Dava menatap sherra tajam. Bagaimana bisa cewek itu membangunkannya dengan cara tidak manusiawi. Bukannya terintimidasi dengan tatapannya, Sherra hanya nyengir dan kembali melanjutkan makannya.
" dimakan nasi gorengnya Dav, gue udah capek-capek masak untuk lo. "
" lo atau mama? " tanya Dava. Dirinya tahu bahwa Sherra bisa dibilang buta dalam urusan dapur. Walau banyak orang yang mengatakan cewek itu sempurna di segala hal, nyatanya tak ada yang benar-benar sempurna.
" ughh, nyebelin lo. Gue juga bantuin tante kok. " bela Sherra
Dava hanya mengulum senyum saat melihat wajah kesal Sherra. Cewek itu benar-benar tak menyukai sindiran Dava terhadap kemampuan masaknya.
" bantuin ngerusak dapur mama sih gue percaya. " ledeknya.
" bawel lo. Cepetan deh makannya, udah mau siang nih " Sherra menatap jam tangannya resah.
Dava hanya mengangkat bahunya acuh dan kembali menikmati sarapannya. " mama mana ? " tanyanya disela kunyahan.
" tante ada urusan. Kayaknya sih arisan, abis dandanannya rapi banget. "
Dava hanya menganguk mengerti. Ini hari minggu dan mamanya tersayang itu mempunyai jadwal yang padatnya melebihi dirinya sendiri.
" udah siap? Yakin nggak mau ganti baju lagi? " menghabiskan minumnya, Dava menatap Sherra yang dibalas cewek itu dengan gelengan.
" kita kan cuma ke dufan, nggak mungkinkan gue pake dress kesana. " Sherra mengerucutkan bibirnya lucu
Dava hanya menghela nafas pasrah, sekali lagi dipandangnya cewek itu dari atas ke bawah. Sherra hanya memakai tank top dan hot pants yang memamerkan kaki jenjangnya. Dan dia tidak yakin bisa tetap tenang dengan banyaknya cowok yang akan menatap Sherra nanti.
" pake cardigan, gue nggak mau pergi kalo lo tetap make pakaian kurang bahan kayak gitu. " ancamnya.
Sherra yang mengetahui kebiasaan Dava hanya mengangguk malas. " keluarin aja mobil lo, gue ambil cardigan dulu. " ucapnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah Dava.
----
Dava mengelus punggung Sherra dengan sayang, dirinya agak jengkel karna Sherra yang terlalu memaksakan diri untuk menaiki berbagai arena yang menguji nyali dan berakhir dengan muntah-muntah.
" tunggu disini, gue mau beli minum dulu buat lo. " melihat Sherra yang mengangguk patuh, dirinya segera pergi meninggalkan cewek itu.
Tak sampai sepuluh menit Dava sudah kembali dengan sebotol aqua ditangannya. Dirinya menghela nafas lega saat melihat Sherra sudah tak sepucat tadi.
" minum, abis ini pulang. " nada suara Dava tak terbantah.
" makan dulu boleh? Gue lapar dav... " Sherra menampilkan wajah memelas.
Dava mengangguk dan mengusapkan sapu tangan ke wajah Sherra saat menyadari cewek itu keringatan.
" yuk, katanya lo laper. Cafe biasa kan? " Sherra menyambut uluran tangan Dava yang terulur padanya.
-----
" strawberry cheese cake 1 dan fruity lemon squash 2 mbak. " selesai menyebutkan pesanannya Dava melirik Sherra yang menatapnya jengkel.
" kebiasaan, selalu bertindak sendiri. Kalo gue nggak suka gimana? " protes Sherra
" nggak mungkin, gue tau banget selera lo. "
" whatever. " Sherra memutar bola matanya bosan. Berdebat dengan Dava hanya membuang-buang waktu. Toh nyatanya, dirinya senang karena cowok itu mengetahui segala hal tentangnya.
Menyadari suatu hal, Sherra menatap Dava dengan pandangan menuntut.
" apa? " tanya Dava
" lo cuma minum? "
" hmm... "
" nggak mau tau, pokoknya lo harus mesan sesuatu untuk dimakan. "
" nggak lapar. " Dava hanya tersenyum saat protes yang akan diajukan Sherra saat mendengar jawabannya terpotong ketika pesanan mereka tiba.
" besok MOS kan? " mengalihkan pembicaraan, Dava menatap Sherra yang kini terlihat menikmati cakenya.
" hmm, dan gue harus berpenampilan layaknya upik abu untuk tiga hari. " Sherra menampilkan wajah sebal yang terlihat menggemaskan dimata Dava.
" cuma tiga hari kan? Cinderella aja harus jadi upik abu bertahun-tahun sebelum akhirnya jadi princess. " Dava menatap Sherra jahil.
" gue bukan cinderella dav.... menderita amat jadi dia. " sungut Sherra.
" intinya sama aja, lo mendeskripsikan tiga hari MOS dengan neraka karena penampilan yang aneh dan setelah itu..... simsalabim putri cantik muncul lagi. " goda Dava
" dan dalam waktu singkat lo akan ngambil gelar sebagai cewek paling populer satu sekolah. "
Ini semua demi lo. Sherra tersenyum miris menyadari semua usaha yang dilakukannya agar pantas berada disamping Dava. Untuk berada disisi pangeran, lo harus menjadi seorang putri. Itu prinsipnya dan dia membuktikannya selama ini.
" belepotan.... " Dava mengusap sudut bibir Sherra.
Sherra hanya tersenyum saat menyadari tatapan iri cewek-cewek yang tertuju padanya. Ini sudah biasa, dan Sherra benar-benar merasa beruntung karena hanya dirinya yang berada di samping Dava hingga saat ini. Akan dia pastikan bahwa cowok dihadapannya ini tak akan berpaling pada siapapun. Walau terkesan egois, Sherra tak peduli. Bullshit saat seseorang mengatakan cinta tak harus memiliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherra Story
Teen FictionSherra selalu merasa hidupnya sempurna. Memiliki keluarga dan teman-teman yang menyayanginya, serta Dava yang selalu disisinya. Tapi, bukankah tidak ada yang sempurna? Hidupnya berantakan saat Dava pergi. Mampukah Sherra bangkit disaat dirinya berte...