Sisi Berbeda

71 3 0
                                    

Marukaitechon~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marukaitechon~

Marukaitechon~

Omame ni negadete~

Uekibachi - PIP

Benda kotak besar yang tadinya menyala seketika berubah menjadi hitam.

Pemuda tampan yang sedang selonjoran didepan tv sambil makan kripik pisang mendengus kesal.  Niatnya ingin menghabiskan hari dengan menonton tv dan rebahan terbuang sia sia karena sang bunda yang datang sambil berkacak pinggang dan menatapnya tajam setelah mematikan televisi.

"Tipi terozz! dari pada gak ada kerjaan mending beliin bunda bahan buat cookies."

"Males, bun. Sakti ngantuk." Pemuda itu merebahkan badannya di atas karpet. Hari ini, rasanya malas sekali hanya untuk beraktivitas apa lagi keluar.

Tak!

Remote tv mendarat sempurna di kepala Sakti, tentu saja pelakunya ibundanya sendiri. Pemuda Pradipa bangun sembari mengelus jidatnya yang habis dapat ciuman mersa dari remote tv.

Bunda Yumi tersenyum manis sembari menyilangkan tangan di depan dada, jari telunjuknya dia ketukan di atas lengan. Senyumnya memang manis, tapi bagi Sakti senyuman itu pertanda mala petaka baginya.

"Pergi ke minimarket sekarang atau tidak ada uang jajan untukmu," ancam wanita itu masih dengan senyuman.

Bergidik ngeri, Sakti langsung berdiri dan menuju kamarnya di lantai dua. Tak butuh waktu lama pemuda itu turun dan sudah rapi dengan jaket hitam.

"Mana?." Sakti menyodorkan tangannya sambil menguap. Sungguh, dia sangat mengantuk tapi mau bagaimana lagi, ibu negara Pradipa sudah bertitah jadi harus terlaksana.

Dengan senyum senang, bunda Yumi menyerahkan amplop putih didalamnya ada uang serta sobekan kertas berisi deretan nama barang yang harus Sakti beli.

Mata kuaci Sakti melebar ketika melihat daftar belanja yang dibuat sang bunda. Sangat panjang. Kalau seperti ini, butuh seharian untuk belanja dan itu sangat merepotkan bagi Sakti.

"Bunda sudah siapkan uang jajan untukmu, terserah mau di beli apa," kata bunda Yumi.

Sakti mengangguk saja tanpa protes. Kemudian berlalu pergi, tak lupa berpamitan kepada sang bunda dan mencium tangannya.

Karena jarak minimarket dan rumah sedikit jauh, Sakti harus mengendarai motor untuk kesana. Dengan malas, Sakti mengeluarkan motor matic putih dari bagasi. Tapi, langkahnya terhenti ketika netranya menatap seonggok vespa hijau di pojok bagasi.

Ah, vespa milik ayah saat muda dulu.

Meletakkan kembali motor metic putihnya di tempat semula. Pemuda jangkung itu berjalan kearah vespa milik ayahnya yang masih terawat dan kondisinya masih bagus walau usianya lebih tua dari pada dirinya.

SANDAL JEPITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang