(S)2

2 3 1
                                    

Kini Sara tengah berbaring di atas tempat tidurnya sembari memejamkan mata, minikmati suasana tenang tidak diganggu oleh siapapun. Sara menyukai situasi ini, tapi ia juga menyukai keramaian.

Ketika Sara sedang membayangkan masa kecilnya, seseorang mengetuk pintu kamarnya dan berteriak.

"Sar...Sara..main yuk...Sara." Itu suara Jaja, Sara mengetahuinya, siapa lagi yang memanggilnya seperti itu selain Jaja, tidak ada.

"Ahh brisik." Sara menutup kupingnya membiarkan lelaki itu berteriak sesukanya.

"Sara..Sara sayang..main yuk." Jaja kembali bersuara.

Sara menghela napas jengah dan membuka pintu, ia langsung dihadapkan dengan wajah Jaja yang menyengir lebar sembari membawa sesuatu di plastik. Sara tidak menanggapinya, ia mengambil kantong itu dan berjalan masuk.

"Awas aja lo berantakin kamar gue." Ucap Sara malas.

"Engga sayang." Balas Jaja menedipkan satu matanya.

"Apasi lo geli banget deh."

Jaja tidak mengindahkannya, ia berjalan menuju kasur Sara dan membuka handphone Hanna untuk menonton drakor. Jaja memang diperbolehkan bermain di kamar Sara, karna ia sudah mendapatkan kepercayaan orang tua Sara, begitupun Rafi.

"Eh Sar kalo gue pacaran sama orang lain selain lo gimana." Jaja menyenderkan kepalanya di ranjang Sara.

"Ya gapapa gue ada Rapi, kalo gue pengin kemana-mana tinggal ajak Rapi aja deh siapa taup lama-lama gue jadian." Balas Sara santai tanpa menoleh kepada Jaja.

"Yaudah gue pacaran sama lo aja." Sahut Jaja.

"Dih emamg gue mau sama lo."

"Ya harus ma-" Belum selesai berbicara, seseorang masuk tanpa mengetuk pintu.

"Hayolo berduaan bae." Ucap Rafi menyentil kening Sara dan Jaja.

"Apaan si lo ganggu aja." Itu bukan Sara yang menjawab, melainkan Jaja dengan wajah kesal.

"Sakit rapi goblog."

Rafi mengusap kening Sara, membuat Jaja menggeplak tangan Rapi supaya tidak mengelus kepala Sara.

"Sayang kita jalan yuk." Jaja menggenggam tangan Sara dengan kencang membuat Sara mengaduh kesakitan.

"Aw gila lo Jaja sakit elah, lepas gak." Bukannya melepas Jaja malah tambah mngeratkan tangannya.

"Eh kasian Ja." Ucap Rafi, bukannya membantu Rafi malah mnegapit kepala Sara dengan tangannya.

"Woi lepasin gueeee." Teriak Sara, kini Sara telah kehilangan kesabarannya, sudah dipersilahkan masuk malah menyiksa begini.

Rafi dan Jaja berlari keluar kamar Sara, Sara hanya mengejarnya sampai pintu kamar lalu menutupnya. Memastikan kalau dua curut sudah pergi, Sara naik ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya disana, disaat hendak terlelap suara dari depan jendela mengagetkannya.

"Sara Sara, Sara yo ayo Sara ayodong Sara ayo main Sara buka jendelanya." Suara Jaja dan Rafi membuat Sara geram, sudah memukul-mukul jendela, bernyanyi seperti sedang menjadi suporter dan menganggu acara tidur Sara.

Sara hendak bangun dari tidurnya, namun suara dua curut telah berhenti, ketika Safa kembali tidur suara itu muncul lagi, begitu seterusnya sampai lima kali, setelah itu hanya suara tawa yang perlahan menjauh menjauh.

Sara yakin mereka berdua telah pergi, kini ia bisa tidur dengan tenang.


🎲🎲🎲

    
Sara terbangun dari tidurnya, ia mengambil ponsel dan melihat jam ternyata sudah pukul 4 sore, saat Sara menapakkan kakinya kelantai ia merasa itu bukan lantai, Sara seperti menyentuh kulit, Sara melihat kebawah dan,

"Ya Alloh, astaghfirullah." Sara langsung membekap mulutnya ketika kakinya menyentuh muka Jaja.

Sara hendak membangunkan mereka berdua tetapi ia tidak tega, tapi tunggu, mengapa mereka bisa masuk kekamar Sara, Sara mengingat kejadian tadi siang, ternyata ia hanya menutup pintu tanpa menguncinya.

Sara berjalan menuju ke kamar mandi dan ia lanjut untuk memasak sesuatu yang ada di dapur, ketika ia selesai memasak dan berbalik kebelakang ia dikejutkan dengan dua curuh yang sudah duduk manis di kursi, ternyata mereka berdua sudah bangun.

"Makananku, makananku, makananku." Ucapan mereka berdua dengan semangat setelah itu mengambil makanan yang ada di tangan Sara.

Mereka berdua makan dengan sangat lahap dan menghabiskan makannya tanpa menyisakan untuk Sara, Sara hanya menatap mereka miris, tega sekali mereka.

"Hem." Hanna berdehem.

Lalu mereka berdua kompak menoleh dan nyengir tanpa dosa. Setelah selesai menghabiskan makanan dua curut itu lari keluar rumah dengan tawa mereka yang menggelegar.

Sara hanya menghela napas pasrah, lalu mencuci piringnya, setelah mencuci piring ia memutuskan untuk kekamar dan belajar, lagian ia juga tidak lapar, Sara memang sengaja memasakkan untuk dua curut itu.

Tinggg

Suara notifikasi membuat fokus belajar Sara beralih, ia melihat nama pengirim pesan.

Saraque🐵

Ternyata hanya grup yang berisi tiga anggota Jaja, Rafi dan Sara.

Awalnya Sara sudah keluar dari grup tersebut berkali-kali, tapi tetap saja dimasukkan kembali, ia juga sudah menyetting agar Jaja dan Rafi tidak bisa memasukkannya lagi ke grup tersebut, namun mereka berdua datang dan langsung mengambil handphone Sara lalu menyetting ulang, Sara jua sudah mengunci handphone nya namun tetap saja jika tidak dibukakan mereka mengancam tidak akan menemaninya jika Sara membutuhkan alhasil Sara hanya pasrah saja.Sara membuka grup chat tersebut.

Saraque🐵

Jaja Miharja : Udah gue beliin makan Sar lo tenang aja.

Rafi Sahmad : Inget ya Ja itu kita patungan loh.

Sara Alwij : Apaan si beliin gue makan aja pake patungan, harusnya Jaja sendiri Rapi sendiri, gimana seh, dasar kaya-kaya pelit.

Rafi Sahmad : Kita itu lagi ngirit Sar buat masa depan kita, ya gak Ja?

Jaja Miharja : Gak tuh. Btw lo ngetik lama amat Sar.

Sara Alwij : Dahlah makan, berisik lo berdua.

Sara menutup obrolan grup chat tersebut lalu ia mulai memakan makanan tersebut ia jadi merasa enak, sudah ditemenin , dibeliin makan pula, emang mereka terbaik, walau pelit.

🎲🎲🎲

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang