01. Malam

29 1 0
                                    

Angin malam masuk mengibas wajah cantik seorang gadis yang sedang berdiri dibawah jendela kamarnya. Dia adalah Amanda Rasya, gadis cantik dengan segala keceriaan.

Rasya tersenyum, ia menyambut angin yang datang silih berganti. Rambutnya terkibas dengan sangat indah di bawah cahaya bulan purnama.

Perlahan ia menarik napas dan kemudian menghembuskannya dengan lembut disertai senyumannya yang khas. Sungguh cantik gadis itu jika terukir sebuah senyuman indah di wajahnya.

Tok...tok...tok...

Rasya terkejut karena seseorang mengetuk pintu.

"Masuk, aja."

Pintu terbuka, sedangkan Rasya segera menutup jendela kamarnya dan kemudian membalikkan tubuhnya ke arah pintu.

"Habis main angin lagi?" Tanya seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar gadis itu.

"Eh abang, maaf hehe." Gadis itu hanya bisa meneguk salivanya karena sebentar lagi, ia akan mendapat ceramah gratis.

"Angin malam gak baik, cepat sini minum susu abis itu lo tidur." Suruh Adam yang tak lain adalah saudara kandung Rasya.

Rasya menghela napas lega, untunglah Adam tidak memberinya ceramah yang padat, jelas, singkat dan pedas.

"Abang kok tumben bawain Rasya susu ke kamar? Biasanya juga Bunda," Cibir Rasya.

"Lo gak suka?" Tanya Adam sinis.

"Suka, tapi tumben aja." Rasya segera mengambil susu putih vanila yang di bawa Adam kemudian meminumnya sampai habis.

"Tidur, jangan begadang," Ucap Adam dengan ekspresi datar.

"Iya. Eh abang ngapain malah duduk disitu?" Tanya Rasya heran karena Adam mengambil posisi duduk di hadapan meja belajar adiknya sambil memainkan ponselnya.

"Awasin lo. Karena lo kalau gak diawasin pasti tidurnya larut malam."

"Astaga abang." Gadis imut mengerucutkan bibirnya kemudian tertidur.

Selang 15 menit, Adam melihat adiknya itu telah tertidur pulas. Ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Rasya. Tak lupa Adam membalutkan selimut tebal dan di kecup kening adiknya dengan sangat lembut, uwu soswettt^^.
Setelah itu, Adam mematikan lampu dan keluar dari ruangan itu.

Mendengar suara pintu yang telah ditutup, Rasya membuka matanya sambil melotot dan selimutnya di genggam sangat erat.

"Itu tadi abangnya Rasya kan? Kok tumben banget manis kek gitu. Astaga bang Adam diam-diam ternyata sayang juga sama Rasya." Ucapnya dengan dirinya sendiri.

Ternyata gadis itu hanya berpura-pura tidur. Dasar Rasya haha.

Sedikit penjelasan, Adam adalah saudara Rasya yang sifatnya sangat bertolak belakang dengan Rasya. Adam memiliki sifat yang dingin dan cuek, bahkan ia sering kali memasang wajah datar. Walaupun begitu, Adam memiliki paras yang tampan. Pahatan wajahnya nyaris sempurna jadi tak heran jika banyak kaum hawa yang menyukainya . Jika bukan saudara kandung, mungkin Rasya sudah naksir padanya hahaha.

Sebelum benar-benar tidur, Rasya menatap bulan di luar jendela dengan senyumannya yang sangat manis.

Malam ini aku mendapat kejutan manis dari seorang saudara yang aku kira dia tidak peduli sama sekali dengan ku. Dia saudara ku, aku akan menyayanginya setiap saat. Aku harap suatu saat nanti aku jatuh hati pada orang yang manis sepertinya. Sederhana tapi mengesankan.

Terimah Kasih

Amanda Rasya

.
.
.
.
.
.
.
.
Ditempat lain, sara sumpritan bunyi dan para peserta mulai melajukan motornya setelah mendengar aba-aba tersebut.

Sang pemilik motor ninja berwarna hitam berhasil melalui garis finish urutan pertama. Sorak ria terdengar riuh, pemilik motor ninja berwarna hitam itu membuka helmnya. Dia adalah Reyhan Adelard Wijaya, cowok tampan berkulit putih itu berhasil menjuarai balap liar. Teman-temannya menghampirinya dan menepuk bahunya bangga.

"Selamat bro," Ucap Angga sahabat Reyhan.

"Yoi." Balasnya.

"Traktiran ada gak nih?" Seru Ikhsan.

"Gak ada, nih duit mau gue pake. Sorry banget yah."

"Yah, tapi kalau mau di pake yah its oke. Fine-fine aja, abang Ikhsan mah santuy. Kagak makan 7 hari 7 malam juga masih kuat kok." Balas Ikhsan sedikit ngaco.

"Terserah lo dah, gue pamit yah. Udah malam."

"Dasar anak mami." Cibir Angga.

"Eh Rey minta foto dong." Rengek salah satu gadis yang menghampiri Reyhan.

"Sorry gue buru-buru."

"Yah gitu amat sih, please lah sekali aja kok."

"Yaudah sekali aja." Gadis itu mengambil posisi dan Reyhan mengambil gaya coolnya.

Setelah itu Reyhan mengambil pricenya dan langsung pulang. Ia melajukan motornya menerobos jalan yang gelap.

Saat tiba di depan rumahnya, Reyhan memarkirkan motornya dan di ambang pintu sudah terlihat lelaki paruh baya memegang setongkat bambu.

"Dari mana aja jam segini baru pulang?" Tanya ayah Reyhan dengan tatapan yang tajam dan seram.

"Sejak kapan papa peduli dengan Reyhan?" Reyhan hanya metap ayahnya dengan tatapan yang tidak suka.

Plak...

Sebatang bambu menyentuh tubuh Reyhan dengan sangat kencang. Untunglah Reyhan menggunakan jaket yang tebal sehingga ia tidak merasakan rasa sakitnya.

"JAWAB PAPA!!" Bentak Arman ayah Reyhan.

"Sampai kapan papa akan seperti ini? Sampai kapan  papa akan memukul Reyhan seperti ini? Reyhan udah gede pah, Reyhan bukan anak kecil lagi yang harus dipukul pakai bambu seperti ini!" Balas Reyhan yang kecewa dengan Arman.

PLAK...

Kini bukan lagi sebila bambu yang mendarat ditubuh Reyhan, melainkan tamparan keras yang menyentuh pipinya. Tentu itu terasa lebih sakit dari yang sebelumnya.

"Kamu memang pantas di tampar, dasar anak tidak tau diri."

Reyhan hanya memegang pipinya sambil tersenyum sinis.

"Udah pah, Reyhan capek."

Reyhan meninggalkan Arman seorang diri. Reyhan masuk ke dalam kamarnya dengan mata yang memerah seperti orang yang sedang menahan emosinya. Napasnya tersenggal-senggal. Keringatnya bercucur lebih deras, ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

Tak lama kemudian, Reyhan mengambil sebatang rokok dari dalam laci. Ia membakarnya kemudian menghisapnya dengan senyum sinis. Pipi memerah karena tamparan Arman. Reyhan duduk di ambang jendela sambil menikmati angin yang datang dengan isapan rokok di hampir setiap detik.
Jika bukan karena bundanya, mungkin Reyhan sudah tidak tinggal di rumah itu bersama ayah dan ibu tirinya. Untunglah, Reyhan selalu mengingat perintah sang ibunda. Ingin rasanya Reyhan menangis, tapi tidak, dia bukan tipe cowok yang mudah menangis. Dia adalah adalah Reyhan Adelard Wijaya, seseorang yang selalu kuat dan menahan segala kepedihan.

Pukul 12 : 00 pm, cowok itu akhirnya tertidur pulas. Iya tak peduli akan seperti apa nasibnya di esok hari.

*******

Hi! Berharap kalian suka dengan cerita ini. Jangan lupa di Vote, koment dan rekomendasikan keteman2 kalian yah^^

Jangan lupa juga follow Author biar makin semangat lanjutin ceritanya🙂

Salam manis❤

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang