I. Suara Di Pinggir Jalan

704 65 3
                                    















Namjoon menaruh krisan putih itu tepat di makam istrinya. Namjoon lalu berdoa sungguh-sungguh untuk kebahagiaan istrinya di alam baka sana.

Satu tahun sejak kepergian sang istri, kala itu mereka sedang berbulan madu di Belanda. Tiba-tiba sang istri mengalami serangan asma berat, sang istri dilarikan ke rumah sakit namun tak bisa diselamatkan.

Namjoon begitu terpukul. Namjoon sangat mencintai istrinya itu. Namun takdir berkata bahwa istrinya harus meninggalkan dunia ini.

"Namjoon hyung,"

Seorang pria tampan lain menghampirinya. Pria itu terlihat masih muda dan sangat berkarisma. Pria itu memegang payung untuk Namjoon karena cuaca di Seoul sedang begitu panas.

"Aku merindukan Somi, Jungkook," kata Namjoon.

Jeon Jungkook, dia adalah adik kandung Jeon Somi, istri Namjoon. Jungkook juga begitu terpukul setelah mendengar berita kematian Somi. Saat itu Jungkook sedang bertugas di Sumatera Indonesia, Jungkook pulang ke Seoul setelah tujuh hari pemakaman Somi.

Jungkook masih tinggal di rumah Namjoon. Namjoon dan Somi memang tinggal di rumah besar keluarga Kim setelah menikah. Itu adalah tradisi keluarga mereka, jika sudah ada yang menikah dari anak laki-lakinya, maka menantu perempuan harus tinggal di rumah keluarga besar Kim.

Namjoon dan Jungkook sudah terlanjur dekat sehingga Namjoon meminta Jungkook agar tinggal saja bersamanya. Lagipula, Jungkook sudah menjabat sebagai Direktur di cabang perusahaan keluarga Kim.

"Kakakku sudah tenang hyung, Kakakku akan sedih melihat hyung  terus berduka untuknya."

"Aku tahu, bahkan hingga saat ini belum ada yang mampu menggantikan sosok Somi di hatiku."

Jungkook tersenyum mendengarnya.

Mereka berdua pergi dari makam. Mereka akan pergi menuju kantor karena waktunya sudah terlalu siang. Sialnya mereka terjebak macet dan mungkin mereka akan datang terlambat.

Merupakan contoh yang tidak baik untuk para karyawannya.

Namjoon sedang begitu bosan. Macet itu menjengkelkan, Namjoon bisa saja membeli sepuluh jalan agar berkendaranya bebas hambatan macet, tapi ia tidak seangkuh itu.

Namjoon tiba-tiba mendengar sebuah suara yang merdu dari seorang pengamen jalanan. Pengamen itu sedang bernyanyi di mobil depan Namjoon. Namjoon baru pertama kali mendengar suara pengamen jalanan semerdu ini. Biasanya pengamen yang menghampirinya itu selalu bersuara jelek.

Setelah menerima uang dari mobil depan, pengamen itu berpindah ke mobilnya. Pengamen itu tersenyum lebih dulu, menyapa, lalu mulai bernyanyi.

Namjoon pikir Jungkook tidak mengenali pengamen itu, tapi setelah dia selesai bernyanyi, dia menyapa Jungkook dengan riang.

"Hai Tuan Kookie! Tumben sekali berangkat siang hari?"

"Iya, manis. Aku mengantar Kakakku jadi agak terlambat."

Pengamen manis itu melihat Namjoon yang Jungkook maksud. Namjoon melihat ke arahnya, tapi hanya dirinya yang tersenyum. Namjoon begitu jutek.

"Ah, semoga harimu menyenangkan Tuan!" dia sadar semua mobil akan melaju perlahan. Kemacetan itu sudah tak begitu membuat kendaraan merapat.

Jungkook memberinya uang yang cukup banyak. "Semoga harimu juga menyenangkan manis."

Jungkook menutup kembali kaca mobil dengan rapat. Setelah agak menjauh dari si pengamen, Namjoon baru bisa buka suara.

Bunga Di tepi Jalan [Namjin, Taejin, Kookjin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang