-chapter 1

200 51 75
                                    

Ketiga laki-laki tampan dengan penampilan yang cukup dijuluki 'bad boy' itu  berjalan dengan santai dikoridor SMA Jaya Sakti.

Devano... lelaki dengan wajah yang dipahat dengan sempurna, putih bersih, tubuh yang gagah, dan rambut yang sedikit acak2 kan itu menambah nilai plusnya. Devano.... lelaki yang cukup populer disekolahnya, ditambah dengan kedua sahabatnya yang memiliki sifat berbeda-beda.

Devano... memiliki sifat yang cukup dingin terhadap orang lain, ia tidak suka berbicara panjang lebar karena ada pepatah mengatakan 'tong kosong nyaring bunyinya'. Devano bukan bad boy yang kekurangan kasih sayang, melainkan anak yang sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Devano tidak suka dengan perlakuan kedua orang tuanya, oh ayolah, Devano sudah besar, bukan anak kecil yang masih suka mengompol dicelana.

Devano melirik malas kepada sahabatnya, Enzo. Sahabat playboynya itu sedang menggoda para gadis yang mereka lewati. Devano sempat perfikir spesies macam apa sahabatnya itu.

Selain Enzo, devano juga memiliki sahabat bernama Brayn. Bryan tengah asik dengan earphone yang tersumpal ditelinganya, lelaki itu tidak menghiraukan sekitarnya.

Saat mereka ingin berbelok, tiba-tiba saja seorang gadis yang tengah membawa sebuah buku itu menabrak mereka hingga buku yang berada ditangannya terjatuh kelantai.

Gadis cantik berambut hitam dengan jepitan keropi menghiasi rambut indahnya, menatap mereka dengan mata menyalang. Kentara sekali gadis itu tengah menahan emosi.

   "Maaf." Hanya itu yang keluar dari bibir brayn.

   "Apa?!" Gadis itu berteriak tidak terima.

   "Gue harus apa?"

   "Beresin lah, bego!" Gadis itu tanpa segan memberi umpatan kepada brayn.

Bryan menatap tidak peduli buku yang berserakan dilantai, mengedikkan kedua bahunya, berjalan meninggalkan kekacauan itu. Gadis itu menatap bryan tidak percaya. Astaga! Ini masih pagi dan dia harus berhadapan dengan lelaki aneh.

Enzo mengerlingkan matanya menatap gadis itu, "Mau abang bantuin ga, sayang?" Tanyanya dengan tersenyum manis.

   "Ga." Gadis itu dengan cepat berjongkok, membereskan bukunya.

Enzo yang merasa umpan mautnya tidak bekerja hanya mendesah pasrah, berjalan untuk menyusul bryan.

Tersisa devano yang sedang menatap gadis itu dengan intens. Gadis itu sangat menggemaskan dengan bibir yang mengerucut.

Akhirnya devano ikut berjongkok, membantu gadis itu dengan senang hati. "Biar gue bantu." Ucap devano saat gadis itu menatapnya.

   "Gue devano..., panggil vano aja." Devano mengulurkan tangannya.

   "Syella, bisa Sye." Jawab gadis itu, membalas jabatan tangan devano.

   "Cantik." Ucap devano dalam hati saat gadis itu tersenyum sangat manis dan sangat cantik menurutnya.

***


rayn sejak tadi mengamati Vano yang tumben agak sumringah itu..., sebab sejak pelajaran kimia yang di ajarkan oleh pak Broto, Vano tidak membuat kegaduhan di kelas...,"ya tuhan itu sungguh langka"

Ting Ting Ting

   "Akhirnya bel Sial itu berbunyi". Bryan,Alban dan Vano tertawa lepas setelah mendengar Enzo melanturkan kata itu. "ck"

4 cowo itu berjalan menuju kantin segera mengisi perutnya yang sudah berteriak minta di isi.

   "pesan sana Van sekali kali hehe",lvano menatap Enzo malas...,tapi setelah itu dia tetap memesan makanan seperti biasa.., bakso dan es jeruk.

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang