prolog

1.3K 211 109
                                    

"Karamel Adelia Renata"

Panggilan nama itu membuat seoarang gadis mendongakan kepala nya ke atas, mulut nya sedikit terbuka memamerkan dua pasang gigi kelinci nya yang memberi kesan manis pada gadis itu.

"Iya, saya bu." jawab Karamel sopan, Bu Reka tersenyum lantas memberi isyarat agar Karamel mendekati nya. Karamel menghela nafas pelan ia mulai meletakan pulpen nya dan menutup buku nya kemudian berdiri melangkah mendekati guru nya itu.

"Tolong kamu antar berkas ini ke Ibu Wulan di kelas dua belas IPS 4 ya?" pinta Bu Reka sambil menyorkan beberapa lembar berkas yang Karamel tak tahu nama nya. Karamel menganguk kemudian undur diri sambil berjalan meninggalkan kelas dalam diam.

Ia memang pendiam berkat sifat pendiam nya, ia sulit memiliki teman. Ia hanya punya Deka–– teman semasa kecil nya yang selalu mendampingi nya ah–-lebih tepat nya ia yang bergantung pada Deka. Bahkan orang tua nya harus menyogok guru sekolah nya, agar ia bisa sekelas dengan Deka yang pintar. Selalu begitu hingga ia sudah menginjak di kelas 12 SMA.

Langkah Karamel terhenti saat mendengar ringisan seseorang di sebuah lorong sekolah yang sepi sedikit creppy namun Karamel lebih penasaran dengan orang itu. Karamel menatap berkas di pelukan nya kemudian menatap lorong sepi itu. Ia sedikit dilema. Dalam diam nya otak nya terus berfikir keras untuk menepati tujuan awal nya namun suara ringisan itu seakan menguji nyali nya.

"ARKHHH!!"

Mata Karamel melotot, ia segera berlari mendekati suara itu kemudian berhenti di depan pintu kelas yang sudah lama tak terpakai. Karamel menelan ludah nya susah payah saat tangan nya terangkat untuk memutar handle pintu kelas itu ia jadi teringat pepatah nenek nya dulu.

Rasa penasaran mu akan membunuh mu.

Namun kali ini ia tak peduli saat suara kesakitan itu kembali terdengar, dengan gerakan cepat Karamel memutar kenop pintu dan pintu itu terbuka. Karamel meremas kuat kertas yang ia pengang, kaki nya mulai melangkah masuk serta mata nya yang mengedar ke penjuru kelas yang berantakan untuk sesaat ia lega namun...

"Keluar!" suara itu mengejutkan Karamel sehingga kertas yang ia pengang berjatuhan di lantai.

"S–argas" gugup Karamel ia merasa panas dingin akan tetapi hal yang lebih membuat ia takut adalah seragam sekolah Sargas yang di penuhi darah di bagian perut serta mulut cowok itu yang mengeluarkan darah.

"Gue bilang keluar atau..

"A.. Atau?" lanjut Karamel ketakutan, entah keberanian dari mana ia malah mendekati Sargas yang duduk bersandar di tembok sambil menatap nya tajam.

"Atau lo.. Mati" lanjut Sargas, langkah Karamel langsung terhenti. Bukan, bukan karena ia takut karena ancaman Sargas tetapi darah di perut Sargas mulai mengalir deras bersamaan dengan mata cowok itu yang hampir terpenjam.

Karamel segera berlari mendekat  kehadapan Sargas yang masih menatap nya tajam. "GUE BILANG KEL–

"Diam!" bentak Karamel kemudian menyingkirkan tangan Sargas yang menekan luka tusukan di perut nya.

"Lepas tangan kamu!" perintah Karamel ngegas, hal itu membuat Sargas menatap nya dingin.

"Gue bilang pergi"

"Ninggalin kamu yang sekarat gini? enggak akan! Lepas tangan kamu gak gitu cara ngehentiin pendarahan nya bodoh" omel Karamel setengah panik, Sargas menaikan sebelah alis nya entah kenapa cowok itu tidak marah saat Karamel mengatai dirinya.

"A.. Aku panggilin gur--

"Jangan" potong Sargas sambil menahan lengan Karamel. Cewek itu terkisap lantas menatap lengan nya yang di cekram dengan telapak tangan Sargas yang di penuhi darah.

"Luka nya... "

"Shh.. Gue gak papa. Lo pergi"

"Aku gak akan pergi" ujar Karamel sambil melepaskan dasi SMA nya, memejamkan mata nya sekilas kemudian tangan nya yang bergetar langsung mengikat dasi itu ke pinggang Sargas.

"Lo ngapain sialan.." gumam Sargas tak terima, Karamel menatap tepat di mata Sargas. Cowok itu merasa kesakitan tapi tetap sok jagoan. Dasar

"Biar darah nya gak keluar terus. Aku mau..

"Pergi" lanjut Sargas sambil tersenyum remeh.

"Aku gak akan ninggalin kamu!" seru Karamel setengah berteriak, ia langsung membungkam mulut nya. Apa-apaan tadi?
"Tu.. Tunggu disini.. Aku mau...

"Pergi kan?" potong Sargas lagi.

"Aku gak akan lama! Pokok nya tunggu sini" tegas Karamel. Perlahan cekraman itu Sargas lepas sambil menatap netra coklat terang cewek itu.

"Nama lo?"

"Karamel"

"Manis" gumam sargas pelan.

"A.. Apa?"

"Gak ada pengulangan Kara"

Kara?

Mulut Karamel hendak protes akan tetapi ia tutup kembali, nama itu... Agak asing tetapi ia menyukai nya. Oh astaga! Apa yang ia pikirkan! Karamel langsung bangkit berdiri kemudian berjalan ke tumpukan kertas yang ia jatuhkan tadi. Memunggut tumpukan kertas yang ia jatuhkan tadi kemudian hendak berjalan namun ia sekaan tak rela.

"Kara" panggil Sargas, Nama asing itu.. Karamel menghebuskan nafas kemudian menoleh.

"Aku gak akan lama" ucap Karamel terdengar lirih.

"Gue gak peduli. Tutup pintu nya" ketus Sargas, mata cowok itu seperti nya akan terpenjam.

"Aku gak akan lama" ulang Karamel kemudian berlari, tanpa sadar degub jantung nya berdetak tak karuan. Ia tau ini salah! Deka selalu bilang untuk menjauhi Sargas dan segala tetek bengek cowok itu tetapi ia hanya menolong.. Setelah itu pergi, pergi menjauh dari Sargas yang kejam.

Karamel tak sadar jika sekali mengenal Sargas maka ia tidak akan bisa kembali ke kehidupan awal nya.





Tbc!

Author cerita baru lagi?

Iye.. Baca ye... Gimana ya Author juga pusing!

Next or no?

Suka enggak?

Um... Cerita nya ada sedikit kekerasan wkwk...

Udah itu aja mau next kapan?

Dangerous BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang