(Y/n) tahu, menguntit itu tidak baik. Tapi dia paling tidak tahan melihat miliknya dekat dengan laki-laki lain. Rasanya (y/n) ingin menyobek wajah tersenyum laki-laki itu karena berani menggoda Makinya.
Berdiri sepuluh langkah dibelakang Maki dan Laki-laki asing itu, (y/n) menyesap minumannya pelan sembari menatap tajam tangan laki-laki itu yang kini tersampir menyentuh rambut Makinya.
Krek.
Botol plastik keras ditangannya remuk, (y/n) menggigit bibir dalamnya keras-keras. Menahan diri untuk tidak melabrak laki-laki jahannam yang tersenyum lebar menggoda Makinya.
"Pebinor bangsad!" pekiknya pelan.
Matanya mulai berair melihat keakraban Maki dengan laki-laki berambut hitam itu. (Y/n) bersembunyi tatkala keduanya berhenti dan berbincang dengan laki-laki berambut putih tulang.
Kali ini (y/n) benar-benar hampir menangis karena Makinya kembali akrab dengan lelaki lain.
(Y/n) menyenderkan tubuhnya ditembok yang tersembunyi dari penglihatan ketiganya. Jatuh pelan kebawah dan menyembunyikan wajahnya yang memerah marah diantara lekukan lipatan tangannya.
"Hiks... Sialan!"
(Y/n) tak tahan melihat interaksi laki-laki yang dekat dengan Maki. Tangannya menghapus cepat air matanya, melihat ponselnya yang berdering pelan.
Penerbitnya kembali nelepon mengenai adopsi salah satu novel yang dia buat.
"Bisa tidak kita bicaranya nanti saja?" tanya (y/n). Bibirnya cemberut dengan kedua mata memerah. "Aku sedang kesal saat ini karena milikku berbicara dengan dua laki-laki yang mencoba menggodanya."
Suara diseberang sana terlihat gugup dan meminta untuk mengulang pembicaraan nanti malam jam delapan. (Y/n) melihat layar ponsel yang berkedip pelan menandakan panggilan telah berakhir.
Sebuah tangan memojokkannya kedinding, mata (y/n) melirik mata biru yang ada didepannya saat ini. Alisnya bertautan mencoba menganalisis siapa laki-laki didepannya.
"Maaf nona, siapa yang kau panggil laki-laki penggoda?" tanyanya tersenyum manis.
(Y/n) mengerjap, matanya menatap tempat Maki tadi berdiri. Sudah tida ada, (y/n) kembali melirik laki-laki yang memojokkannya, "kau! Kau si salah satu laki-laki penggoda!"
Kening laki-laki itu mengerut, jelas tidak suka dengan panggilan yang diberikan (y/n) padanya.
Sepasang kaki lain muncul disamping laki-laki itu, "shake."
Kening (y/n) mengernyit, "hah? Kau lapar?" tanyanya karena laki-laki dengan penutup mulut itu berbicara tentang makanan.
Laki-laki berambut hitam menghela nafas dan memanggil satu orang lagi yang bersembunyi dibelakang mereka.
Mata (y/n) melihat perempuan berambut hijau tua dengan mata kuning. Wajahnya diterpa panas, sedikit salah tingkah dan mencoba memperbaiki duduk.
Dua laki-laki yang melihat itu menautkan alisnya, "tuna?"
Laki-laki berambut hitam mengangkat bahu, "aku tidak tahu, Inumaki-kun."
Perempuan yang (y/n) kenal sebagai Zenin Maki berjalan mendekat dan menahannya ditembok, mengukung gadis itu dengan kedua tangannya.
"Kau... Siapa?" tanya Maki.
Nyess...
Rasanya sedikit sakit karena Maki tidak mengenalinya. Tangan (y/n) membuka kacamata dan menggigit gagangnya, sedikit gugup karena wajah Maki yang terlalu dekat dengan wajahnya.
Mata (y/n) menatap mata Maki berkabut, terlalu bingung kenapa respon tubuhnya mendadak absurd seperti ini jika dihadapan Maki.
"Aku... (Y/n), Inamori (y/n)." ucap (y/n) pelan. "Salam kenal, mate."
Maki sendiri yang mendengar ucapan (y/n) terbelalak, "mate? Hah?"
.
.
..
.
..
.
.T
B
C.
.
..
.
.San: asfgnlajdlsbdowbd aku juga mau dikabedon Maki :''')
.
.
..
.
.See you next chapter 😗
17 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ ꒦ ͝ Dream (Z.Maki x Reader)
FanficMate Project by San_21_Arts Mate, seorang pasangan. Maki hanya menganggap itu sebagai bualan semata. Tak pernah benar-benar mencarinya karena terfokuskan akan balas dendam pada keluarga yang menelantarkannya. Mimpi tiga hari berturut-turut kini mema...