Move

56 11 4
                                    

       Sebagai wartawan perempuan satu-satunya kamu begitu dimanja oleh para senior di kantor, tak hanya itu para editor pun seringkali tidak tega jika harus memberikan beban pekerjaan berlebihan untuk kamu. Hingga kamu menjadi sangat terbiasa dan membuat diri kamu terkesan manja. Tapi itu semua masih bisa dimaklumi.

Kehadiran kamu di kantor selalu ditunggu-tunggu, sifat kamu yang ceria dan sedikit menggemaskan bagaikan sebuah obat untuk para staf redaksi dan karyawan lainnya. Mungkin ini juga alasan mereka tetap memanjakan kamu, toh hadirnya kamu cukup untuk mengisi stamina para staf redaksi yang selalu bekerja dua kali lebih berat dibandingkan kamu.

       "Eh, udah denger belum kalau pak Soeokjin bakalan dipindahkan ke kantor pusat? Terus yang gantinya pak Suga? Ih amit-amit deh kalau bener." Jika ada gosip di kantor kamu, kemungkinan 80 persennya adalah sebuah kenyataan.

Kamu yang tidak tau apa-apa hanya menimbrung sama para staf keuangan dan bisnis di pantry. "Boleh tanya? Suga itu siapa ya?" Wajah kamu beneran menunjukan ketidaktahuan ini.

"Ya ampun, masa gak tau sih? Dia tuh orang redaksi paling galak yang pernah ada. Satu grup, bukan lagi satu perusahaan ya, sosoknya sangat ditakutin karena bisa ngebuat kita berasa di neraka."

"Ah masa sih?"

*** 

       Mimpi buruk kamu dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Mimpi buruk kamu dimulai. Sosok orang yang akhir-akhir ini jadi buah bibir di kantor kamu beneran muncul. Tidak ada senyum ramah yang terpancar dari wajahnya. Ini hari pertama dia masuk, tidak ada sikap menyapa layaknya orang baru.

"Nama saya Suga, saya mohon kerjasamanya untuk beberapa tahun ke depan." Sebuah pembukaan tanpa basa-basi usai dia menscanning seluruh isi ruangan rapat yang hanya berisikan staf redaksi.

Suga adalah pimpinan redaksi yang menggantikan posisi Seokjin. Mereka teman dekat, Seokjin sendiri yang memohon kepada Suga untuk mengantikan posisinya. Padahal, saat itu Suga sudah menjabat sebagai pimpinan redaksi juga di salah satu anak perusahaan media lainnya. 

"Saya gak perlu perkenalan kalian. Langsung saja, disini siapa koordinator liputannya?"

Namjoon pun dengan cepat mengangkat tangannya. "Saya Namjoon, pak."

"Ok, jelaskan hasil proyeksian (perencanaan berita yang akan diliput) hari ini dan listing (hasil liputan wartawan) yang sudah diterima." Suga sudah berdiri di depan papan tulis dengan spidol ditangannya, menunggu penjelasan dari Namjoon.

Sekitar tiga menit Namjoon terdiam, dia pun sambil melirik para wartawan yang tertunduk lemas. Keringat tangan Namjoon tidak bisa dibohongi, ia pun sama gugupnya saat ini.

"Ada apa?" tanya Suga yang sudah menyadari situasi saat ini.

"Sebenarnya pak, kami tidak ada proyeksian dan hanya menunggu listing. Dari 10 wartawan sudah lima berita yang masuk ke dalam listingt."

PencarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang