Dalam Dunia Baru Rama

46 6 0
                                    

"Kamu liat deh anaknya Pak Bagus. Dia sering ikut lomba terus kemarin katanya mau daftar apa itu pertukaran pelajar? Exit? Excel? Oh, iya itu exchange ke Jepang. Kamu gak ada kesibukan lain apa, Bang? Hari-hari main game mulu di kamar. Makan aja perlu diteriakin."

"Anaknya Tante Imel sekarang lagi jualan baju, loh. Katanya lumayan omzetnya. Kamu gak tertarik apa ngehasilin duit gitu?"

"Bang, cob—"

"Maaaa kalau mau bandingin lagi mending sekalian bandingin sama Jerome Polin, deh. Biar mentok bandinginnya apa sekalian Maudy Ayunda."

"Loh, kok jadi bandingin, sih. Mama mau nyuruh kamu liatin pompa airnya udah dinyalain belum."

Rama jadi terdiam sebelum melangkah gontai menuju halaman depan.

Akhir-akhir ini mama lumayan sering ngobrol sama Rama, tapi sayangnya beberapa obrolan mereka malah berakhir dengan mama yang secara tidak sadar membandingkan dirinya dengan beberapa orang di sekitar mereka.

Awalnya, sih Rama biasa aja. Oh, paling seperti  cerita orang-orang yang ia dengar. Jadi tidak ambil pusing saat mama mulai membandingkan dirinya. Cuman, semenjak mama rajin ikut perkumpulan ibu-ibu di rumah, ceritanya tidak lagi sama.

Bisa dibilang Rama cukup gerah ketika mama mulai bercerita ini itu lalu berujung mempertanyakan hal apa yang sudah Rama capai sampai hari itu. Mama juga terkadang menyentil hobinya bermain game. Walau tidak semaniak kasus remaja yang sering muncul disebaran grup WhatsApp, tetap saja mama menganggap hobi Rama satu itu tidak menguntungkan.

Lagian, pikir Rama, mama mau dirinya ini menghasilkan apa, sih? Mau membangun jembatan penghubung kabupaten? Mau mendirikan candi dalam semalam?

Makanya tadi Rama hampir hilang kesabaran sampai-sampai memotong ucapan mama.

Takut agenda membandingkan Rama dengan siapapun itu akan terjadi lagi.

Sejujurnya setelah penerimaan mahasiswa baru kemarin, Rama belum tertarik untuk menjadi ambisius dengan ikut seabrek kegiatan, atau memborong banyak prestasi bergengsi hingga mencari puluhan beasiswa dengan tujuan negara bertitel pendidikan terbaik di dunia. Rama lebih banyak diam di rumah, atau sesekali mampir coworking space untuk nugas.

Naya, adiknya satu itu juga bingung melihat Rama yang dalam benaknya lebih terasa bebas daripada Rama saat SMA yang pulang sekolah ketika adzan Maghrib mulai samar-samar terdengar.

"Abang bolos kuliah, ya?" Pertanyaan Naya tempo hari itu sukses menghasilkan satu timpukan bantal dari Rama.

Asli, deh sebenarnya Rama bukan termasuk kaum nolep. Cuman semenjak masuk kuliah ini Rama lebih banyak bingungnya. Entah bingung materi kuliah atau bingung dengan dirinya yang mulai kehilangan motivasi untuk melakukan sederet kegiatan yang sering dilakukannya dulu.

Setumpuk sertifikat lomba gitarnya pun jadi beberapa bukti Rama pernah punya semangat ambisius dalam meraih berbagai pencapaian. Cuman.... saat ini semangat itu seakan meredup, hilang antah berantah bersama tujuan yang belum pernah Rama pikirkan selama duduk di bangku kuliah satu semester ini.

"Bang, lagu yang terakhir diupload ke SoundCloud enak, deh."

"Hmmm...." Rama terfokus pada karakter gamenya yang sedang bertempur.

"Kenapa gak dilanjut buat lagu lagi, Bang?"

"Males."

"Dih, irit banget tuh mulut."

"Tapi bagus loh lagu buatan abang. Kalau dilanjutin terus abang promosiin ketemen-temennya abang pasti jadi seleb SoundCloud."

"Gak."

"Tuh, kan."

"Nay."

"Apa, Bang?" Naya menegakkan badannya, antusias saat kakaknya itu mulai berlagak serius.




"Beli siomay di depan, dong. Sama thaitea."

"PUNYA KAKI JALAN SENDIRI SANAAA!"


"PUNYA KAKI JALAN SENDIRI SANAAA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Sunwoo as Adirama Chandra

Masih jadi mahasiswa cimit-cimit di jurusan Manajemen. Kebetulan udah sering ikut lomba gitar, piagamnya numpuk di kamar. Di rumah sering diteriakin mama buat bantu motong bawang dan matiin air yang udah mateng. Punya adek perempuan yang lebih tinggi dari dia padahal beda dua tahun. Malah kadang dikira Raina pacarnya si Rama, bukan adeknya.

SekotengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang