi dia terlambat masuk sekolah. Juga bukan pertama kali harus menerima hukuman dari guru kedisiplinan.
Dejun terima saja itu semua, dia malas mendebatkan apapun dengan Guru. Tapi pagi itu Dejun tidak sendirian mendapatkan hukuman membersihkan kamar mandi laki laki lantai dua.Dia bersama seseorang pemuda yang berambut agak panjang, poninya menutup sampai ke sisi mata. Dari sepatu dan tas yang dia bawa, Dejun mengira pemuda itu adalah orang kaya.
“Xiao Dejun! apa kau dengar!?” Dejun terkesiap ketika Guru kedisiplinan membentak padanya. Buru buru dia lari ke gudang untuk mengambil beberapa alat kebersihan.
“Namamu Xiao Dejun?” Seseorang bercelentuk padanya. Dejun menoleh, dia mendapati pemuda tadi dengan kemeja seragam yang lengannya digulung sampai siku. Dejun mengangguk, “Tentu saja, Xiao Dejun murid dengan catatan keterlambatan paling banyak.”
Pemuda itu tertawa pelan, kemudian membantu Dejun menenteng beberapa alat kebersihan. Mereka memutuskan segera ke kamar mandi lantai dua untuk dibersihkan. Sebenarnya kamar mandi disekolah ini tidak begitu kotor , karena ada tukang bersih-bersih yang bekerja disini. Namun, tidak dibersihkan setiap hari hanya tiga kali dalam seminggu.
Dejun menatap punggung pemuda didepannya. Kini sibuk mengisi ember dengan air dan membawa gagang penyikat.
“Ngomong ngomong siapa namamu?” Dejun menuangkan sabun pada lantai kamar mandi. Beberapa kali tercium bau pesing keluar setelah itu aroma wangi dari sabun. Pemuda itu menoleh, untuk menatap Dejun yang menyikat lantai.
“Hendery, panggil saja Dery.”
Dejun mengangguk sembari tersenyum.
“Salam kenal Dery.”
—Probe—
❝Wong Hendery❞
Dery menjadi bersemangat, dia menggosok lantai sembari sesekali mencuri pandang ke arah Dejun. Pemuda bermarga Xiao itu tidak jauh berbeda darinya, sibuk dengan lantai kamar mandi. Dery tidak menyangka, usahanya selama ini berhasil. Usahanya untuk mengenal Dejun berhasil.
Dery bahkan rela menunggu kedatangan Dejun agar bisa ikut terlambat. Padahal dia bahkan tidak pernah memiliki catatan murid buruk sekalipun. Tapi kali ini— demi seseorang yang amat dia sukai. Dery rela mengorbankan hal itu. Dia tahu orang tuanya pasti akan marah padanya. Apalagi Ayahnya yang juga seorang ketua Yayasan sekolah ini.
Dery kembali menggosok lantai, dia bahkan tidak pernah melakukan hal seperti ini. Sekali lagi, dia rela melakukannya hanya karena Pemuda Xiao Dejun ini.
Setelah mereka berkutat ini itu soal kebersihan kamar mandi. Mereka berdua selesai membersihkan dan berniat mengembalikan alat. Tapi Dejun yang tidak langsung kembali ke kelas membuat Dery keheranan. “Xiao Dejun kamu mau kemana?” Dery menatap Dejun dengan keheranan. Pasalnya pemuda Xiao itu malah tersenyum simpul dan melambaikan tangannya.
“Kembalilah ke kelas!” ujarnya dari kejauhan. Dery buru buru mengambil tasnya dan menyusul langkah kaki Dejun. Dia tidak akan melepaskan kesempatan kali ini agar dapat mengenal Dejun. “Hey!” Dejun terkejut ketika Dery sudah berjalan disisinya.
“Kenapa kamu—"
“Boleh aku ikut? aku juga malas kembali ke kelas.”
Walaupun dia berderap derap takut apabila ketahuan membolos. Dejun menggeleng pelan, dia tidak mau mengajak seseorang dalam tindakan tidak benarnya. Tapi apa buat, Dery nampak tidak mau pergi.
“Baiklah, ayo!” Dejun menarik lengan Dery agar berjalan lebih cepat sebelum mereka ketahuan guru. Dery bersemangat bukan main, dia bahkan melupakan rasa takut dan ragu untuk mulai berlari menyusul Dejun. Mereka memutuskan untuk membolos di atap, disana juga Dejun suka menyendiri. Dery memang tahu bagian rooftop sekolah dibangun untuk keperluan penyediaan listrik bertenaga surya. Tapi dia baru tahu, jika tempat ini juga tempat yang sering dikunjungi Dejun.
“Wah, apa kamu suka datang kesini?” Dery menatap pemandangan sekolah dan perkotaan diluar sana yang nampak. Dejun mengangguk, dia sering kemari untuk membolos. Meninggalkan pelajaran yang menekan dan membuatnya depresi. Dejun memang tidak berniat menjadi murid yang salah. Tapi dia hanya suka menjadi apa adanya.
“Tentu, pemandangan disini bagus sekali— kamu juga harus menikmatinya.”
Dery mengangguk, kedua netranya terpaku pada wajah Dejun yang nampak bersinar. Wajahnya jauh lebih berbinar serta sangat tampan. Entah sejak kapan Dery menyukai pemuda Xiao itu. Tapi yang jelas, dia ingin mengenal Dejun lebih jauh. Dia ingin apapun tentang Dejun bisa dia ketahui. Termasuk bagaimana dia menyukai udara di rooftop sekolah.
“Kenapa?” Dery terkesiap ketika tertangkap basah sedang menatap Dejun. Wajahnya bersemu dan memanas, buru buru dia tutupi dengan tangan. Dejun terkikik pelan melihat sikapnya. “De-dejun, bisakah kita menjadi teman?” Dery masih malu menatap Dejun karena kejadian tadi.
“Tentu saja Hendery! kita adalah teman”
Dery tersenyum lebar, detakan jantungnya menggema memukul dada. Walau ini pengalaman pertamanya untuk dekat dengan Dejun. Dery merasa ini lebih dari cukup.
“Terimakasih” ujarnya pelan.
“Hey Dery.”
Dery menoleh,
“Mau kabur bersama? sebelum guru datang?” Dejun tersenyum simpul. Dery mendengar suara hentakan kaki dari tangga jalan mereka masuk. Dery mengangguk dan menerima uluran tangan Dejun.
Dery egois yang pergi untuk memperjuangkan apa yang dia sebut, cinta.
—Probe—
KAMU SEDANG MEMBACA
probe
Random📚➡️ add to your list! [PROBE ; antologi pendek tentang 'Henxiao' milikku] #henxiao © yonblind, 2021