Denis!

20 10 5
                                    

Pagi ini Sofia dengan sangat terpaksa memutuskan untuk berangkat bersama Zidan. Karena tabungannya yang semakin hari semakin berkurang. Gaji sebagai pekerja paruh waktu disalah satu toko percetakan tidak cukup kalau harus dipakai untuk ongkos, apa lagi uang saku.

Ya, walaupun Ayahnya pemilik perusahaan HIY group ia tetap harus mencari uang untuk segala keperluannya. Memiliki ibu yang ntah mengapa semakin hari semakin menjadi. Membuat ia seakan malu jika harus meminta uang untuk hal-hal kecil.

Zidan? Jangan ditanya, dialah penguasa seisi rumah, apapun yang terjadi di dalamnya harus berdasarkan keputusannya. Karena dialah satu-satunya anak laki-laki.

Melihat kondisi kesehatan pak Damar yang semakin hari semakin menua, membuat bu Aini dan Zidan bertindak semaunya yang mungkin saja mereka sangat menunggu-nunggu kematian pak Damar.

-----

Ntah apa yang terjadi, bahkan sampai sekarang pun Bu Aini tak bisa bersikap layaknya seorang istri dan seorang ibu yang baik buat sofia. Tak salah lagi ini terjadi karena pernikahan mereka yang bukan atas dasar cinta.

Kedua orang tua Bu Aini yang pada saat itu berhutang Budi dengan keluarga pak Damar, karena berkat bantuan keluarganya nyawa Bu Aini dapat tertolong akibat kecelakaan beruntun yang terjadi dijalan tol. Yang menelan 10 korban tewas.

Akibat kecelaakan itu selang Kurang lebih 2tahun. Bu Aini harus menikah dengan pak Damar atas dasar balas Budi, di usianya yang baru menginjak 20 tahun. yang pada saat itu pak Damar sudah berusia 49 tahun.

Pak Damar yang harus menerima bahwa istri yang ia cintai dulu menghianatinya. Hal ini yang menyebabkan pak Damar trauma dan tak ingin menikah hingga kondisi hatinya membaik.

Namun karena dorongan dan dukungan  dari keluarga akhirnya ia dengan yakin memutuskan untuk menikah lagi.

-----

"Kamu yang udah merenggut masa mudaku,"  teriak Bu Aini dari dalam kamar

"Maaf!" Pak Damar yang hanya bisa menunduk tak berdaya dilantai tepat  didepan istrinya.

"Maaf!maaf!, Memang cuma itu yang bisa kamu bilang dari dulu" geram Bu Aini mendekati pak Damar seolah ingin menerkamnya.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau memaafkan ku, apa?!" Ujar pak Damar dengan sekuat tenaga menahan tangisnya.

"Mati!"  Sentak Bu Aini dengan menaikan alis kirinya. "Atau setidaknya kau pergi dari kehidupan ku"

Bu Aini yang semakin hari semakin berapi-api, sebanyak apapun air untuk memadamkannya seakan tak cukup.


Pak Damar yang setiap hari harus menerima cacian yang keluar dari mulut istri yang ia cintainya. Menangis, merasa bersalah, sudah tak terhitung lagi jumlahnya.


Jika bisa, mungkin pak Damar  memilih pergi dari rumah itu. Namun satu pertanyaannya, siapa yang akan menemani Sofia bertaruh batin di rumah ini?. Hanya itu, yang membuat pak Damar mampu mengenyampingkan rasa sakitnya.


   -----

Suasana sekolah yang setiap hari Sofia nantikan. Damai, tentram. Teman teman yang selalu bersikap baik padanya. Memiliki kekasih yang sudah 2tahun menemaninya. dimatanya ia sangat sempurna, tampan, baik hati, pengertian, serta menyayanginya dengan sangat tulus.
Seakan menjadi alasan untuk ia tak terlalu memikirkan sikap buruk sang mama.

What's better without youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang