Sana baru saja melepaskan masker di wajahnya sampai ketika ia mendengar sebuah ketukan. Sana mengernyit heran, di pukul 10 malam ini memangnya siapa yang mau bertamu ke flat kumuh miliknya?
Sana bersiap membuka pintu setelah membasuh wajahnya dengan air bersih. Sana berteriak menunggu supaya si pengetuk mau bersabar menunggu.
Sebelum Sana membuka pintunya mungkin yang ada di pikirannya adalah orang yang tidak dikenal. Namun, setelah Sana membukanya ia jelas mengenali tamu di malam hari ini.
"Eh, Seokjin tumben..." kata Sana. Lalu matanya beralih ke belakang tubuh Seokjin. Soobin dengan tubuh yang lebih tinggi dari mereka berdua jelas dapat diketahui Sana dengan mudah. Namun yang menarik perhatian Sana bukan Soobin, tetapi dua koper dan dua tas besar yang mereka bawa. Seperti orang mau pindahan saja.
"Sana, boleh kami masuk? Aku akan jelaskan di dalam..." kata Seokjin dengan suara sumbang. Dari suaranya saja sudah ketahuan jika Seokjin habis menangis berat.
"Tentu saja, ayo, ah, kalian bawa barang apa saja?" sahut Sana.
Sana membantu mereka berdua untuk membawa satu tas. Mereka masuk ke dalam flaf kecil dan sederhana milik Sana dengan uang sewa yang terjangkau. Seokjin dan Soobin duduk di lantai beralaskan karpet biasa, di depan mereka ada meja kecil lalu Sana menaruh teh di meja itu.
Sana duduk berhadapan dengan Seokjin sementara Seokjin bersebelahan dengan Soobin. Mereka berdua terlihat suram dan wajah yang layu. Sana memaksa mereka untuk segera meminum teh yang disediakan agar wajah mereka sedikit terlihat hidup.
"Ada apa Seokjin?" tanya Sana dengan serius.
Seokjin menarik napas pelan. "Aku sudah tidak punya tempat tinggal lagi, rumahku dijual Minhyuk dan istrinya..."
Sana melebarkan matanya."Apa? Minhyuk adikmu?"
"Iya, dia melakukannya tadi siang, ketika aku dan Soobin sedang tidak ada di rumah. Sepertinya dia tahu tempat aku menyimpan kunci, aku memutuskan untuk keluar dari rumah itu malam ini, aku tidak mau berurusan dengan pembeli besok."
"Minhyuk hyung memang hanya mencuri sertifikat rumah, tapi kami tahu tujuannya untuk menjual rumah itu. Itu adalah keburukan Ayah yang menurun padanya." kata Soobin menambahkan.
"Sana, jika boleh, aku dan Soobin mau menginap di sini beberapa hari sampai aku punya tempat tinggal lagi. Aku mau menyewa flat sederhana juga."
"Tentu saja Seokjin! Kau sahabatku, aku tidak mungkin membiarkanmu menjadi gelandangan, menginap saja bersama Soobin, kalian bisa tidur di kamarku."
"Lalu, kau mau tidur dimana?"
"Aku... Aku biasanya lebih sering pergi dan menginap di rumah pacarku..."
Seokjin mengangguk mengerti.
Malam ini pun berlalu.
Malam-malam berikutnya Seokjin dan Soobin lewati dengan menjadi penumpang di tempat tinggal orang. Rumah yang dijual Minhyuk sudah dibeli oleh seorang warga baru yang tinggal di Korea. Seokjin hanya bisa memandang rumah pemberian Jungkook itu dari jauh.
Sampai saat ini Jungkook belum tahu jika rumah darinya sudah hilang. Seokjin juga belum bertemu lagi dengan Jungkook karena kabarnya Jungkook sedang ada urusan di luar Seoul.
Seokjin tidak yakin Jungkook akan memaafkan Minhyuk, karena Jungkook sudah terang terangan tidak menyukai Minhyuk karena anak itu sudah sering berbuat berbau kriminal. Yang Jungkook tidak terima lagi, Minhyuk sudah beberapa kali menyakiti Seokjin dan Soobin, walaupun Soobin bisa dengan berani melawan Minhyuk, orang itu akan menjadi semakin naik pitam jika dilawan Soobin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Di tepi Jalan [Namjin, Taejin, Kookjin]
General FictionSeokjin tak tahu jika istilah 'ketiban durian runtuh' itu benar-benar terjadi padanya. Seorang wanita misterius menghampirinya dan menawarkan dirinya untuk menjadi nyonya di sebuah keluarga Bangsawan yang isinya orang-orang kikir. Seokjin hanyalah s...