1. Yang Baik

754 193 16
                                    

"Gak tau kamu sukanya apa, katanya lagi pengen yang panas-panas." dia bilang.

"Apa aja suka da." kujawab.

"Kalo sama saya?" tanyanya.

"Hah?" aku menoleh.

Dia malah ketawa, "Enggak, ah." lanjutnya.

Seperti yang sudah kuceritakan, Bayu itu teman A Winan, usianya lebih tua dari kakakku. Lebih lengkapnya dulu A Winan bersekolah di SMP-SMA yang satu lingkungan dan begitu pula Bayu. Mereka saling mengenal sejak SMP, setauku, yang artinya bisa saja Bayu juga sudah tau aku sejak aku SD.

"Saya seneng kalo ke rumah kamu." katanya tiba-tiba.

"Kenapa?" kutanya.

"Rame."

"Emangnya rumahmu enggak?" tadinya mau kutanya begitu, namun kuurungkan. Dia tersenyum tipis dengan pandangan seperti sedang menerawang.

"Keluarga saya semuanya masing-masing."







Aku ingat dulu waktu aku awal-awal masuk SMA, saat itu Bayu sudah kuliah di Jepang. Setauku A Winan gak punya banyak teman, makanya selama itu juga selain kegiatan kampus biasanya dia cuma diam di rumah atau teman-teman kampusnya ke rumah. Saat itu pernah tiba-tiba ada yang kirim aku pesan, ngajak kenalan, yang ternyata itu Bayu. Dia kadang bertanya soal bagaimana kabarku dan kalau pulang, Bayu selalu bawa sesuatu buatku. Kejadian itu sesuai sama apa yang pernah A Winan bilang dulu,

"Si Bayu mah aneh, inget kamu terus." kata A Winan.

"Inget aku gimana?" kutanya.

"Iya kalo ada apa-apa pasti gini 'Anya sukanya apa?', 'Win, buat Anya', 'Ini Win, nitip buat Anya', atau 'Kalo yang kayak gini Anya suka, gak? gitu."

Aku diam waktu itu, bingung harus jawab apa.

"Bukannya dia juga punya adik cewek?" tanyaku lagi.

Sebab saat itu kupikir Bayu bersikap begitu padaku karena merasa aku seperti adik buatnya.

A Winan mengangguk, "Gak deket, jarang ngobrol di rumahnya juga."







Kembali ke masa kini, bisa dibilang Bayu sering menemuiku diluar sebagai sisi yang lain karena biasanya dia menemui A Winan. Kalau sekarang meneimuiku bukan cuma alasan katanya, melainkan tujuan. Tentu keluargaku gak masalah akan hal itu karena kau tau Mama senang pada Bayu. Di satu hari dia pernah mengirimi aku pesan sekaligus foto.







bayu

| [ picture ]

| Mau pergi kesini tapi gak ada temen
15:12

biasa juga sama a winan |
15:13

| Saya pengen sama kamu sih
| Kalo kamu berkenan
15:14

Waktu itu aku sebenernya sedang bosen banget, setiap weekend juga kebanyakan cuma diam di rumah. Akhirnya aku iyakan.

oke |
hari apa |
15:17

| Kamu mau?
| Serius?
15:18

iya ayo |
15:19

| Minggu siang saya jemput ya

| Makasih ya anya
15:19

iyaa santai aja |
15:22







Begitu hari Minggu tiba jelas Mama kelihatan senang adanya. Seperti yang kuceritakan di Sepuluh Ribu Senja, Mama selalu bersemangat menyangkut hal-hal yang melibatkan aku dan Bayu didalamnya. Jelasnya, sebab Mama senang aku dekat sama Bayu.

Hari Minggu itu Bayu kelihatan grogi entah kenapa. Padahal sebelumnya sudah pernah pergi denganku juga. Dia datang pakai pakaian rapi. Dengan atasan kemeja santai yang kainnya kelihatan jatuh dan dingin.

"Kamu cantik."

Aku menoleh, "Makasih. Kamu juga."

"Saya cantik?" dia agak ketawa.

Aku mengangguk.

"Makasih."

Aku gak bohong, Bayu itu bisa dibilang cantik sebetulnya. Apalagi karena rambutnya jabrik hampir sebahu. Ngomong-ngomong, Bayu gak mau kupanggil Kak atau A. Dia bilang dia lebih suka aku panggil namanya langsung atau panggil kamu saja meski tentu dia lebih tua dari A Winan dan aku.

Hari itu kami pergi ke tempat yang Bayu kasih tau. Bukan main tempatnya cocok buat mendinginkan kepala. Rasanya enak saja, atau mungkin aku sedang banyak pikiran akhir-akhir itu.

"Anya,"

Aku menoleh.

"Saya gak tau harus ngomong apa lagi, saya tau kamu tau." katanya.

"Apa?" kutanya.

"Saya mau kamu." katanya.

Menjadi BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang