Eeeh tunggu dulu..jangan matiin datanya dulu,,vote dulu ya...🌟
Awas kalo gk vote tak tanddain loh😑
Haikal keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yg melilit dipinggangnya,lalu netranya menatap sekilas jam dinding yg menunjukan pukul 06.00.masih pagi sebenarnya tapi Haikal sudah terbiasa bangun pagi,bahkan sering insomnia akhir-akhir ini.
Haikal mengusak rambutnya pelan,sebelum berjalan menuju wardrobe,mengambil pakainya lalu makainya dengan sedikit cepat.
Setelahnya menyisir rambutnya sebentar,dan menyemprotkan sedikit parfum di tubuhnya.
"Ganteng juga ternyata!" Haikal berucap lirih,melihat pantulanya di cermin,bukan bermaksud narsis tapi itu memang faktanya.
Lama menatap pantulan dirinya di cermin Haikal lalu mengambil ranselnya,menggendonnya dipundak.Lalu mulai melangkah keluar kamar.
"Pagi bi Ratih!" Haikal tersenyum hangat pada salah satu art dirumahnya yg berlanatai tiga peninggalan mediang kedua orang tuannya
"Pagi juga den" Bi Ratih balas tersenyum,tangannya bergerak meletakan satu persatu makanan di atas meja.
"Cello belum bangun bi"
"Yah belum lah den,mana bangun dia kalau bibi yg bangunin"
Haikal mengangguk lalu meletakan ransel biru dongkernya di kursi "Yaudah Haikal bangunin yah bi!"
***
'Ceklek..'
Haikal memasuki kamar bernuansa hitam,dengan senyum dibibirnya.
Haikal mendekati tempat tidur dengan menggelengkan kepalannya melihat pose adiknya tidur,bantal berserkan di lantai,dan juga selimut yg tak ada di tempatnya lagi.
'Sretttttt' Haikal membuka gorden agar cahaya dan udar segar bisa masuk ke kamar.
"Dek bangun yuk udah pagi,,kamu gak mau kan kesiangan" Haikal berucap lembut dengan tangan yg sentiasa mengelus lembut kepala sang adik.
"Eughhh..morning kak" Cello mengeliat pelan lalu balas tersenyum padanya,dengan nada khas bangun tidur.
"Mandi gih!,kakak tunggu di meja makan"
Cello mengaguk lalu,beranjak ke kamar mandi.
Haikal tersenyum tipis sebelum membereskan tempat tidur sang adik,hidup tanpa kedua orang tua memang berat untuk dijalaninya,Namun Haikal tak mau terliat lemah di depan sang adik,justru dia harus menjadi pengganti sosok ibu dan ayah yg baik bagi adiknya.Untung saja kedua orang tuanya meninggalkan warisan yg setidaknya cukup untuk dia dan adiknya sampai lulus kuliah.
Haikal itu cukup ambisius dalam pelajaran sebenarnya,tak heran dia mempunyai otak di atas rata-rata.Bahkan bisa saja Haikal mengikuti kelas eklarasi dan langsung kuliah,Namun Haikal menolaknya dengan alasan belum mau pisah sekolah dengan sang adik yg hanya berbeda satu tingakatan dibawahnya.
Jangan salah Cello juga pintar tapi anak itu terlalu malas dalam belajar.
Kembali lagi pada Haikal yg sudah selesai dengan pekerjaanya,lalu memilih keluar dari kamar sang adik,menuju ruang makan kembali.
Haikal menundukan dirinya dibangku sebelah ranselnya,tangannya terangkat memijat pelan pelipisnya,akhir-akhir ini kepalanya memang agak sakit.Entahlah tapi mungkin dia harus memeriksanya kedokter.
Typo bertebaran..
407 word pendek banget njmmm..tapi tangan author yg kecil udah cape ngetik😂
Dahlah nanti lnjut...
Vote komen nya loh wajib..
Oke lah selamat tinggal..eh sampai jumpa😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect Friend
Teen FictionBagi Haikal tak ada yg lebih penting untuk diprioritaskan selain adiknya di dunia ini.Sekalipun nyawanya sendiri akan Haikal berikan demi kebahagiaan sang adik. Menurut Cello kakaknya adalah kehidupannya,sosok ibu sekaligus ayah di hidupnya. Dan bag...