1

64 5 2
                                    

VOTE.

Sebelum membaca, baca deskripsi dan tag terlebih dahulu. Jika sudah baca deskripsi, dan jika kalian suka dengan genrenya, okelah silakan baca cerita ini sampai selesai. Happy reading, guys.






"IYA, OMAAA, TARUH AJA CATETANNYA DI MEJA DAPUR, NANTI VINJEN AMBIL." Teriak Vinjen greget, karena dari tadi Oma sudah mencak-mencak tidak jelas akibat Vinjen tidak segera membelikan sayur di supermarket.

Heran deh Vinjen, biasanya Oma beli bahan dapur sendiri, kenapa malah Vinjen disuruh beli? Ada yang tidak beres ini.

"CEPET KESINI! NANTI KALO KERTASNYA TERBANG, OMA TIDAK MAU MENCATAT LAGI."

Bagaimana bisa kertasnya terbang, sedangkan ruangan aja tertutup? Emang dasar nih Nenek-Nenek, ada-ada aja ucapannya. Ups, canda Nenek. Persetan juga jika tidak mau membuatkan ulang catetan belanjaan. Toh Vinjen juga bisa belanja sendiri tanpa catetan itu.

"VINJEN!"

Karena Vinjen tidak mau Oma kesayangannya itu darah tinggi, akhirnya Vinjen bangun dari tengkurepnya dan mencopot earphone yang menempel dikupingnya. Biasalah, Vinjen tuh baru nonton anime yaoi kesukaanya. Dia seorang fujoshi, betewe.

Vinjen menghampiri Oma di dapur. Ia berjalan dengan gontai tidak bersemangat. Sebabnya, anime yang ditunggu-tunggu, dan seharusnya sudah rilis hari ini jadi keundur tiga hari lagi. Bangsat tenan memang.

"Nih, beli semua yang udah Oma catet. Jangan lupa kelewatan. Jika lupa, ntar Oma nggak kasih kamu makan." Peringatan Oma sudah biasa ditelinga Vinjen. Gitu aja terus sampai Vinjen pensiun jadi fujoshi. Menyebalkan.

Vinjen mengambil alih catetan tersebut dari tangan Oma. Malu nggak sih bawa catetan ke supermarket? Emang nggak ada dosa nih Oma.

"Hati-hati dijalan. Jangan lirik-lirik tetangga seme itu." Nasihat Oma. Udah Vinjen duga, pasti Oma bakalan bilang kayak gitu. Emang the best deh Oma.

"Hm."

Vinjen berjalan keluar rumah, ia menuju gerbang rumah yang tertutup sempurna. Supermarket memang tidak jauh dari tempat yang Vinjen tinggali sekarang. Jadi dengan berjalan kakipun sudah sampai.

"Neng Vinjen mau keluar ya?" Tanya Mang Wiwit dengan senyum jahilnya. Mang Wiwit adalah satpam di rumahnya. Ia sudah bekerja kurang lebih tiga tahun disini.

Vinjen mengabaikan pertanyaan Mang Wiwit. Bukan apa-apa, Vinjen memang sudah sering dibasa-basi-in Mang Wiwit, kemudian dicaci. Nggak ada bosen-bosennya memang.

"Neng Vinjen pasti kecewa karena nanti pas keluar nggak ketemu Mas Zidan." Informasi Mang Wiwit yang membuat Vinjen menatapnya dengan heran. "Mas Zidan tadi dijemput sama uke."

Seketika Mang Wiwit terbahak melihat ekspresi Vinjen dengan tatapan terkejut serta mulutnya yang menganga, dan tidak menyangka. Vinjen terlambat menonton momen yang sudah ditunggunya beberapa hari ini. Ia langsung terkulai lemas dibawah.

"Huaaaaa... kenapa Mang Wiwit nggak ngasih tau Vinjen tadi??! Huaaaa... hancur sudah harapanku bertemu pasangan kekasih itu huhuuhuuuuu." Vinjen merengek kecewa. Kakinya ia gesek-gesekan dibawah, seperti anak kecil yang merajuk.

Mang Wiwit menyapu sudut matanya yang keluar air bening dengan jempolnya. "Sudah atuh, Neng. Mamang tadi cuma bercanda. Tuh dia Mas Zidan baru bangun tidur."

Vinjen langsung menengok ke rumah Zidan. Ternyata benar, Zidan berdiri di balkon sambil menguap dan meregangkan otot-otot tangannya dengan cara menariknya keatas kepala. Vinjen segera berdiri dan menatap Mang Wiwit dengan tatapan mematikan. "Becandamu nggak lucu, Mang!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menjadi Fujoshi Itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang