Disclaimer!
— Sequel of Book KEI
— Kata Kasar
— Cerita Hanya Fiksi
— YoonTae as Main Character
— Brotherhood | Family•••
"Akh! Pelan-pelan, dek." Kei merenggut. "Kakak si! Udah Kei bilang jangan balapan. Tetep ngeyel."
Xavier tersenyum samar, walau sambil ngedumel Kei tetap mengobati lukanya. Kei mendongak menatap Xavier dengan mata berkaca-kaca. "Kak Vier..."
Xavier terkekeh, ia lalu membawa Kei ke dalam pelukannya. "Udah, jangan nangis. Yang jatoh gue, kenapa lo yang nangis." ujarnya sambil menghapus air mata sang adik.
Bagaimana tidak kaget, Xavier pulang dengan beberapa luka dan lebam di tubuhnya, untung tidak parah. Setelah mengetahui kakak nya jatuh dari balapan Kei marah. Tapi marahnya Kei bukan membuat Xavier takut, malah sebaliknya. Xavier juga baru tau, adiknya itu cengeng.
"K-kei takut, kalo kakak kenapa-napa gimana?" lirihnya terendam oleh dada sang kakak. Xavier kembali tersenyum lalu mengusap surai sang adik. "Gue baik-baik aja, yang penting lo sehat."
Cup~
Xavier lalu mengecup pucuk kepala Kei. "Udah jangan nangis, nanti lo kambuh."
Kei mengangguk lalu membereskan peralatan yang tadi ia pakai untuk mengobati Xavier. Xavier diam memperhatikan sang adik lalu berbicara.
"Gue mau ke vila di Puncak, besok lusa." Kei langsung menatap sang kakak. "Kei ikut dong?"
Xavier tersenyum lalu mengangguk. "Iya, tapi lo besok harus check-up. Kalo kondisi lo gak stabil kita gak jadi berangkat."
Kei mengangguk. "Kei sehat kok." ucapnya meyakinkan sang kakak.
Xavier mengangkat bahu acuh lalu beranjak dari tempatnya. "Liat aja besok." ucapnya sambil melirik jam tangan. "Jam 9, lewat 1 jam dari waktu tidur lo."
Xavier lalu menarik tangan sang adik pelan dan membawa Kei ke kamarnya, Xavier ingin tidur sambil memeluk Kei.
"Tidur ya, gue mau mandi." ucapnya membaringkan Kei di kasur. Anak itu mengangguk lalu memejamkan mata sedangkan Xavier pergi ke kamar mandi.
20 menit Xavier membersihkan diri, ia sudah bersih dan langsung bergabung dengan Kei yang sudah terlelap. Ia menarik selimut sampai menutupi dada Kei lalu mencium kening adiknya.
"Sweet dream's, little brother."
•••
Hari ini keberangkatan Kei, Xavier dan anak-anak Strike Eagle ke Puncak. Mereka akan berangkat jam 10 pagi, kemarin Xavier mengajak Kei untuk check-up dan untungnya hasilnya bagus jadi anak itu bisa ikut ke Puncak dengan banyak petuah dari dokter Yuda dan bi Asih.
Xavier sengajak menyewa 3 bus untuk keberangkatan mereka, tapi itu untuk anak-anak Strike Eagle. Xavier tadinya akan membawa mobil pribadi tapi Kei ingin menaiki bus, ia tidak bisa berbuat apa-apa jika anak itu sudah meminta.
"Dek, gimana? Sehat kan?" Rio mengusap kepala Kei lembut.
Ini pertemuan kedua mereka setelah hari dimana Xavier membawa Kei ke basecamp nya. Kei sudah jarang keluar rumah, ulah siapa lagi jika bukan sang kakak. Ia kaluar hanya untuk sekolah, itupun jika memang ia benar-benar sehat. Xavier selalu mengecek detail kesehatan Kei saat adiknya akan sekolah.
Pernah saat itu sekolah Kei sedang mengadakan ujian, tapi kondisi anak itu sedang drop dan Kei merengek ingin melaksanakan ujian, akhirnya Xavier mendatangkan guru ke rumah untuk Kei melaksanakan ujian. Bukankah itu terlalu berlebihan? Bagi Xavier tidak.