Pada usia ku 14 tahun, aku telah mempunyai seorang anak yang lahir dari perut ibu kandung ku sendiri. Ye aku telah menghamilkan mak aku sendiri. Perempuan gemuk bertetek besar dan berbontot tonggek yang tidak cantik namun sentiasa seksi menaikkan nafsu remaja ku.
Bermulanya nafsu ku adalah dari sikap provokatif mak aku sendiri yang sentiasa saja seksi di depan ku. Lantaran aku satu-satunya anak tunggalnya, mak selamba saja mempamerkan tubuhnya dalam keadaan yang tidak sepatutnya di depan ku setiap waktu. Memang mak aku tu tidak cantik, malah bertubuh gempal berisi. Namun keseksiannya membuatkan aku tewas dalam menahan nafsu ku hingga tergoda kepadanya.
Aku pulang dari sekolah, mak aku menyambut ku dengan hanya berkain batik dan bercoli. Membuai teteknya yang besar itu di depan ku. Gemuruh perasaan ku melihat dirinya separuh telanjang menyediakan makan tengahari untuk kami makan bersama. Lentikan punggung besarnya yang lebar membulat dalam kain batiknya membuatkan terkebil-kebil mata ku menatap lenggokan bontotnya yang seksi memantul dalam balutan kain batiknya.
Pada waktu petang, selesai membuat kerja sekolah, aku ingin keluar bermain bola di padang bersama rakan-rakan. Aku masuk ke bilik mak aku untuk meminta izinnya. Namun jantung ku berdetak kencang sebaik melihat mak aku tidur tidak berbaju memperlihatkan tetek besarnya melimpah dalam pandangan mata ku.
Aku terpesona melihat mak aku separuh telanjang dan aku duduk di tepi katilnya memandangnya dengan penuh geram. Wajahnya yang tidak menarik itu kelihatan seksi sekali pada pandangan mata ku yang diselubungi nafsu. Lalu ku tunduk menghisap teteknya.
Mak terjaga dan dia terkejut sebaik mendapati teteknya dihisap oleh ku. Namun dia tidak memarahi ku, sebaliknya tersenyum ketawa kecil beranggapan aku rindu menghisap teteknya seperti sewaktu aku bayi dahulu. Melihatkan mak tidak kisah, aku pun berbaring memeluknya sambil terus menghisap teteknya yang berbaring mengiring memeluk ku.
Aku sedar puting tetek mak semakin keras dan juga nafasnya semakin kuat aku dengari. Aku usap belakang tubuhnya yang telanjang. Lemak pada sisi perutnya turut ku usap hinggalah rabaan ku tiba ke bontotnya yang besar dan berkain batik itu. Ku ramas bontot besar mak aku hingga nafsu ku semakin liar mengeraskan zakar ku di dalam seluar.
Mak memegang zakar ku dari luar seluar pendek ku dan mengatakan dia tak sangka anak tunggal dia ni dah besar. Aku semakin ghairah dan bertindak menarik tangan mak ku dan ku masukkan ke dalam seluar pendek ku. Mak aku pegang batang aku sambil ketawa kecil.
Aku selak kain batiknya. Mak terlentang membuatkan teteknya terlepas dari mulut ku. Dengan wajahnya yang kemerahan, dia meminta aku menghisap teteknya lagi. Aku pun naik ke atas tubuhnya namun terlihat ada sebatang sikat tertanam pada belahan cipapnya. Aku tarik sikat itu hingga pemegangnya tercabut dari lubang senggama mak aku. Mak aku mendesah perlahan dan mengatakan sebelum tidur dia sikat rambutnya dan terlelap hingga tidak sedar sikatnya itu berada di situ. Satu alasan bodoh yang membuatkan aku tahu mak aku itu sebenarnya sedang kegersangan.
Aku naik ke atas tubuh mak aku dan kembali menghisap tetek besarnya. Sambil itu aku dapat rasa tundunnya menekan-nekan batang ku yang membonjol di dalam seluar pendek ku menekan apam tembamnya. Mulut ku menghisap teteknya, namun tangan ku melorotkan seluar pendek ku hingga zakar ku bebas menyentuh belahan cipapnya tanpa halangan.
Sedap sekali rasanya ku geselkan batang ku di belahan kelengkang mak aku. Sambil mengusap rambut ku dan menikmati teteknya ku hisap, mak mengatakan belahan kelengkangnya yang bergesel dengan batang ku itu adalah tempat dia melahirkan aku dahulu.
Mungkin mak aku merasakan aku masih belum arif tentang nafsu dan selamba membiarkan perkara itu berlaku demi keseronokan seksnya sendiri. Mungkin fikirannya memikirkan aku masih naif tentang seks. Namun dia silap, kesedapan batang ku yang semakin keras bergesel di belahan cipapnya yang semakin licin dengan air nafsunya itu membuatkan aku tahu, disitulah tempat masuk zakar ke dalam lubang senggamanya. Terus ku benamkan batang ku memasuki tubuhnya sebaik kepala takuk ku yang keras mengembang itu merasakan lubang kemasukannya.