Part 1

10 1 0
                                    

Jam istirahat masih berlangsung. Aku juga masih sibuk mencari buku diariku yang hilang.

"Mana sih," gumamku pelan.

Entah sudah berapa kali aku memeriksa tas dan laci mejaku. Tetap saja, tak kutemukan juga buku itu.

Aku terdiam sesaat. Berusaha mengingat ingat, dimana terakhir kali aku meletakkan buku diariku itu. Jangan sampai ada seorang pun yang menemukannya selain diriku. Aku tak ingin, perasaan yang kusimpan pada Raidan diketahui banyak orang.

Aku dan Raidan memang pernah ditempatkan dalam satu kelas tahun lalu, kami juga mengikuti ekskul yang sama. Sejak itu aku mulai mengaguminya.

Bukan hanya karena ia tampan, tapi juga karena ia baik hati. Ia mau bergaul dengan siapa saja tanpa pandang bulu. Termasuk denganku, perempuan biasa yang tak punya banyak teman disekolah.

Ia selalu membuatku merasa nyaman saat berada didekatnya. Perhatian yang selama ini ia tunjukkan, membuat rasa cinta itu kian tumbuh.

Tapi aku memilih menyimpan perasaan itu sendiri . Buatku, tak pantas rasanya seorang wanita yang mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, meskipun ini sudah zamannya emansipasi wanita.

Biar saja, aku yang menunggunya. Sampai ia bilang cinta padaku.

"Ehem... sendirian aja nih."

Suara lelaki itu membuyarkan lamunanku. Aku terperanjat melihat Raidan yang sudah berdiri dihadapanku. Mataku membesar melihat sebuah buku yang dibawanya.

'Astaga, itu kan diari aku. Kok bisa ada sama dia sih' batinku.

Aku langsung merebut buku itu dari tangannya dan menyimpannya didalam tas.

"Buku aku kok bisa ada sama kamu sih?" tanyaku sedikit gugup.

Ia tersenyum, lalu duduk disampingku tanpa permisi. Membuat jantungku berdetak tak karuan.

"Tadi aku nemuin dibelakang sekolah. Terus aku lihat ada nama kamu. Makanya aku kesini," jawabnya santai.

"Ma...makasih ya," kataku gugup.
"Aku gak nyangka loh ca, ternyata kamu salah satu secret admire aku," katanya sambil tertawa kecil.

Aku menelan salivaku, berusaha mengatur nafas. Tak ingin terlihat salah tingkah dihadapannya.

"Ca, hei," katanya sambil menjentikkan jarinya didepan wajahku.

"Kamu baca diari aku? Ih, gak sopan," kataku kesal.

Ia terkekeh melihat wajahku yang merah akibat menahan rasa malu.

"Ya maaf, tadi waktu aku temuin bukunya udah dalam keadaan terbuka. Jadi aku gak sengaja baca. Maaf ya..."

Aku menarik nafas dalam dalam, lalu membuangnya perlahan.

Hening sesaat, lalu ia melanjutkan kata katanya.

"Makasih loh, karena kamu udah jadi secret admire aku. Tapi maaf ya ca, aku gak punya perasaan lebih sama kamu. Aku cuma menganggap kamu teman, sama kaya yang lainnya," jelasnya.

Rasanya seperti dijatuhkan ke dasar jurang begitu mendengar kejujurannya. Entah kenapa, aku jadi melankolis begini. Aku mencoba tersenyum meski hatiku begitu hancur.

"Ia gapapa, aku paham kok. Aku juga gak akan minta kamu jadi pacar aku,"  kataku sambil terus berusaha tersenyum.

Ia tersenyum padaku. Kulihat wajah sampingnya yang begitu indah.

"Bentar lagi masuk. Aku balik ke kelas dulu. Inget, simpan diarinya baik-baik, jangan sampai jatuh lagi ya. Dah Eca," katanya sambil mencubit pelan pipiku.

Tentang Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang