Bagian 6

941 134 19
                                    

Begitu Mew dan Gulf keluar dari kafe, matahari telah tergilincir, diganti bulan yang memahkotai malam di Kota Bandung yang dingin lengkap dengan bintang-bintang yang bersembunyi di balik polusi cahaya.

"Ih udah malem lagi aja, nggak kerasa." Padahal saat Gulf masuk ke kafe, matahari masih bersinar terang di atas langit. Ia tak menyangka berbincang dengan Mew ternyata seseru itu sampai keduanya lupa waktu.

"Habis ini kamu mau ke mana, Gulf?" tanya Mew saat mereka berjalan bersisian menuju parkiran.

"Pulang paling Mas. Kalo Mas sendiri?"

"Sama, balik ke hotel. Besok saya jemput yah, kamu nggak perlu bawa mobil. Kita pake mobil saya aja."

"Jam berapa Mas jemputnya?"

"Pagi saya masih ada meeting sampai siang. Jam dua aja gimana?"

Gulf menganggukkan kepala dengan senyum imutnya yang khas. "Oke kalo gitu-mobilku yang ini-sampai ketemu besok yah, Mas Mew." Gulf menekan kunci rimot pada mobilnya hingga mobil itu berbunyi

"Gulf, sebentar."

Gulf yang sudah membuka pintu mobil kembali membalikkan tubuh menghadap Mew. "Ya, Mas? Kenapa?"

Pria itu menghapus ruang di antara mereka hingga jarak mereka hanya terpaut satu hasta. Mew lantas mengulurkan tangannya dan menyentuh kepala Gulf. "Rambut kamu berantakan." Mata Gulf mengerjap saat jemari Mew menyisir helaian surainya, merapikannya dengan telaten.

Dari tempatnya Gulf dapat meihat dengan jelas bagaimana wajah Mew bak pahatan yang sempurna. Rahangnya yang tajam, hidungnya yang bangir sampai ke bentuk bibir, mata, alis, dan garis lehernya. Gulf juga bisa menghidu aroma tubuh Mew yang merupakan pencampuran antara parfum dan keringat, membuat alirah darahnya terasa berdesir menyenangkan.

"Aww!" Gulf mengaduh saat tiba-tiba Mew mencubit pipinya dengan kedua tangan, menarik Gulf kembali pada kesadarannya.

Mew tergelak, wajah Gulf yang sedang melongo dengan mulut membuka sambil menatapnya membuatnya tak kuasa untuk mencubit pipi chubby itu. Anak ini sungguh menggemaskan, apalagi dilihat dari dekat seperti ini. "Kamu gemes banget sih, Gulf. Gregetan saya lihatnya."

Duh Gulf ingin meleleh saja rasanya. Gerakan spontan Mew barusan sungguh tidak bisa ia antisipasi sehingga efeknya sungguh luar biasa terutama pada jantungnya yang lantas berdegup dengan liar.

"Hehehe..." Gulf pun terkekeh sambil menggaruk lehernya yang tak gatal sama sekali, tak sadar bahwa sekarang wajahnya nampak memerah. Ugh, Gulf malu kepergok sedang mengagumi Mew. Habis bagaimana lagi, dusta kalau ia bilang tidak terpesona pada Mew.

"Ya udah masuk mobil sana, hati-hati di jalan yah." tangan Mew membukakan pintu mobil Gulf lebih lebar, tangan Mew juga melindungi kepala Gulf saat ia masuk agar tidak terantuk. Ya ampun, Gulf cuma bisa melihat adegan tersbeut di drama-drama Korea,

"Iya, Mas juga."

"Sampai ketemu besok," ucap Mew sebelum menutup pintu mobil Gulf. Ia lalu memundurkan langkahnya supaya Gulf bisa leluasa memarkirkan mobilnya, Pandangannya terus mengawasi mobil Gulf.

Ia lalu melihat Gulf menurunkan kaca mobil kemudian tangannya keluar untuk melambai padanya. "Dah Mas!" katanya dengan senyum lebar sampai gigi-giginya yang rapi terlihat. Mew membalas lambaian tangan tersebut sebelum membiarkan mobil Gulf benar-benar meninggalkannya.

.

.

.

Gulf menghampiri ibunya yang sedang mencuci piring di dapur. Ia lantas duduk di meja makan. Sudah ada ransel yang ia gendong di punggung berisi barang-barang yang hendak ia bawa ke vila hari ini. Melihat anaknya sudah rapi dan wangi tambah dengan ransel yang ia bawa jelas mengundang perhatian sang ibu.

ReverieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang