Tiga

4 0 0
                                    

Jenga, Yanto, dan Hendery mampir di sebuah angkringan yang tidak jauh dari cafe tempat mereka ngeband hari itu.
Yanto dan Hendery sudah sibuk menikmati kopi dan kuaci tidak lupa satu bungkus rokok yang mereka beli sebelum ke angkringan. Namun Jenga, masih berkelut dengan pikirannya tentang perempuan tanpa ekspresi yang ia lihat di cafe.

Hendery menyenggol tangan Yanto yang akan menyeruput kopi.

"Elah, apaan sih nying. Tumpahkan kopi gua"

"Hehe, sory," Hendery menunjuk Jenga dengan dagunya.

Yanto menatap Hendery seolah bertanya"kenapa?" Hendery yang mengerti mengedikan bahu.

"Je.." Panggil Yanto.

"Lu kenapa dari di cafe tadi bengong mulu," Kata Yanto.

"He'em, lu gak ngeliat setan kan," Ujar Hendery.

Jenga mengangguk membuat Yanto dan Hendery membulatkan matanya.

Jenga mengambil kuaci yang ada di meja.

"Waktu di cafe gua liat perempuan, rambutnya panjang duduk di antara orang-orang di cafe waktu kita tampil,"

"Mungkin itu salah satu pelanggan cafe," Ujar Yanto.

"Anehnya, tuh perempuan cuman diem ngeliat kearah kita tanpa ekspresi yang jelas, padahal semua orang di cafe tepuk tangan," Jelas Jenga.

"Ihh apa jangan-jangan bener lagi, yang lu liat itu setan," Ujar Hendery melihat disekitar sembari mengelus leher belakangnya.

"Dia sempet il--"

PRANK..

"AMPUN..!AMPUN" Kaget Hendery memeluk tangan Yanto.

Sebuah tutup panci tiba-tiba terjatuh dan mengagetkan Hendery, membuat abang angkringan bengong menatap Hendery yang heboh sendiri begitupun Yanto dan Jenga yang menatap Hendery datar.

"Apaan sih lu, cuman tutup panci," Menyingkirkan tangan Hendery.

"Terus??"

"Dia ilang," Ujar Jenga

"Fix yang lu liat, beneran setan," Sambar Hendery.

"Pikiran lu setan mulu, kangen di datengin"

"Jangan gitu Yan," Hendery yang kembali memeluk tangan Yanto.

"Dia pergi. Waktu gua mau nyamperin,
lu berdua keburu muncul," Kata Jenga menyelesaikan ceritanya.

"Hem. Kita berdua," Ucap Hendery.

Jenga berdehem mengambil satu batang rokok dan menyalakannya.

"Oh, jangan-jangan tadi lu tiba-tiba kabur pas di cafe, lagi ngejar perempuan itu," Kata Yanto sambil mengepul asap rokok dari mulutnya.

Jenga menaikan kedua alisnya.

Dirasa sudah cukup mampir di angkringan Jenga pun segera pulang untuk melihat kondisi putranya di rumah.

Jenga memarkirkan motornya lalu segera masuk. Saat sampai didalam Jenga meletakan helm disembarang tempat lalu berteriak seperti rumah hanya ada dirinya saja.

"Jat..!Ijat.." Teriak Jenga memanggil Ijat.

Mencari kucing kesayangannya itu ke seluruh spot rumah.

"Bang, Ijat Mana?" Jenga bertanya pada Moe yang tengah duduk di sofa menonton sinetron kesukaannya.

Moe tidak menjawab pertanyaan Jenga, membuat ia kesal. Jenga pun menghampiri abangnya tersebut dan...

"Yaallah, ternyata Ijat sama lu," Jenga yang melihat Ijat dipangkuan Moe, menghampiri abangnya untuk melihat Ijat tapi...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Temperature || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang