Anak Terbuang

20 3 0
                                    

            Hutan terlarang itu hening menyambut datangnya petang. Tempat nya berada diatas gunung yang suram dan dihindari oleh banyak orang, bagaimana tidak? Daerah tersebut merupakan milik salah satu mahluk penghisap darah dan juga beberapa srigala jejadian. Para penduduk yang tinggal dikaki gunung akan selalu menjaga jarak dari sana, alasannya sederhana. Mereka masih sayang nyawa.

Tapi, untuk beberapa orang tempat ini adalah tempat yang bagus untuk melakukan sesuatu.

"Ibu? Kita mau kemana?" sosok anak kecil bertubuh pendek bertanya pada wanita yang ia panggil ibu, tangan mungilnya ditarik kuat saat berjalan sehingga membuatnya hampir terjatuh beberapa kali. Sinar dari lentera yang dibawa ibunya menjadi satu-satunya penerangan disana, sementara ibunya hanya diam tak menjawab. Penampilan keduanya lusuh, rambut yang dewasa disanggul tak rapi dan wajahnya pucat ketakutan. Sedangkan tampilan anak kecil yang bersamanya tak kalah mengenaskan, bajunya bernoda darah kering, wajah yang seharusnya bersinar malah bertoreh warna ungu kemerahan dan lebam, tak kala langkahnya gontai ketika mengimbangi ibunya.

"I..ibu?" Kali ini suara sang anak sedikit khawatir, bukan mengkhawatirkan keadaannya melainkan ibunya. Wanita itu langsung berbalik dan mencengkeram bahu anaknya dengan kuat.

"Sky!" tatapan sang ibu tajam memperingatkan, meski begitu ada nada lembut disana. Skver memiringkan kepalanya bingung, menunggu apa yang hendak disampaikan ibunya.

"Mari kita bermain petak umpet, sky ingin memainkannya?"

Skver terdiam sejenak lalu wajahnya langsung bersinar cerah dan mengangguk senang, "YA!" seru anak itu gembira, "Ibu mau aku yang jaga atau ibu yang jaga? Skver sudah bisa menghitung sampai 100!" ia memberitahu, mata merahnya memantulkan rasa tak sabar.

Wanita paruh baya itu tersenyum, jemari lentiknya menyisir rambut sang anak "Sky yang berjaga, bisa?"

"Bisa!" ucapan itu langsung terlontar begitu saja dan ibunya memberikan lentera yang dibawanya pada si anak lelaki. Sebenarnya jika saja anak itu 'Normal' hatinya takkan tega melakukan ini. Sayangnya, baginya skver adalah utusan iblis.

"Baiklah, tutup matamu dan hitung hingga seratus. Ibu akan bersembunyi, ok?"

Skver tersenyum lebar lalu mulai menutup matanya, saat itu juga ibunya berjalan pergi dengan langkah lebar. Tak mau berada disana, minimal wanita itu tak ingin berada di hutan itu. Suara Skver semakin lama semakin tak terdengar bersamaan menjauhnya langkah ibunya meninggalkan sang anak.

Lolongan srigala mulai muncul, saat mencium bau manusia yang masuk ke wilayah mereka. Langkah kawanan itu terdengar semakin mendekat pada mangsanya, kearah wanita yang baru saja meninggalkan anaknya.

.

"... 57... 60... 99 ... 100?" Skver mengintip dari sela jemari kecilnya, segera saja setelah selesai berhitung secara berantakan ia mulai berkeliling mencari sang ibu. Tentunya usahanya akan berakhir sia-sia, ibunya telah menjadi makanan pembuka. Lolongan lain terdengar, menandakan para kawanan srigala itu baru selesai menyantap makanan mereka.

Kali ini giliran sang anak yang akan menjadi targetnya.

"Bau anak itu menyegarkan" ujar seekor srigala yang mulai mengintai skver dari tempat persembunyian. Sekitar 5 ekor lainnya berada dibelakang, mulai menyebar untuk menyergap. "Lakukan dengan cepat, kita tak boleh bertemu mayat hidup itu" srigala dengan bulu kecoklatan memberitahu, rasa lapar mereka tak mentolerir apapun bahkan saat berada dalam wilayah orang lain.

"Tak boleh bertemu siapa?" suara asing membuat 6 hewan itu terkejut, mereka berbalik tapi tubuh mereka tak bisa bergerak. Benang darah berwarna hitam mengikat tubuh mereka. Sang vampir sudah berada disana, menatap bosan kearah para penyusup itu.

Promising MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang