Di dalam kebingungan dan kecemasan, terdengar suara-suara orang yang sedang menangis sambil menjerit memanggil-manggil nama Tuhan.
Reina membuka matanya, seketika jantungnya akan terlepas saat merasakan goncangan keras pada pesawat yang sedang ia duduki. Refleks Reina menoleh dan menemukan wajah Revin yang pucat pasi dengan keringat dingin membanjiri wajahnya.
Revin menoleh, mata keduanya terkunci. Saling menatap dengan mata yang berkaca-kaca.
"Rei.." gumam Revin takut, guncangan kembali mereka rasakan. Keduanya refleks saling memeluk dan menangis saat tahu jika ini adalah akhir dari kisah mereka.
Pesawat yang mereka akan terjatuh!
Di sela-sela pelukan Revin, gadis itu bisa melihat Daniar yang sedang berpelukan dengan Fero dan sama-sama menangis. Bahkan... Reina bisa merasakan jika waktunya tak akan lama lagi.
"Gue sayang sama lo!" Lirih Revin, semakin mengeratkan pelukannya saat pesawat semakin jatuh tertarik gravitasi. Meluncur cepat dan bebas.
"Reina..."
"Gue juga! Kita pasti ketemu di surga kan?" Reina menangis kejer saat merasakan hawa yang sangat panas. Sebagian pesawat terbakar dan teriakan-terikan kesakitan semakin terdengar jelas.
"Reina...."
"Revin... jangan pergi, hiks!"
"Reina!"
"Revin... kita akan mati. Hiks!"
"REINA!"
"Gue gak mau pisah! Gue gak mau, Revin! REVIN!!!!"
"REINAAA!!!"
"AKhhhhhhh! REVIN!"
Reina terbangun dari tidurnya saat merasakan tamparan cukup kencang di wajahnya. Segelas air putih disodorkan didepan wajahnya, tanpa pikir panjang Reina meneguknya cepat.
Napasnya masih ngos-ngosan, jantungnya berdegup sangat kencang. Dan tanpa sadar air mata menetes.
"Mimpi buruk lagi?" Tanya seseorang, mengusap bahu Reina pelan.
Reina tak menjawab, gadis itu hanya mengangguk sambil mengusap wajahnya kasar.
"Lo kangen 'dia' , ya?"
"Banget." Lirih nya dengan suara serak. Reina mendongak, sorot matanya begitu kosong dan hampa.
"Nanti kita ke makam ya. Lo tenangin diri dulu, gue mau masak bentar."
"Iya."
Setelah sepeninggal nya temannya, Reina bangkit dari kasur menuju kamar mandi. Berharap semoga guyuran air dingin mampu menenangkan dirinya.
"Lo jahat! Gue benci lo, Vin.." gumam Reina di bawah guyuran shower. Menangis dalam diam, hanya itu yang bisa dia lakukan.
Tbc!
Gimana-gimana?
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA
Teen Fiction[ SQUEL KEMBAR SOMPLAK. ] Cerita kehidupan Reina. •••》《••• Lari dari kenyataan? Nyatanya tak seburuk itu untuk saat ini. Reina telah menjadi seorang mahasiswi di Universitas ternama di Singapore dan mendapatkan beasiswa di sana. Untuk pertama kaliny...