Untuk Saat Ini Lebih Baik Mengalir

51 5 0
                                    

Satu dimsum dilahap Kevin dengan semangat. Sembari mengunyah, tangannya sibuk mengetik di atas keyboard laptop.  

"Kalau promosi gitu enaknya diposting jam berapa ya?" Diel yang duduk di hadapan Kevin memulai percakapan yang menjadi tujuan mereka berdua kumpul hari ini.

Kevin menelah dimsumnya sebelum menyahut, "paling rame engagement-nya tuh jam makan siang, sore sekitar jam lima, sama jam tujuh sampai jam delapan malem. Kalau liat dari postingan kita selama beberapa bulan terakhir pas gue nyoba posting di beberapa waktu itu."

"Waktu pas orang lagi nyantai buka hape, ya."

"Betul."

"Oh, kalau gitu dibagi aja sesuai kontennya. Kalau konten promosi sekitar jam makan siang, biar orang-orang kepikiran buat mampir pas malemnya. Kalau konten lainnya menyesuaikan aja." Kevin memberi usulan.

"Boleh, tuh."

"Eh, Kev."

"Paan?"

"Lo ada kenalan yang bisa live music gitu gak, ya? Kemarin tuh Mas Ji ngide buat adain live music gitu. Katanya biar makin rame aja. Beberapa minggu terakhir, tuh kalau diliat-liat Rerata banyak orang pacaran deh yang dateng."

"Keluarga besar tuh juga ada. Tiga kali gue liat kemarin."

"Ih, serius bentar." Diel mengomel pelan. Kevin cuman ketawa aja, masih fokus ngetik di laptopnya. Deadline mata kuliah Pancasila setengah jam lagi tapi belum selesai sepenuhnya. Ini gara-gara semalam dia ketiduran sehabis begadang nonton bola.

"Hahahaha, gue juga serius nih. Kenalan live music, sih ada...."

Diel menunggu Kevin yang dari gelagatnya itu masih mau melanjutkan omongannya.

"Gak usah jauh-jauh juga gue bisa, sih."


"ANJIR KOK GAK BILANG SIH, NYET?"


"Kasar banget tuh mulut." Kevin cuman ketawa aja melihat reaksi Diel. 

"Asli, Mas Ji tau gak lu bisa main musik?" Mendadak Diel penasaran.

"Tau-tauan dia mah."

"LAHH? KOK GAK NYURUH ELU AJA, SIH?" Diel makin geregetan, sementara Kevin cuman ketawa. Lucu aja melihat reaksi heboh Diel.

"Ya... gak tau??? Padahal gak harus ngeluarin biaya lagi, ya kalau gue yang tampil."

"Iya, tuh."

"Tapi, ntar gue dapet bonus."

"SAMA AJA, DONG MALIHHH."

"WKWKWK... Santai, Di. Mas Ji juga awal ngajak gue gabung gara-gara tau gue pernah ngeband juga, sih." Kevin menutup laptopnya, sudah selesai berkutat dengan tugas Pancasila. Ia merenggangkan badannya lalu mulai melirik Diel yang antusias menyimak.

"Cuman belum kepikiran buat lanjutin buat band. Banyak kerjaan terus palingan gue bantu-bantu ngisi jadi session player* aja beberapa kali di band apa temennya Mas Ji kalau manggung."

"Owalah gitu...." Diel menganggukan kepalanya, mulai paham.


Singkat cerita, beberapa bulan yang lalu, melalui koneksi kenalannya selama menjadi session player, Kevin gabung di usaha milik Mas Ji, Rerata. Rerata sebenarnya hampir sama kayak cafe pada umumnya, cuman letaknya cukup strategis di daerah yang tinggi jadi bisa lihat view kota dari atas. Rerata juga lebih luas jangkauan pengunjungnya, alias gak terbatas remaja atau orang dewasa awal. Sama kayak yang Kevin bilang, bahkan ada keluarga besar yang nongkrong di Rerata. Memang, sih Rerata unggul dengan didukung lokasinya atau kalau kata orang-orang instagramable alias cocok buat jadi tempat foto-foto.


Awalnya Mas Ji cuman nawarin Kevin buat jadi kasir sekaligus admin media sosial, cuman sekarang dia suka iseng jadi barista dadakan bareng Diel. Sama, sih kayak Diel. Dia juga jadi fleksibel posisinya yang sekarang merangkap jadi designer grafis. Beberapa karyawan Rerata mengundurkan diri, jadi dua anak ini sibuk merangkap posisi yang kosong itu. Mas Ji, sih udah niat nyari karyawan baru, cuman Kevin iseng ngusulin dirinya buat isi posisi kosong, sama halnya dengan Diel. Mas Ji setuju-setuju aja, karena mereka berdua emang menyanggupi. Paling kalau Kevin sama Diel udah keteteran, Mas Ji bakalan nyari karyawan baru.


"Tapi, lu udah rangkep banyak posisi, ya..."

"Makanya Mas Ji gak nawarin gue."

"Lu gak mau ngeband lagi apa, Vin? Kampus bentar lagi ada event gak, sih? Gue denger juga tahun ini festival band diadain lagi."

"Gak tau, deh. Belum kepikiran gue. Btw, buatin ice coffe, dong. Aus nih."

"Yeee ngelunjak ya mentang-mentang udah dibawain dimsum."

"Hehehehe makasih, YEL!"


Kalau berbicara tentang band, itu sudah jadi cita-cita Kevin sejak lama. Punya band yang cukup langgeng dengan preferensi musik yang cukup nyambung. Cuman untuk saat ini dia lebih milih buat mengalir aja. Jadi session player dari satu grup ke penyanyi lainnya, atau menuhin draft musiknya yang sudah dibuatnya setahun belakangan ini.




*Session Player: Pemain instrumen tambahan yang tidak terikat dengan suatu grup. Session player biasanya menguasai beberapa instrumen dan cakupan genre yang dikuasai juga cukup luas.

 Session player biasanya menguasai beberapa instrumen dan cakupan genre yang dikuasai juga cukup luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moon Kevin as Kevin Aditama

Mahasiswa Hubungan Internasional semester tiga yang lebih sibuk dengan projeknya sendiri. Walau begitu juga sering muncul di acara-acara fakultas. Banyak mendaftarkan dirinya di kerja part time, soalnya terlalu males di rumah. Sepi katanya. Biasa di temukan di selasar fisip lagi duduk anteng nyender di tembok.

Kalau lagi gitu biasanya antara nugas atau mikir projek apa yang mau dia garap.

SekotengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang