02. Minuman Sialan

24 0 0
                                    

Tiga orang cowok berjalan dikoridor sekolah, dua diantaranya menebar pesona kepada murid-murid khususnya pada murid cewek yang mereka lewati. Siapa lagi kalau bukan Reyhan dan kawan-kawan. Reyhan terus berjalan dengan pandangan lurus kedepan. Walaupun terlihat santai, ia terlihat seperti model yang sedang berjalan di red carpet. Tentu siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona, belum lagi pahatan wajahnya yang nyaris sempurna. Tapi walaupun begitu, Reyhan adalah most wanted disekolahnya. Ia banyak ditakuti oleh murid-murid Trisakti. Perlakuannya yang kasar dan pemberontak adalah point mines untuk Reyhan.

Brak!

Reyhan menendang pintu kelas cukup keras, ia dan kawan-kawannya mengambil posisi duduk dipojok.
Tak lama kemudian, gadis berambut panjang melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas. Ia gadis yang pendiam dan tidak mempunyai teman sama sekali. Ia adalah Rasya, murid yang selalu diperalat Reyhan untuk apapun, mulai dari mengerjakan tugas, mengerjakan piket, membeli makanan hingga bahkan dibully habis-habisan. Itu sudah menjadi makanan Rasya sejak masuk dan mengenal Reyhan. Tak ada rasa kasihan selama dua tahun untuk gadis itu. Tapi tak masalah bagi Rasya, jika ingin marah pun juga percuma, toh, Rasya juga tidak akan berani melawan mereka. Guru BK saja sudah bosan memanggil cowok itu keruangannya, ujung-ujungnya pasti akan diselesaikan dengan uang.

"Lo!" Reyhan menunjuk gadis itu,. Yah, siapa lagi kalau bukan Rasya.

Rasya menoleh kekanan dan kekiri, ia memastikan bahwa dirinya lah yang ditunjuk sang mos wanted disana.

"Gue?" Rasya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, elo, dasar budeg!"

"Ada apa?" Tanya Rasya.

"Beliin gue minuman dingin."

"Tapi gue gak punya uang," jujur Rasya.

"Dasar miskin! Nih, duit." Reyhan melempar uang seratus ribu kearah Rasya. Rasya melihat lembaran uang itu menyentuh lantai. Sangat tidak sopan. Dengan perasaan agak takut, gadis itu menunduk dan mengambil uang tersebut lalu segera ke kantin sekolah.

"Dasar, cewek sialan." Ucap Reyhan. Rasya yang mendengar itu mengepal uang kertas yang ada ditangannya sangat erat, ingin rasanya Rasya marah tapi itu tidak mungkin terjadi,  apalagi cowok itu sangat kuat ditambah lagi teman-temannya yang banyak.

*******

Rasya mengambil minuman dingin langsung dari kulkas, tapi sialnya, ia harus mengantri untuk membayar dan Rasya berada diantrian paling akhir. Sudah sepuluh menit Rasya berdiri diantrian itu, ia mulai khawatir, khawatir jika cowok itu menyakitinya lagi. Tapi apa boleh buat, itu adalah makanan Rasya setiap hari.

"Terima kasih." Akhirnya gadis malang itu mendapat giliran untuk membayar minuman yang ia beli. Dengan cepat Rasya berlari agar minuman dingin itu segera tiba dipemiliknya.

Lagi-lagi, nafas gadis itu tersenggal-senggal karena berlari. "Maaf, lama. Ini minumannya," Rasya memberikan  minuman itu dan sang pemilik segera menerimanya.

Tapi,

Brukh

Reyhan melempar minuman itu dengan keras hingga mengenai tangan Rasya. Rasya meringis kesakitan, ia langsung memegang tangannya, ia tertunduk mengahan rasa sakit ditangannya.

"TADI GUE BILANG APA?! LO BUDEG? HAH?! GUE BILANG MINUMAN DINGIN! TAPI APA YANG LO BAWA? MINUMAN APA ITU? GAK ADA DINGINNYA SAMA SEKALI!" Reyhan membentak Rasya, cowok itu sangat cepat emosi. Kini mereka menjadi pusat perhatian di kelas.

"Tapi tadinantriannya panjang jadi minumannya udah gak dingin lagi," ucap Rasya berusaha membela diri.

"Berani lo ngebantah?!" Balas Reyhan dengan nada suara yang tinggi. Sontak Rasya menggeleng.

Reyhan meninggalkan kelas dan disusul oleh temannya yang lain.

Siapa yang berani membalas cowok itu jika sedang marah?  Tentu tidak ada, semua murid takut padanya.

Rasya tetap menunduk. Malu? Tentu saja ia merasa  malu. Siapa yang tidak malu jika dibentak didepan umum seperti itu. Tapi sepertinya, Rasya sudah terbiasa dipermalukan seperti itu. Dan teman kelasnya adalah penonton setia.

Rasya meninggalkan kelas, ia melangkahkan kakinya menuju wc umum khusus wanita disekolah itu. Ia  membasuh wajahnya berusaha tidak menangis. Ia bercermin dan berbicara pada dirinya sendiri.

"Serendah itu yah harga diri gue didepan mereka?" Rasya terus memandangi wajahnya. Tapi sayang, pertahanannya runtuh, air matanya justru mengalir jatuh bercucuran. Ditambah rasa sakit ditangan gadis malang  itu menambah rasa sakit dihatinya. Cukup! Cukup sudah ia menangis. Ia kembali membasuh wajahnya dan juga membasuh tangannya. Terlihat jelas disana tangannya memerah dan mulai bengkak. Rasya meringis kesakitan saat menyentuh bagian yang membengkak.

Rasya meninggalkan tempat lembab itu. Ia melangkahkan kakinya berniat kembali ke kelas.

Tapi, seseorang menariknya dari samping.

"Ryan?" Dia adalah Ryan Andrean, salah satu teman tongkrongan bahkan sahabat Reyhan. Ia adalah salah satu cowok populer disekolahnya setelah Reyhan.

"Mana tangan lo yang sakit?" Tanyanya.

"Gakpapa, gue gakpapa." Elak Rasya.

"Lo gak usah bohong, gue liat jelas tadi tangan lo kena botol lemparan Reyhan."

Karena keras kepala, Ryan langsung meraih tangan Rasya kemudian mengompresnya dengan es batu yang sudah ia persiapkan. Rasya terus menatap cowok itu, ia bahkan tak mengerti apa yang sedang terjadi padanya.

"Lo, kenapa?..." Rasya mengantungkan pertanyaannya. Ia menggigit bibir bawahnya sedikit khawatir.

"Kenapa apanya?" Tanya Ryan yang dibuat bingung oleh Rasya.

"Lo kenapa mau obatin tangan gue?" Tanya Rasya dengan sisa keberaniannya.

"Gue tau itu sakit, lo gak bakal tahan kalau didiemin terlalu lama tanpa dikompres. Lo mau tangan lo makin bengkak terus gak bisa nulis?" Jelas Ryan, sontak Rasya menggeleng.

"Sakit, Yan." Jujur Rasya.

"Gue tau, gue juga yakin Reyhan gak sengaja dan gak ada niat buat lo kesakitan kayak gini. Gue tau Reyhan orangnya kayak gimana. Dia itu gak berani main fisik sama cewek."

"Hmm." Rasya tertunduk.

"Udah, kalau gitu gue cabut dulu." Ryan berdiri dan beranjak dari hadapan Rasya.

"Ryan!" Panggil Rasya, Ryan menoleh.
"Makasih." Lanjut Rasya tersenyum kaku.

Kamu datang disaat aku butuh. Tapi kamu adalah bagian dari pusat rasa sakit yang aku rasa. Jangan membuatku bingung. Tapi aku percaya kamu orang baik.

******

Masih santai yah...

Jika kalian suka cerita ini, jangan lupa untuk tinggalin jejak.
Vote yah^^

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang