Pesantren Ujung Desa

365 15 12
                                    

Nara Arwidhya Kusuma merupakan seorang santri asal Cirebon yang kebetulan mesantren juga di daerah Cirebon. Keluarganya terkenal dengan keluarga kejawen yang taat akan tradisi dan adat yang diturunkan secara turun temurun.

Nara memiliki kemampuan yang beraneka ragam saat dia masih kecil. Hal ini dapat diketahui di saat dia mampu menebak pemenang dari pemilihan kepada daerah di tempatnya.

Itu belum seberapa. Dia juga mampu mendeteksi orang-orang yang akan meninggal lewat bisikan kematian yang dibawakan langsung oleh "Sosok" khusus yang Nara sebut sebagai "Tamu Kematian"

Cerita ini berdasarkan dari pengalaman beberapa Narasumber yang dikemas menjadi sebuah cerita.

Cirebon, 2018

"Kamu yakin mau mondok?"
Tanya Pak Seyhan, Bapak Nara

"Nara mau mesantren pak. Pergaulan di rumah udah rusak. Nara gak mau ikut-ikutan teman-teman Nara yang Akhlaqnya gak bagus!"
Jelas Nara

"Tapi, nara. Kamu tahu, kan? Perekonomian kita gak mencukupi. Untuk makan aja susah, apalagi bayarin kamu mondok!"
Ucap Pak Seyhan

"Pak, jangan takut akan rezeki. Rezeki sudah ada yang ngatur. Bapak doain Nara aja biar Nara jadi orang yang berguna,"
Senyum Nara

"Aamiin. Semoga kamu bisa jadi penerus bangsa, agama dan negara ya Nara."
Senyum Pak Seyhan sambil memeluk Nara.

Keesokan harinya, Pak Seyhan serta Nara dan juga beberapa anggota keluarga lainnya berangkat menuju Pesantren yang berada di sebuah tempat di Cirebon. Nara memang memiliki kelebihan dalam menghafal dan memahami ilmu agama. Walaupun Bapaknya tergolong kejawen, namun Nara memiliki tekad untuk menjadi seorang muslim yang taat akan perintah Allah Swt.

Sesampainya di pesantren, Nara terkejut dengan sambutan aneh dari pesantren. Dia mendapati banyak keanehan dari bentuk bangunan, orang-orang di sana dan juga posisi pesantren yang sepi lengkap di kelilingi oleh sawah di sekitarannya.

"Pak, bapak yakin ini pondokannya?"
Tanya Nara

"Kata Om Ali bener kok. Ini pondokannya!"
Jelas Pak Seyhan

Nara melihat-lihat sekeliling pesantren. Ada sebuah bangunan kosong yang menjulang tinggi. Di sebelahnya terdapat pepohonan yang rimbun dan agak menyeramkan.

"Nara jangan ke pepohonan itu, ya?"
Tanya Pak Seyhan

"Kenapa emangnya, pak?"
Tanya Nara balik

"Di pepohonan itu, Kuntilanaknya masih nakal. Kadang gangguin orang-orang yang melewati tempat itu!"
Jelas Pak Seyhan

"Oooh ... "
Ucap Nara sambil membulatkan mulutnya

Jika memang benar apa yang dikatakan oleh Bapak, mungkin pesantren ini memiliki banyak gangguan. Apakah pagar ghaibnya sempat jebol karena atmosfer aura di sekitarannya sangat buruk? Belum lagi, tempat ini masih asri akan alam. Kemungkinan besar, pesantren ini menyimpan banyak sosok!

Pengurus pondok mempersilahkan Nara dan juga Pak Seyhan memasuki pesantrennya. Walaupun sederhana, namun ternyata para santrinya sangat friendly dan baik. Mereka berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Cirebon, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah bahkan luar daerah Jawa pun ada.

"Pesantren ini masih tahap pembangunan. Karena itu, ya seperti ini. Oh ya, namanya siapa?"
Tanya Kang Ilyas

"Nama saya Nara Arwidhya Kusuma. Panggilannya Nara, kang,"
Ucap Nara

"Namanya bagus. Persis lelakon jawa,"
Senyum Kang Ilyas

"Oh, ya. Pak Kyaine wonten, kang?"
(Oh, ya. Pak Kyainya ada, kang?)
Tanya Pak Seyhan

"Pak Kyaine siweg tindak,"
(Pak Kyainya sedang keluar,)
Jawab Kang Ilyas

"Ooh, nggeh. Punten nitip Nara ya kang,"
Ucap Bapak kepada Kang Ilyas

"Nggeh, pak. Sebisa saya pak."
Senyum Kang Ilyas

Hari itu juga, Nara resmi menjadi santri. Nara sangat senang karena dia diberi kesempatan untuk bisa belajar agama

"Nara, nanti tidurnya bareng-bareng gak papa ya?"
Tanya Kang Ilyas

"Oooh, iya kang."
Ucap Nara

Malam harinya, Nara disuruh mengaji oleh Kang Ilyas. Kebetulan Nara sudah bisa membaca Al-Qur'an. Jadi dia hanya melanjutkan mengajinya dulu.

Sesudah mengaji, Nara kebelet kencing. Dia langsung izin untuk pergi ke kamar mandi.
Nara langsung membuka sarungnya dan tak memikirkan apa-apa.
Namun, dia merasa di belakang pundaknya terdapat rambut yang menyentuh bajunya.

"Ini apa?"
Tanya Nara

Nara terkejut bukan main ketika ada suara seorang wanita yang sangat mengerikan bunyinya jika didengarkan

"Kamu santri baru, ya? Aku boleh kenalan ngga? Hik hik hik ... "

Nara menoleh ke belakang dan ternyata ...

Sosok Kuntilanak dengan wajah Hancur sedang tersenyum kepadanya!

Tamu KematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang