7. Nyaris Tanpa Cela (🎵)

642 167 40
                                    

🎶 Ikat Aku Di Tulang Belikatmu - Sal Priadi




















"Berarti sekarang ini aku lagi gak mau banyak minta. Udah itu aja. Aku pasti bilang kalo ada yang aku gak suka. Selama kenal kamu aku terus tau kamu luar dan dalamnya, jelas aku belajar gimana aku harus bersikap sebaiknya."

"Ini bukan soal sikap, Bayu. Duh, apa, ya ... kamu juga gak pernah bilang ini, gimana aku bisa tau?" kataku.

"Iyaaa, ngerti. Berarti sekarang ini waktunya aku bilang. Kayak yang sepele tadi, kok aku bisa aja gak suka tapi tetep makan karena kamu makan. Karena buat aku itu bukan apa-apa. Aku bisa makan yang aku mau kapan aja, sendiri, sama temen juga bisa. Itu kenapa kalo sama kamu, aku maunya ngikutin kamu. Ngikutin maunya kamu buat aku sama kayak ngelakuin apa yang aku mau."

Aku diam, berpikir. Masa sih? Aku menelisik wajahnya mencari jejak yang membuatku berpikir rautnya dibuat pura-pura karena dia sedang malas bicara dan berpikir aku ngajak dia berdebat saja. Namun gak ada, air mukanya biasa saja dan aku selalu bisa merasakan kalau dia memang jujur orangnya.

Mungkin betul juga, selama ini kupikir Bayu begitu karena gak mau bikin aku gak enak atau bete. Kupikir dia memang tipe orang yang mudah dikendalikan dan kalau sudah bosan pasti berusaha melepaskan diri pelan-pelan. Namun ternyata, dia lebih dari itu. Lebih dari apa-apa yang kupikirkan dan kuperkirakan.

"Aku takut jadi beban karena kamu tau aku orangnya suka mendominasi. Kamu ngerasa banyak aku atur gak?" tanyaku.

"Enggak."

"Jujur."

"Enggak, cantik. Duarius."

"Kurang, ah."

"Dua jutarius."

Aku mengalihkan pandangan, dia malah terkekeh.

"Gak boleh lagi jadi pikiran. Jangan mikir aku keberatan atau ngerasa diatur karena aku gak banyak minta, ya? Enggak, aku gak ngerasa diatur, gak ngerasa kamu ngatur juga. Jangan mikir kamu jadi beban buat aku. Eh, beban dari mana? Gak pernah." jelasnya, dengan tangan yang sudah lebih dulu berjalan pada kepalaku.

Tangannya mengelus pelan kemudian bergerak mengiringku menoleh padanya setelah itu.

"Maaf ya aku gak pernah ngobrol jadi kamu mikirnya kemana-mana. Kedepannya aku bakal bilang. Jangan dipikirin lagi, ya?" sambungnya.

Benar 'kan yang kubilang, dia ini gak bisa ditebak, atau aku aja payah gak cukup mengenali itu lewat sikapnya. Namun jujur saja sebelumnya aku gak pernah menjalin hubungan yang love languagenya seperti ini. Baru kali ini, dan aku sadar kalo aku senang mengatur tapi gak mau terus-terusan aku juga yang mengatur. Namun ternyata Bayu sama sekali gak merasa diatur.






Saat itu yang ada di kepalaku cuma,

"Dia jujur gak, ya?"

"Kok dia baik banget."

"Aku kayaknya gak layak buat Bayu."

"Aku sayang dia banget."

"Harusnya Bayu dapet yang lebih dari aku."

"Kok selama itu dia malah nunggu aku?" Kayak gitu.






"Mikirin apa lagi, cantik?"

"Enggak." emang keliatan?

"Enggak kok kerung*?"
raut ketika dua alis beradu*

"Emang aku kerung*?"

"Emang enggak?" balasnya "Liat aja itu alisnya, bibirnya juga."

Aku jadi cemberut betulan, dia merentangkan lengan. Aku mendekat dan menenggelamkan wajah kemudian.

"Kamu kok gak pernah marah?"

"Masa harus tiba-tiba marah?"

"Ya gak harus juga tiba-tiba juga."

Dia agak mundur kemudian menunduk menatapku, "Ya udah nanti aku marah-marah, nanti aku kasih tau ya jadi kamu siap-siap."

"Gak gitu!" dia, ini, kenapa, sih? Aku jadi ketawa.

"Ya kamu nanyanya aneh-aneh. Mau aku marahin?" dia ikut ketawa.

Aku mengangguk, "Gak apa-apa sekali marahin aja."

Dia malah melotot kelihatan heran sambil masih ketawa. Kulingkarkan lengan di lehernya.

"Udah, udah. Nanti tetangga kamu ada yang liat dikiranya mau ngapa-ngapain."

"Kaca mobil kamu 'kan gelap. Jadi gak apa-apa kalo mau ngapa-ngapain."

"Anya!"

"Hereuy, ih."
Bercanda, ih.

"Kalo aku maunya beneran gimana?"

"Gak mau!" kataku.

"Makanya jangan ngomong gitu!"

Aku mendelik sengaja.

"Parfum kamu ganti?" kutanya.

Dia mengendus bahu kirinya, "Emang dari tadi gak kecium?"

"Kecium makanya nanya."

"Kirain baru kecium barusan. Suka?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Mau?"

"Enggak."

"Enggak bohong?"

Aku mengangguk lagi.

"Tuh ambil di belakang, atau nanti aja aku beliin yang baru-"

"Gak mau, mau yang ini." tanganku sudah mencar duluan.

"Ya udah pake aja."

Begitulah singkatnya aku terus mengenal Bayu, lebih dari yang dikatakan A Winan, lebih dari yang Mama inginkan, lebih dari yang orang lain tau, dan akan selalu lebih dari apa yang aku mau.
























Menjadi Baik
bluehanabi

Sepuluh tahun lalu dan setelahnya, seterusnya, selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepuluh tahun lalu dan setelahnya, seterusnya, selamanya.

Tamat

Menjadi BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang