episode 01 Kelahiran

5 1 0
                                    

Tepat di pinggir Ibu Kota Jakarta terdapat sebuah Apartemen yang terpencil. Sekitar jam 01:30 Malam suara erangan kesakitan seorang Ibu yang sedang dalam proses lahiran. suara hujan deras serta dentuman petir membuat suasana dalam rumah mencekam, rasa khawatir akan keselamatan Istri dan Banyi nya itu terukir diraut wajah seorang Lelaki yg gelisah mondar-mandir didepan pintu kamar. Sesekali menoleh ke luar jendela melihat keadaan sekitar.

    Hujan di luar sangat lebat di tambah lagi lampu tiba-tiba padam, seakan menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hujan di luar sangat lebat di tambah lagi lampu tiba-tiba padam, seakan menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi. lelaki itu pun duduk di sebuah kursi yg ad didepan kamarnya.
"Ya Allah! Tolong slamatkan anak dan Istriku". pinta Lelaki itu berdoa dengan khusuk. Tanpa henti dia mengucapkan Do'a yang sama terus menerus.

Sementara itu di dalam kamar Bidan serta perawat sedang menunggu pasiennya merasakan kontraksi lagi karna sewaktu di cek ternyata masih pembukaan Enam.
"Suster tolong kau impus Ibu ini!". Ucap Bidan yg bernama Irna itu yang di sertai anggukan dari Suster.

"Ibu.. Tahan sedikit ya!" ucap Suster bernama Rika.

"Iyaaa Sus.." jawab Ibu Marisa yg terbaring di kasur

"Sudah saya pasang.. Bidan Irna". ucap Suster Rika

"Baiklah..! aku akan suntik cairan perangsang ini agar Ibu Marisa cepat melahirkan". Bidan Irna pun menyuntikkan satu botol kecil cairan perangsang itu ke dalam selang impus Ibu Marisa.

Setelah di suntik tak lama kemudian Ibu Marisa merasakan kontraksi hebat.
"Aduuh.. Bidan rasanya mau keluar". Rintih Ibu Marisa, melihat pasien seperti itu bidan dan Suster pun langsung bersiap-siap untuk melakukan persalinan. Bidan Irna pun memakai kaus tangan khusus dan kemudian memasukkan jari Telunjuknya ke dalam Mis V milik Ibu Marisa untuk mengecek posisi kepala sang Bayi. "Ini sudah pembukaan akhir, Suster cepat ke bagian perutnya dan dorong dengan perlahan ketika ku beri aba-aba". Jelas Bidan Irna.
"Baik.. Bidan"!!.

Perlahan-lahan Ibu Marisa mengedan dan sesekali manarik nafas panjang "Haaaaaa.. eeegghhtttt". Suara Ibu Marisa yg tengah berjuang
"Yaaa.. Terus Bu' ini kepala nya udah mulai muncul". Ucap Bidan Irna sembari memberi semangat. Sedangkan Suster Rika mendorong perlahan perut Ibu Marisa agar sang bayi cepat keluar. Setelah kepala Bayi muncul Bidan Irna pun dengan sigap menarik pelan dagu bayi itu yg di barengin dengan dorongan suster Rika, lalu "Oee..Oee..Oeee" Suara tangisan Bayi itu pun terdengar membuat lega mereka bertiga, lalu Ayah dari Bayi itu pun langsung masuk ke dalam kamar, karna tak sabar ingin melihat Anak nya.
"A-anakku sudah keluar Bidan?". tanya Sang Ayah.

"Iya.. Slamat Bayi anda perempuan Pak jaya". jawab Suster Rika yg sudah membersihkan Bayi itu lalu di bungkus dengan sarung agar tak kedinginan dan menyerahkan nya kepada Sang Ayah.

"Lihat.. Dia sangat cantik, mirip sekali denganmu" ucap Pak jaya melihat kearah Istri nya yg masih lemas terbaring di kasur.

"Pak Jaya! keadaan Ibu Marisa sudah stabil dan alhamdulillah semuanya berjalan lancar tanpa ada kendala". Ucap Bidan Irna yg berkemas akan pulang

"Trimakasih banyak bidan, berkat anda Istri saya bisa lahiran di rumah tanpa harus ke rumah sakit atau puskesmas". Pak Jaya yg kemudian meletakkan Bayinya di samping Ibunya.

"Kalau begitu saya permisi dulu Pak, Ad pasien lain yang harus saya tangani juga". pamit Bidan Irna kemudian berjabat tangan.

"Ini bayaran anda Bidan"!!. Pak Jaya menyerahkan sebuah amplot berisi sejumlah uang.
"oh ya!! hati- hati di jalan ya Bidan,Suster". Tambahnya lagi sembari melambai.

Setelah itu Pak Jaya pun menutup pintu rumahnya dan bergegas kembali ke dalam kamar untuk melihat kondisi Anak dan Istrinya itu.
"Kamu hebat sayang". ucap Pak Jaya mencium kening Istrinya, yang di balas dengan senyuman hangat.
"Ayaah! kau belum memper dengarkan Adzan di telinga Anak kita"!?.

"waah!! Ayah lupa Bun". Saut Pak Jaya, kemudian menggendong Anak nya lagi.

"Bismillah hirrahman nirrahim"
"Allahu akbaarr, Allaahhu akbar"
"Allahu akbar, Allaaahuu akbar"
"Asyhadu alla illaahaillaahh"
"Asyhaduu alla illaahaillaah"
"Asyaduu anna muhammadar rasulullah"
"Asyaduu annaaa muhammadar rasulillaaaah".
"Haiyaalal sholaah, haiyaalal sholaaah "
"Haiyaalal falaah, haiyaalal Falaaah"
"Allahu akbar, Allahu akbar"
"Laaaa ilaahaaillaah"

"Jadilah anak yang sholeha" ucap sang Ayah lgi. Setelah Adzan Bayi itu tersenyum, membuat Pak Jaya senang.
"Sayaaang lihat dia tersenyum tadi"!?

"Iyaa..senyum nya manis sekali, sangat mirip dengan mu". Ucap ibu marisa memuji suami nya.
"Oh ya..! Anak kita belum di kasih nama"?!!. Tambah nya lagi

"Ayah sampai lupa bun.."! jawab pak jaya. "Gimana kalau ayah kasih nama Claria Kusuma..! gimana bun bagus gak"?. Tambahnya lagi yang begitu antusias.

"Nama yang cantik Yaah, Bunda suka". Saut Ibu Marisa senang.

"Naah..Sekarang namamu adalah Claria, gadis yg cantik dan pintar"!!. ujar Pak jaya merangkul istri serta mencium kening anaknya.

ClariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang