'Kau masih dapat berjuang!'
Sontak mata Seokjin terbuka dengan cepat, ia terbangun dari tidur nyenyaknya dengan perasaan luluh lantak. Keringat mengalir, membasahi kening dan rahangnya. Dadanya naik-turun dengan cepat, napasnya tak beraturan.
Mimpi itu lagi. Ia membatin. Tangannya lunglai di kedua sisi tubuh. Tidak hanya sekali mimpi buruk itu menghiasi tidur malamnya. Seokjin merasa ia dikutuk.
Perlahan ia mendudukkan tubuhnya, menolehkan kepala ke balik jendela yang di tutup tirai putih. Sebersit sinar matahari yang menelusup dari balik tirai, membuatnya menyipitkan matanya sekilas.
Sudah sepuluh tahun berlalu sejak kejadian tragis itu. Waktu bergulir begitu cepat, ketika usianya bahkan semakin bertambah. Namun, rasa sakit yang ia rasakan jelas tidak akan sembuh meski dalam jangka waktu seumur hidupnya.
Kematian ibu dan pamannya yang ia saksikan dengan jelas, membuatnya tumbuh menjadi sosok yang berbeda.
*****
Seokjin menghirup sejenak udara pagi dari jendela kamar yang baru saja ia buka. Ia membalikkan tubuhnya dengan cepat ketika mendengar pintu kamarnya yang tidak ia kunci terbuka tanpa di ketuk terlebih dahulu.
"Kau sudah bangun, Jinnie?"
Seokjin mengalihkan pandangannya, melirik pada pria muda yang tengah berjalan memasuki kamar bahkan tanpa meminta ijin pada Seokjin,
"Lihatlah, kau bahkan baru bangun tidur, tapi kenapa semenawan ini?" Pria itu nampak memainkan alisnya dengan tatapan penuh minat. Ia menyusuri tubuh Seokjin yang hanya berbalut kain putih tipis hingga lekuk tubuhnya dapat dilihat pria itu dengan samar.
Melihat tatapan tak senonoh pria itu pada dirinya, sontak membuat Seokjin mendengus dengan lirih,
"Apa maumu, Tuan Jeon?" Seokjin berujar dengan datar, "Untuk apa kemari lagi? Semalaman aku sudah melayanimu hingga aku sampai bosan, apa kau masih belum puas?"
Jeon Jungkook, penyair tampan itu terkekeh sejenak, "Tidak bisakah kau bersikap manis sehari saja padaku, Jinnie?" Pria itu melangkahkan kakinya mendekati Seokjin, lalu menghimpit tubuh Seokjin di antara dinding dan dada bidangnya, hingga membuat Seokjin mendadak tidak nyaman. Jungkook tersenyum samar,
"Bukankah aku sudah sering mengatakannya padamu? Bagaimana bisa aku puas sebelum aku berhasil menidurimu dan memasukkan milikku ini ke dalam tubuhmu." Jungkook berbisik dengan intim, menjilat sebelah telinga Seokjin dengan lamat lalu mengecup leher mulus pria manis di pelukannya.
Seokjin bungkam, ia mengangkat kedua tangannya lalu mendorong tubuh tegap Jungkook dengan sekali sentakan, "Jangan lewati batasanmu, Tuan Jeon. Sekarang lebih baik kau keluar dulu dari kamarku dan tinggalkan aku sendiri. Aku ingin mandi."
Jungkook enggan bergeming, ia menatapi keindahan Seokjin tanpa kedip, "Haruskah aku memandikanmu, Hamster kecil?"
Seokjin memutar kedua bolamatanya, kemudian bergerak demi menjauh dari Jungkook, sayangnya Jungkook sudah terlebih dahulu menarik lengannya, hingga punggungnya bertabrakan dengan tubuh kekar pria itu.
"Jinnie, aku tak suka di abaikan." Jungkook bergumam, ia menjalarkan bibirnya turun perlahan, menelusuri pundak Seokjin yang terlihat akibat kain putih yang pria manis itu kenakan tersingkap melewati bahu.
Seokjin mendesah sesaat, merasakan Jungkook menghisap pundaknya dan menggigiti kulitnya dengan gemas. Mendengar desahan Seokjin, Jungkook semakin berani melakukan aksinya. Ia membawa sebelah tangannya semakin menyingkap kain putih Seokjin hingga milik Seokjin yang mungil yang tidak tertutupi apapun lagi di antara paha mulus itu terlihat dengan jelas
KAMU SEDANG MEMBACA
Singularity - TaeJin/KookJin [Historical FF]
FanficBoys Love! TaeJin! KookJin! Historical Fanfiction. Top! Taehyung, Top! Jungkook Bottom! Seokjin ***** Kim Seokjin adalah keturunan pemberontak, ia sampah masyarakat. Jika tidak ada pemilik penginapan yang menolongnya, ia jelas sudah mati sejak lama...