6. Ruang kepsek (2)

21.2K 286 16
                                    

Entah dorongan dari mana, aku bergerak turun dari pangkuan Jordan. Aku mencium kedua biji zakar milik Jordan. Terakhir aku mencium ujung penis nya. Lidah ku menjilati penis nya, berniat membasahi nya. Sambil terus menjilat, kedua tanganku mengelus sensual paha Jordan. Aku mendongak untuk melihat wajah Jordan. Rasa nya begitu menyenangkan melihat wajah Jordan yang bergairah karena kelakuan ku. Perlahan aku membimbing penis Jordan untuk memasuki mulut ku.

Walaupun tidak semua nya masuk, tapi mulut ku sangat penuh oleh penis Jordan. Aku memainkan lidahku di dalam mulut ku, bergerak memutar di sisi penis Jordan. Kepalaku maju mundur secara perlahan.

"Akhh! Gadis nakal ku... Oughh mulut pelacur gadis ku... Mmmhh yeah!" Jordan memejamkan mata nya.

Desahan serta racauan Jordan membuatku semakin bersemangat mengulum nya. Tangan Jordan beralih memegang payudara ku. Ia melampiaskan rasa nikmat nya melalui sentuhan nya. Jordan memainkan putingku yang menegang, memelintir nya, menyentil putingku. Aku menahan desahan ku karena mulut ku yang penuh dengan penis Jordan.

"Fuck!" Jordan menjambak rambut ku ketika gigi ku secara tidak sengaja menggesek penis nya. Ia memaju mundurkan kepala ku dengan sangat cepat. Aku tersedak karena ujung penis nya menabrak tenggorokan ku. Air mataku menggenang di pelupuk. 

"Ouuww gadis ku! Mmmhh mmmhh pintar, kau sangat pintar! Jangan biarkan mulut kecil mu dimasuki kontol pria lain atau hukuman akan menanti mu! Sialan, lebih cepat! Ssshhhh Giaaaahh, mulut mu sudah tidak perawan! Oughh..."

Aku mencoba bertahan, menikmati penis Jordan yang berada di mulutku. Ini demi Jordan, sebelum nya ia yang memuaskan. Giliran ku yang memuaskan nya. Tangan ku ikut membantu mengocok penis Jordan yang tidak bisa masuk di dalam mulut ku. Jari ku mencolek biji zakar nya. Mulut ku mulai pegal karena nya. Aku berdiri, membasahi kedua tanganku, membuka belahan bokongku sambil membelakangi Jordan. Aku menungging, ia berdiri menjejal penis nya disana. Bokong ku bersentuhan dengan pinggang Jordan.

"Kontol ku terjepit sayang, ough!" tangan Jordan mencengkram payudara ku. Ia memberikan kecupan basah di pundak ku, ia menggigit nya gemas. Beralih ke leher ku, ia menghisap nya memberikan tanda kepemilikan. "Bergerak terus perawan kecil ku! Yeah begitu... Mmmhh... Payudara mu semakin berisi, apa karena selalu ku mainkan? Ough pentil mu bereaksi, sayang!"

Bokong ku bergerak naik turun, seiring dengan desahan nya. Ia memegangi pinggangku, semakin menekan bokong ku agar penis nya semakin masuk ke dalam bongkahan bokong ku. Tak urung ia berkata kasar, mengerang. Ketika bokong ku mulai kering, ia meludahi penis nya agar basah lagi. 

"Lebih cepat lagi! Ouughhh... Kau tak dengar aku pelacur kecil? Lebih cepat!" 

Aku mempercepat nya, walau lutut ku sudah sedikit pegal karena bergerak menekuk, dan meluruskan nya lagi. Terus berulang. Permainan nya memang sangat kasar, namun juga sangat nikmat.

"Mmmhh Jordaaann! A-aku ingin pipisss... Mmmhh oouuwww Jordaaann....," aku mendesah.

Jordan memukul vagina ku, mencengkram nya.

"Tahan memek sialan mu ini agar tidak mengeluarkan nya! Ssshhh... Aku belum ingin keluaaarr... Bergerak lebih cepat!"

Terpaksa aku menahan nya walau sudah berada di ujung, aku tidak ingin terkena hukuman nya. Tubuh ku sudah lemas. Gairah ku begitu memuncak, kepala ku pening, lutut ku lemas. 

Plak.

"Akh! Jordaann!" bokong ku tampar oleh tangan nya.

"Lebih cepat!" 

"Terus! Oughh lebih cepat lagi pelacur! Mmhhh kau pelacur kecil ku! Hanya milik ku! Jepit kontol ku dengan pantat mu!" Jordan meracau.

Aku mengikuti perintah nya, merapatkan kedua bongkahan bokong ku untuk mencengkram penis Jordan. Pergerakan ku pun semakin cepat agar ia cepat orgasme. Jordan sangat kuat jika sedang bermain. Ini sudah lebih dari 40 menit aku bermain dengan penis nya. Sedangkan aku tadi hanya perlu memakan waktu 10 menit saja. Yang ku tunggu-tunggu akhirnya datang. Penis Jordan mengembung pertanda ingin keluar.

"AHHH!" Jordan mengeluarkan, menyembur ke lantai. Sedikit terkena selangkangan ku. "Keluarkan punya mu juga, babe."

Akhirnya aku mengeluarkan nya. Penderitaan ku sudah selesai setelah mengeluarkan nya. Jordan duduk di kursi begitu pula aku yang duduk di pangkuan nya sambil bersandar di dada bidang nya. Nafas kami sama-sama memburu. Ini permainan terhebat. Walau begitu tangan Jordan masih berada di payudara ku, tidak bergerak. Hanya menempel saja.

"Aku haus sayang," kata nya. Aku bergerak ingin mengambilkan nya minuman, tapi ia menahan pinggangku. "Apa kau tidak mengerti? Aku ingin menyusu disini," Jordan menunjuk payudara ku.

Aku menunduk, memberikan puting susu ku yang langsung diterima oleh Jordan dengan senang hati. Ia mengemut nya, menyedotnya, menghisap nya, sesekali lidah nya memutar di dalam sana. Aku ingin menyuruh nya berhenti begitu ia menggigit puting ku dengan gemas. Tapi yang bisa ku keluarkan hanya desahan. Sebelah tangan nya meremas dada ku. Jordan memakan habis payudara ku, persis seperti orang yang kehausan. Aku mengelus rambut nya.

Bunyi bel istirahat berbunyi menyadarkan ku dari kenyataan. Dengan terpaksa aku menarik payudara ku dari mulut nya.

"Aku harus segera keluar dari sini, Jordan. Temanku pasti akan mencari ku," ucap ku lembut. Muka nya langsung berubah masam. Bibir nya menekuk. Aku hampir saja menyemburkan tawa ku, wajah nya sangat lucu.

"Kita bisa melanjutkan nya nanti, Jordan. Kita masih memilik banyak waktu," aku sedikit memberinya pengertian.

"Baiklah," Jordan mengalah. Aku tersenyum lalu berdiri mengambil tisu untuk membersihkan cairan yang berada di selangkangan ku. Jordan menahan nya.

"Kau ingin membersihkan nya?" aku mengangguk. "Jangan! Biarkan saja seperti itu," Jordan mengambil tisu yang berada di tangan ku.

"Jordan, tidak mungkin aku keluar dengan seperti ini!" ini gila, Jordan sudah tidak waras membiarkan ku seperti ini.

"Gia, apa kau tidak mencintai ku?"

Aku terkejut. "A-apa?"

"Kau tidak mencintai ku?" tanya nya sekali lagi. Nada nya sangat lesu.

"A-aku mencintai mu," jawab ku malu.

Jordan tersenyum, menggapai tangan ku untuk ia kecup. Mata nya tak lepas memandangku. Pipi ku bersemu karena perlakuan nya itu. Jordan akan menjadi orang yang lembut jika sedang tidak 'bermain' dengan ku. 

"Kalau begitu jangan di bersihkan. Itu sebagai tanda kalau kau mencintai ku."

"Baiklah, tapi apa boleh aku membersihkan yang berada di bagian betis ku? Sisa nya akan ku diamkan saja," aku akhir nya mengalah.

Jordan mengangguk. "Kau memang yang terbaik. Cepatlah pakai pakaian mu," Jordan mengecup keningku sangat lama.

Kami sama-sama memakai pakaian kami. Aku jadi teringat dengan celana dalam ku yang hilang di apartemen nya. Ternyata pelaku nya adalah Jordan. Ia mengembalikan nya kepada ku ketika ingin mengantar ku pulang. Untung saja aku pulang dengan keadaan memakai celana dalam. Tidak bisa ku bayangkan jika aku pulang tanpa memakai dalaman. Setelah selesai memakai pakaian, aku memeluk Jordan terlebih dahulu sebelum pergi. Ia mengelus rambut sepinggang ku. Walau selangkangan ku sedikit lengket karena masih ada cairan nya, namun sebisa mungkin aku membuat nya nyaman.

"Jangan dekat-dekat dengan lelaki lain okey?" aku mengangguk, ternyata ia ada sisi posesif nya. "Apa kau memiliki uang untuk makan siang?"

"Tentu, Jordan. Jangan khawatir, aku memiliki tabungan yang cukup untuk makan selama seminggu ini."

Jordan nampak menghela nafas, ia mengeluarkan dompet nya, memberikan ku beberapa lembar uang berwarna merah. Aku memandangi berganti uang itu dan Jordan. Sebelum aku membuka mulut dia sudah lebih dulu menyela.

"Ambil lah, sebagai pegangan mu," kata nya. "Jangan membantah, kau ingatkan aku tidak suka di bantah?" tanya nya tajam. Aku meneguk saliva ku, terpaksa mengambil uang nya dan mengantongi nya.

"Terima kasih, Jordan." 

Ia mengecup bibir ku, meremas bokong ku sebentar. Kemudian membukakan pintu untuk ku. Aku tersenyum manis oleh perlakuan nya. Begitu keluar dari sana, tak ada henti-henti nya aku tersenyum.

The Perfect CEO (Tersedia di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang