2. Air mata dan Perpisahan

6 0 0
                                    

Selepas kejadian malam itu maringka tak bisa menerima alasan kepergian aurizar, seolah ada hal yang ditutupi aurizar. Sekelebat memori masalalu maringka tentang hari itu pun berputar kembali di pikirannya. Sungguh aurizar berhasil membuat hari-harinya yang dulu indah penuh bunga dan sekarang suram tanpa kata.

Hari demi hari berlalu setiap hari yang di lalui maringka, setiap malam yang dilalui maringka selalu sama, hanya ada tangis pilu di sudut malam dan mata sembab di pagi hari. Sepanjang malam hanya dilalui dengan rasa kecewa dan penasaran yang begitu besar. Mengapa aurizar meninggalkannya? Apa salahnya sehingga begitu brutal rasa sakit yang aurizar berikan? Begitu kejam aurizar terhadapnya hingga saat ini tidak ada kabar dari aurizar yang maringka dapati. Jangankan memberi kabar, pesan yang kerap maringka kirim tidak dibalasnya bahkan dibacanya.

Hingga suatu sore, teringat maringka kepada sahabat satu SMP-nya yang saat itu Wili. Wili juga satu daerah dengan aurizar. Tanpa berpikir panjang maringka langsu menghubungi wili untuk mengunjungi wili ke rumahnya.

From : Maringka
To : wili

"Wil, dimana sekarang? Kalo dirumah aku kesana ya". Begitu selesai mengerik pesan singkat itu dan langsung dikirim. Dan tak lama kemudian maringka mendapatkan balasan.

From : wili
To : maringka

"Iya ingka aku sedang dirumah. Kamu udah pulang? Kesini la aku sendiri dirumah. Kapan mau kerumah?" Balas wili

From : maringka
To : wili

"Oke aku kesina sekarang. Nanti la tanya-tanya, ada yang ingin aku ceritakan" singkat maringka. Taklama

From : wili
To : maringka

"Oke ditunggu. Oleh-oleh jangan lupa"

Dilihatnya layar handphone nya balasan dari wili langsung dibalas dengan emoticon jempol. Tak lupa sebelum pergi maringka membawakan oleh -oleh sebuah ring handphone dan lipstin yang dibawakannya. Setelah menyiapkan bawaan maringka langsung menghidupkan motor dan bergegas menuju rumah wili yanh jaraknya sekitar 3km.

Dengan kecepatan minimum maringka mengendarai motor maticnya, alangkah terkejut maringka saat itu melihat aurizar beserta kelompoknya tengah bersantai di halaman rumah yang maringka tidak tahu rumah siapa, yang jelas tempat mereka bercengkerama itu simpang sebelah kiri menuju kediaman wili. Maringka hanya berdoa semoga saja dia salah lihat "Aurizar sudah berada di jambi tak mungkin dia masih disini. Mungkin aku salah lihat" begitu bathin maringka. Setelah melewati 2 rumah tersebut akhirnya maringka bisa memarkirkan motornya didepan rumah wili dan langsung disambut dengan pelukan hangat dari wili.

"Yatuhan, lepas juga la rinduku ini. Ayo masuk aku sendiri dirumah" ucap wili seraya melepas pelukan ingka

Maringka melangkah kan kakinya menuju ruang tamu "Ibu sama kakak kemana?"

"Keluar tadi sikecil nangis-nangis, mau jajan katanya. Palingan ke warung tu" ucap wili

"Mau minum apa kamu, bentar ya buatin minum. Kopi, teh atau apa" sambungnya

"Kopi aja, nenangin pikiran hehehe" kekeh maringka

"Oke bentar ya, bukain kue nya. Dibeliin kakak tadi pagi, dimakan kuenya dulu aku buat minum di belakang ya" ucap wili seraya melangkah menjauhi ruang tamu menuju daput.

Tak menunggu lama wili kembali dengan membawa segelas kopi untuk maringka dan segelas teh lagi untuk dirinya.

"Nih, diminum kopinya biar tenang itu pikiran" wili menyodorkan kopi hangat dimeja depan maringka

"Kamu kenapa, sepertinya akan ada banyak cerita yang akan terpatri hari ini. Ceritakan sini" sambung wili

"Wil, kamu kenal aurizar kan? Aku yakin sekali kamu tau persis siapa aurizar, wil" maringka seperti enggan menatap mata wili

MaringkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang