5

299 20 0
                                    

Author pov.

Setelah pulang untuk mengganti pakaiannya, Leo kembali mencari Christ menggunakan motornya. Kali ini dia mencari sendirian, dia tidak mengetahui jika Anin, Jennie, keluarga Christ dan polisi sedang melakukan pencarian juga. Leo memasuki setiap gang gang sempit dan jalan jalan kecil. Dia juga memeriksa beberapa bangunan kosong dan terlihat tidak dihuni untuk memastikan apa ada orang didalam sana.

Leo melintas di depan sebuah gudang tua tak terpakai yang dimana didepannya banyak reruntuhan balok beton dan potongan kayu dari gudang tersebut. Dia berhenti, memarkirkan motornya agak jauh dari tempat itu. Dia berjalan perlahan niatnya hendak memeriksa tempat itu. Tapi dia menemukan motor Dewa. Ya.. Leo sangat yakin kalo itu adalah motor sohibnya,
Dewa. Leo tidak bodoh, dia tau jika Dewa pasti ada di dalam sana. Lelaki itu kini mundur dan menuju ke motornya lagi. Dia mengendarai motornya ke arah yang sedikit agak jauh dari gudang tadi.

Leo berhenti, dia mengeluarkan ponsel dari saku kanan celananya. Membuka lock ponselnya dan mencari nama Anin di sana. Dia segera memencet kontak yang tertera nama Hanin, menunggu Anin mengangkat teleponnya sambil sesekali melihat ke arah gudang yang masih dapat di jangkau dengan indra pelihatnya.
tutt..
tutt..
tutt..
"Halo le"

Suara Anin terdengar dari sebelah sana, membuat Leo berhenti sejenak memperhatikan gudang tua itu.

"Nin, lu udah kasih tau bonyoknya Christ?"

"Udah le, sekarang kita lagi cari sama polisi juga"

"Oke. Gua bakal sharelock ke elu sekarang, gua tau dimana Dewa. Dan kemungkinan besar, Christ juga ada disana"

"Oh ya nin.. plis bilang ke polisinya, jangan hidup sirine. Takutnya orang yang ada di dalem sana pada kabur kalo denger sirine"

"Siap le, kirim sekarang yah"

Mengetahui jika Anin sudah memberitahukan orang tua Christ beserta polisi, langsung saja Leo mengirimkan lokasinya sekarang. Leo itu cerdik, dia tau jika dia berada di sini akan dengan mudah di lihat oleh orang jika berada di depan pintu gudang. Jadi dia mencari tempat yang lebih tertutup namun tetap bisa memantau gudang dengan jelas. Remaja berusia sekitar 17 tahun itu membawa motornya ke arah semak belukar yang lebat. Beruntung, hari sudah malam, jadi sulit untuk menerawang ke belakang semak-semak.

Leo gelisah, sudah 30 menit dia menunggu disini, namun Anin tidak kunjung datang. Padahal jika dilihat dari jarak rumah Christ menuju ke gudang ini, kira-kira hanya memakan waktu 20 sampai 25 menit. Dia masih gelisah sambil terus memantau kearah gudang, hingga lelaki itu terkejut karena ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang.

"AAAA!!!"

"Shhtt le.. ini gue anin. Jangan teriak-teriak dong, ntar kita ketauan gimana"

""Astaga nin.. kaget gua"

"Sorry hehe. Noh ada bonyoknya Christ sama polisi"

"Gue juga ada kali"

"Eh iya ada Jennie juga"

Leo melihat ke arah belakang badan Anin. Yap benar saja, ada orang tuanya Christ beserta 5 orang polisi tidak berseragam. Leo mengangguk pelan, dia paham sekarang jika orang tuanya Christ jauh lebih cerdas darinya. Dia bisa melihat jika ada 2 mobil tidak jauh dari tempatnya sekarang yang juga di parkiran di belakang semak belukar. Pak Hendra, ayahnya Christ mendekat kearah Leo bersama dengan 2 dari 5 polisi tadi.

"Mana? dimana Christ beserta Dewa?"

Si lawan bicara bisa melihat jika tatapan dari lelaki paruh baya itu sangat khawatir namun, suaranya tetap stabil dan sama sekali tidak terlihat gugup. Leo sempat tertegun sebentar. Pasalnya, om Hendra tidak pernah berbicara dengan tatapan seperti itu. Lelaki yang diketahui bernama lengkap Hendrawan Thohir itu selalu menatap siapa saja dengan dengan tatapan hangatnya. Leo sadar bahwa sekarang bukan waktunya untuk mengagumi sosok di depannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cewek TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang