Chapter9

1.4K 95 8
                                    

Siapa Lele? Lele dilalapan? Bingung Adi sambil Melamun dan tidak menyadari ada sesorang yang menyebrang

Daann....

Braaakkkkk

"kucing kucing dah itu yakin ggue, adohhhh." kata Adi sambil turun dari mobil untuk melihat apa yang ia tabrak.

"Namira?" lanjut Adi setelah melihat yang ia tabrak ternyata Namira. "Kamu kenapa duduk di aspal gitu? Mau ngemis? Atau mau ngesot? " cerocos Adi tanpa lelah.

Sedangkan yang diajak berbicara hanya terbengong melihat bos kurang ajarnya ini yang menabraknya ditambah lagi orang tersebut tidak berhenti berbicara sendiri.  Aneh pikirnya.

"Eehh sini saya bantu, kebiasaan melamun kamu itu harusnya dibuang jauh-jauh Namira. Lihat untuk yang punya mobil saya coba kalo orang lain, yang ada kamu bakalan di maki-maki karna nyebarang gajelas di malam hari gini. Dan juga untung mobil saya ga lecet yang mana saya yakin kamu gabisa ganti kan? kan? ngakuuu." berondong Adi sambil membantu Namira bangkit dan membawanya ke pinggir jalan agar tidak menganggu pengendara lainnya.

Namira yang lagi-lagi bingung dengan tingkah orang yang sedang menuntunnya ini hanya bisa mencoba untuk menutup telinganya untuk tidak mendengar perkataan yang tidak ada bobotnya sama sekali. Padahal yang melamun ada dia sendiri kenapa menyalahkannya, memang aneh.

"Heyy, kamu gapapa kan kenapa diem dari tadi? Ada yang sakit? Ayo aku anter ke rumah sakit." sambil mencoba untuk membangunkan Namira dari keterkejutannya.

"eeee, saya gapapa bapak saya pergi dulu Makasi." sambil langsung menyebrang kembali untuk melanjutkan perjalanannya dan berusaha menjauh dari Adi karna ia saat ini tidak sedang sendiri. Untung ia langsung tersadar bahwa saat ini ia sedang pergi membeli ayam bersama Lea yang dimana Adi tidak boleh bertemu dengan Lea, belum saatnya bahkan ia berpikir untuk tidak mempertemukan mereka berdua selamanya. Namun lagi-lagi keadaan yang mengharuskannya untuk tetap tinggal di dekat ataupun sekitar Adi.

Sedangkan di sebrang jalan, Adi masih melamun karna Namira menghilang dengan cepat karna saat ingin menyusul tadi ia terhalang oleh kendaraan yang melintas yang menyebabkan ia tidak bisa menyebrang. Lalu dirasakan getaran dari kanton celana kerjanya, Telpon dari Leo kembali. Saat ingin menjawab telpon sudah diputus dari si penelpon, membuat Adi bergegas untuk masuk mobil dan menuju pulang kerumah.

+++

Sampai rumah, Adi langsung memasuki rumahnya untuk mencari anaknya yang sedang menangis dengan keras bagaimana tidak keras suara itu sudah terdengar dari pintu masuk. Ntah apa yang sedang merasuki anaknya itu hingga menangis dengan keras.

"Leo" Panggil Adi sambil membuka pintu kamar anaknya itu.

"Addoohhh, kenapa nangis gini Leo? kenapa bilang, ada yang ganggu kamu disekolah? atau bibik jahatin kamu? kamu dicubit atau dipukul? atau gak dikasih makan? ayo bilang sama Daddyy." lagi lagi dan lagi dengan nyerocos tanpa memberi jeda.

Dan hebatnya lagi tangis mengglegar Leo langsung berhenti hanya dengan pertanyaan dari Ayahnya itu, tetapi langsung digantikan dengan tatapan kesalnya itu walaupun tertutupi oleh sisa air matanya yang dimana malah terlihat semakin menggemaskan.

"PAPAAAAAA" akhirnya keluar sudah suara toa itu dari bibir kecil Leo, bagaimana tidak kesal Ayahnya ini memang gila ia sedang galau berat bagaimana bisa ayahnya ini berpikir begitu sempit seperti otaknya sendiri.

"AAAWWW, kenapa teriak disamping telinga Daddy sihh. Kamu jangan buat Daddy kesal yaa kalo butuh sesuatu itu ngomong jangan diem aja jangan nangis doang kamu ini laki apaan jangan buat yang lain ribet cuma karna ngurusin kamu doang yaa." Adi akhirnya jadi kesal sendiri karna telinganya yang berdengung sesudah mendengar teriakan Leo tadi dan juga ia sudah lelah karna bekerja tanpa henti sedari pagi.

"hiks hiks HUUAAAAA" dan kembali lagi Leo mengeluarkan tangisannya sambil berkata "Papaaa akuu lagi galau, kenapa malah marahin akuu. Aku juga capek nangis inii jangan marahinn akuu hueee"

"adduuuhhh, cup cup diem yaaa. Iya kenapa sini cerita sama Daddy kenapa nangis galau ginii." mau tidak mau Adi harus mengalah, padahal sebenarnya ia ingin mencaci anaknya ini masih kecil bagaimana bisa mengetahui kata galau apalagi merasakannya dasar.

"Okayyy, jadi beginiiii................"

+++

"Maaf yaa sayang, uang mama ternyata kurang untuk beliin kamu mainan itu maafin mama yaa besok kita kesini lagi untuk beli okay sayang." Yaaa Namira terpaksa berbohong kepada Lea, padahal sebenarnya ia tidak jadi membeli mainan tersebut karna ia sedang bersama Adi yang mana nanti jika ia tetap membeli akan muncul pertanyaan dari Adi yang mana ia yakini tidak akan bisa ia jawab.

"Mamaa, kan aku udah bilang gapapa tapi tadi aku liat mama ngomong sama om-om siapa itu maa?" tanya Lea dengan penasaran.

"Haaahh om?" jawab Namira sedikit bingung tapi setelah itu ia langsung tertawa, membayangkan bagaimana reaksi Adi jika Lea menyebutnya om. Tapi sedetikk kemudian ia terdiam murung, mengingat kembali pada kenangan terhadap kedua anaknya dimana saat itu merupakan masa-masa ia sangat-sangat terpuruk.

"Maahh"

"Iyaa sayang, maaf mama melamun iya itu teman mama di kantor."

"Ayoo kita pulang." sambil mengandeng kembali tangan Lea yang sempat terlepas karna ia sedikit melamun tadi.






"TBC?"

Vote&Komen!

Sekian Dan TerimaKasihhh




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY LOVELY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang