"Chiyo Amaya Thanatos, sayang sekali kamu sudah gagal untuk peringkat nilai sempurna bertahan, di setiap mata pelajaran barisan kelas Junjung Tera."
Topangan daguku terlepas begitu memperhatikan perkataan wali kelasku barusan. Sontak aku berdiri dan bertumpu pada meja gemetar.
"Apa nilai UAS fisika saya kali ini di bawah 95, bu?" tanyaku berdebar meski sudah memprediksi dimana dan berapa kesalahan yang berpengaruh.
Bu Ohme tersenyum tipis, lalu mengangguk. Damn! Aku tidak memperhatikan patokan nilai tadi. Helaan nafas gusar disusul lemasnya kakiku, membuat tubuh ringan ini bersandar pada kursi yang hampir kehilangan keseimbangan.
"Baiklah anak-anak, ibu akhiri pengumuman hasil prestasi kelas Junjung Tera-Fisika Zat bulan Februari. Ibu harap kalian dapat bekerja sama agar rata-rata kita dapat di atas 95, kalau kelas khusus keahlian kalian masih ingin dipertahankan. Terima kasih, istirahat 15 menit!"
Bu Ohme bergegas keluar untuk memborong barang diskon dari tukang jual keliling sekolah. Penghuni kelasku masih diam di tempat dengan smartphone masing-masing menyala. Satu dua murid terlihat mengobrol tentang hal barusan dan sisa minoritasnya sibuk membuat daftar kesalahan.
Diam-diam aku bergerak usil ingin mengintip teman sebangku yang masuk grup 'bincang apa saja'.
-
? : "Serius Chiyo di bawah 95?"
"Wah gak nyangka," : Me
?' : "Iya tu, sampai Bu Ohme ikut simpatik,"
?" : "Sst! Lagi pula janggal juga kalau ada murid yang selalu dapat 100 apapun tugasnya, kan?"
¿ : "Ho o, kita semua hanya murid dan manusia biasa,"
? : "Iya, iya, cuma Si Jenius Gila itu yang bisa mematahkan anggapan ini,"
?" : "Siapa? Gadis kelas sebelah yang sudah pindah itu?"
¿ : "Yup, sayang banget sekolah kita jadi terperosok meski Chiyo sedikit-sedikit bisa gantiin dia."
?" : "Halah! Jangan nuntut si introvent itu macam-macam, deh. Tau sendiri toh, fisiknya gimana,"
?' : "Iya si, Chiyo kan juga jenius. Cuma dia itu rapuh banget bukan hanya fisik. Jadi pupus sudah predikat kelas khusus yang dibuat sejak kehadiran Si Jenius Gila seperti rumor."
¿ : "Sayang ya, kita repot-repot dekati jejaknya biar ada kebanggan. Eh, malah sekarang calon dihapuskan nama khusus kelas. Kan lumayan kalau kelas kita aja yang jadi tempat Pak Kepsek cari murid gak biasa berkualitas,"
?" : "Benar katamu, kami juga baru sadar. Huah, bakal repot ke depannya,"
?' : "Chiyo gak benar tuh nanggung cita-cita kita,"
"Iya, gak becus juga ternyata," : Me
¿ : "Ambyar..."
"Udah tumbalin aja!" : Me
?" : "Awokawokawok! Untuk paan woe?!"
?' : "Cadangin untuk orang gaje yang nyari anggota,"
¿ : "Oh, klub ekskul baru yang sama dengan mendekin usia kalau masuk, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stardust
Teen FictionKata siapa optimis sudah cukup asal tangkap? Apa kalian tahu kalau bisa jadi dibalik segala yang berjalan ini sudah diatur dan dipermainkan beberapa orang cerdas yang kebosanan di tepi kesendirian? Bolehkah kita percaya teori itu dan berpupus asa pa...