3. PRIA ITU LAGI

337 53 6
                                    
















Cuaca begitu panas, membuat kepala pemuda bersurai coklat semakin pusing. Efek pusing akibat benturan kemarin belum juga sembuh, terkadang Seokjin ingin memuntahkan isi perutnya atau berbaring saja.

Soobin sudah menyuruh Seokjin untuk istirahat dulu, tapi Seokjin yang keras kepala tetap memaksakan diri untuk pergi bekerja. Soobin hanya menghela napas iba, kelakuan Kakaknya Minhyuk begitu keterlaluan. Soobin tidak menyukai Minhyuk sejak anak itu mulai bergaul tidak sehat. Dia bilang, itu karena contoh dari ayahnya.

Beruntung Soobin tak ikut mencontoh kelakuan buruk ayahnya. Saat itu Soobin memang tidak suka dipangku ayahnya karena ayah mereka itu selalu beraroma alkohol.

Kehidupan memang.

Seokjin duduk di bangku taman dan memandang trotoar dengan mata mengernyit. Seokjin melihat seorang lelaki yang sepertinya memiliki masalah dengan mobilnya. Mungkin mogok? Kehabisan bahan bakar atau ban mobilnya pecah?

Ah, Seokjin tahu tempat bengkel mobil terdekat daerah sini. Mungkin Seokjin bisa memberikan sedikit bantuan untuk lelaki itu.

"Permisi Tuan ada yang bisa saya bantu?" tanya Seokjin lebih dulu.

"Ah ya, sepertinya ada masalah dengan mesin mobilku, tapi aku tidak tahu tempat bengkel terdekat sini." jawabnya masih berkutat dengan mesin depan mobil.

"Saya tahu tempat terdekat."

Seketika pria itu menolehkan kepalanya.

Seketika itu pula keduanya saling diam. Mereka saling mengenal, tak kurang dari 24jam mereka pernah bertemu dengan cara yang tidak mengenakkan.

"Kau, yang kemarin membuat pakaianku basah kuyup,"

"Kau, pemuda jalanan kemarin,"

Seokjin mendelik tiba-tiba kesal. "Mobilmu pasti kena karma dariku, baguslah kalau begitu, aku jadi tak punya dendam lagi."

Taehyung, pria pemilik mobil tersebut merasa tersinggung." Memangnya harus ya, punya dendam ketika seseorang melakukan kesalahan?"

"Memangnya salah, selama dia tidak meminta maaf, itu tidak akan membuat rasa kesalku hilang."

"Aku meminta maaf kemarin."

"Dengan hanya membuka kaca mobil lalu berteriak, sopankah begitu?"

Taehyung yang sekarang mendelik. Ia cukup pusing pagi ini, omelan ibunya, tugas di kantor lalu omelan orang ini. Tak bisakah Taehyung tenang sebentar? Taehyung mengerti rasa kesal Seokjin kemarin, tapi itu tidak disengaja, Taehyung tidak tahu ada lobang dan mengenai pemuda itu. Tak bisakah ia dimaklumi?

"Kau tak mau membantu? Mendorong mobil ini sampai bengkel terdekat?"

"Hah? Kau gila? Aku orang yang sibuk."

"Aku lebih sibuk darimu. Tapi aku bisa saja meluangkan waktu untuk pergi ke panti asuhan."

Seokjin terdiam. Agak tertohok, apakah pria ini masih punya sedikit hati nurani? Dia bilang dia lebih sibuk tapi sesibuknya dia dia bisa meluangkan waktunya untuk pergi ke panti asuhan. Ataukah itu hanya sindiran telak?

"Aku punya panti asuhan yang sering aku temui. Di sana banyak sekali anak tanpa orangtua yang menyambut kedatanganku. Terkadang aku lebih senang berada di sana ketimbang di kantor atau di rumah. Kau mau mendorong mobil ini bersamaku?"

Seokjin tersenyum kecut. "Oke, kita dorong sama-sama."

Tak mengapa hari ini Seokjin ketinggalan setoran. Niat Seokjin membantu Taehyung mendorong mobil sampai bengkel terdekat memang tulus. Namun terkadang Seokjin suka tiba-tiba kesal apalagi jika Taehyung untuk pertama kalinya menampilkan senyuman kotak.

Bunga Di tepi Jalan [Namjin, Taejin, Kookjin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang