Ponsel berbunyi, seorang gadis yang tengah tertidur di taman dekat kampus tersentak ketika alarm yang sengaja ia setel membangunkannya dari mimpi indah. Ia meraih buku yang tergeletak di atas kursi di samping ia tertidur tadi, kemudian memasukkannya ke dalam tas. Segera ia berlari meninggalkan taman dan menuju kelasnya karena sebentar lagi Pak Surya akan memasuki kelas dan tak membiarkan mahasiswa yang terlambat untuk mengikuti perkuliahannya.
“Kamu dari mana?” tanya seorang gadis pada gadis cantik yang baru saja masuk ke dalam kelas.
Irada Kateera Larsen, wanita berparas ayu dengan rambut hitam panjang bergelombang yang terurai tengah mengatur napasnya yang terlihat ngos-ngosan. Kedua mata Kateera tak lepas dari seorang pria yang duduk di kursi pojok paling depan. Pria itu sedang sibuk membolak-balikkan buku di hadapannya.
“Katakan, kamu dari mana?” ulang Sachiya, sahabat Kateera.
Kateera tak menjawab. Ia tersenyum sembari membayangkan wajah tampan milik Leo Chuana Kenzi mendekat seraya tersenyum padanya. Sachi yang merasa terabaikan, ikut mengikuti arah pandang Kateera yang terus menatap punggung Kenzi.
“Ahhh. Patung museum,” ujar Sachi sembari menarik sudut bibirnya.
Kateera mengeeleng-gelengkan kepalanya. “Miss Seblak 2020, si cantik Kateera nggak suka dengan kata-katanya. Sachi nggak boleh ngomong seperti itu lagi, ya. Nggak baik menghina orang tampan seperti Kenzi,” pesan Kateera sok bijak.
Sachiya mendesah berat seraya ikut geleng-geleng melihat tingkat aneh Kateera. Gadis itu seperti orang yang sudah kehilangan akal. Pesona Kenzi telah mempengaruhi otak dan hatinya.
“Mau kemana?” tanya Sachi saat melihat Kateera berdiri secara tiba-tiba.
“Ke tempat Kenzi, Sachi diam di sini saja,” jawab Katee.
Sachiya melongo, mulutnya terbuka lebar. Sahabatnya itu mungkin sudah tidak waras lagi. Bagaimana bisa ada perempuan seperti Kateera yang masih memiliki muka setelah berkali-kali di tolak pria itu? Sachi masih ingat dengan jelas, perjuangan Katee dari SMA untuk mendapatkan hati Kenzi masih belum membuahkan hasil sampai sekarang. Sachi dan yang lainnya jadi ragu, apakah Kenzi itu pria normal atau tidak?
“Bagaimana orang seperti Kenzi bisa ada di dunia ini?” Sachi bergumam pelan.
Sachi meluruskan pandangannya, ingin melihat aksi Katee yang memalukan. Sachi berani bertaruh bahwa Katee akan kembali ditolak oleh Kenzi untuk yang ke seribu lima ratus kalinya.
***
Kateera berjalan mendekati Kenzi yang masih fokus pada bukunya. Katee menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia berdiri di depan Kenzi yang masih tidak menyadari kedatangannya.
Kateera mengembangkan kedua sudut bibirnya, melihat wajah Kenzi dari dekat saja sudah membuat hatinya meloncat tak karuan.
“Ken, bisa kita bicara sebentar?” tanya Kateera sembari meremas jemarinya sendiri.
Kateera menunggu, tak ada jawaban dan reaksi apa pun dari Kenzi. Sachi juga melihat dari kejauhan, menatap iba pada sahabatnya yang lagi-lagi diabaikan. Namun, bukan Kateera namanya jika ia menyerah sekarang. Semua usahanya dari SMA untuk mendapatkan hati Kenzi akan sia-sia.
“Leo Chuana Kenzi, apakah anda memiliki waktu untuk berbicara denganku sebentar?” tanya Kateera sekali lagi dengan suara meninggi.
Katee mendecak kesal, begitu juga Sachi yang semakin menatap benci padanya. Pria itu sama sekali tak mempedulikan Kateera yang menatapnya tajam. Sebuah ide muncul begitu saja di benaknya. Katee tersenyum, ia memandang Kenzi lekat. Kateera menarik buku Kenzi dan melemparnya keluar. Hal itu berhasil membuat Kenzi terlonjak kaget sekaligus marah padanya.
“Apa yang lo lakukan?” tanya Kenzi yang berdiri dari duduknya.
Kateera menelan ludahnya sendiri, tak menyangka aksinya akan membuat Kenzi semarah ini. Padahal, Katee hanya ingin berbicara dengannya sebentar.
“M-maaf, Ken. Aku cuma ingin bicara denganmu sebentar,” jawab Katee yang menundukkan kepalanya.
Kenzi menatap aneh gadis yang berdiri dengan gemetar di hadapannya. Pria itu tak habis pikir dengan jalan pikirannya yang tak pernah berubah. Kenzi memilih beranjak dan memungut bukunya kembali, membiarkan Kateera berdiri tanpa kepastian darinya.
“Ken, kenapa sikapmu sedingin ini. Dari zamannya Sachi jadi Miss Ketoprak se-Rt hingga sekarang dinobatkan jadi Miss Seblak, sifat Kenzi tetap sama. Di situ kadang Katee merasa terheran,” ucapnya sedikit mengiba.
Kenzi tak menghiraukan gadis itu. Ia kembali duduk di kursinya tanpa memandang sedikit pun ke arah Katee. Sachi berdiri, mendekati Katee yang kembali dipermalukan oleh pria itu.
“Sudahlah. Percuma juga kamu bicara sama patung museum itu, nggak akan ditanggapi sama dia,” sindir Sachi yang menatap Kenzi tajam.
Kenzi juga tak mempedulikan Sachi, ia kembali membuka bukunya dan membiarkan kedua gadis di hadapannya menatap dengan tatapan tajam. Sachi menunjukkan raut kesal, kedua tangannya berkacak pinggang.
“Gue sumpahin lo jomblo seumur hidup.” Kateera terkejut mendengar ucapan Sachi dan segera menarik tangan sahabatnya untuk menjauh dari Kenzi.
“Sachi apaan, sih. Nyumpahin orang gitu banget. Katee nggak terima, Sachi harus menarik ucapan Sachi tadi. Kalau Kenzi jomblo seumur hidup, berarti Katee nggak bisa, dong, dapetin hatinya,” ujar Kateera panjang lebar.
Sachi menarik napas berat, ia menatap sahabatnya yang terus saja memandang Kenzi dari belakang. Bayangkan saja jika Kenzi pria normal, pasti ia sudah memiliki pacar saat ini. Jangankan pacar setidaknya gebetan lah. Setiap wanita yang mau mendekatinya, pria itu selalu memasang raut wajah tak senang. Otomatis para wanita itu memilih mundur dari pada harus berjuang untuk seorang patung yang tak mau bicara sepertinya. Hanya Kateera yang sampai saat ini masih berjuang.
“Salah apa gue sampai punya sahabat kayak lo,” geram Sachi, sementara Kateera tersenyum manis.
“Sachi nggak salah, mungkin karena Katee terlalu cantik makanya Kenzi bersikap seperti itu,” ujarnya tak berdosa.
Sachi hanya bisa menarik napas berat, menahan emosi karena tingkah Katee yang terlalu menggemaskan. Ia memilih duduk dengan wajah lesu dan terasa sulit bernapas. Kateera juga kembali duduk sembari memandang wajah tampan milik Kenzi tanpa mengurangi senyuman di wajahnya.
***
Dosen filsafat berhalangan hadir, hanya mengirim asistennya untuk memberikan tugas pada mahasiswanya. Sachi hendak menuju perpustakaan, tempat biasanya ia menghabiskan waktu sebelum pergantian dosen. Namun, hari ini ia terpaksa mengikuti permintaan Kateera saat hendak ke luar dari ruang kelas.
“Nggak mau, Kat. Sachi mau baca buku aja di perpus,” tolaknya lagi.
“Ayolah, Kenzi lagi di kantin sekarang. Sachi nggak mau ‘kan liat Katee kehilangan Kenzi? Gimana nanti Ken diambil orang? Sachi mau tanggung jawab?” racaunya panjang lebar.
Sachi tak mempedulikan itu, ia terus saja berjalan untuk menuju perpustakaan. Namun, bukan Kateera namanya jika ia tak bisa membawa Sachi ke tempat tujuannya.
“Nggak mau, Kat. Kamu aja ke sana sendirian, jangan ajak Sachi.”
Kateera tak mau mendengar penolakan dari Sachi. Ia terus saja menyeret tangan gadis itu menuju kantin tanpa mempedulikan tatapan horor yang dilayangkan oleh Sachiya. Setibanya di kantin, Kateera celingukan mencari sosok Kenzi. Pria yang terkenal dengan sifat arogannya itu tampak duduk sendirian sembari makan bakso favoritnya.
Kateera tersenyum, hendak mendekati. Namun, langkahnya kembali mundur saat melihat Namira—primadona kampus yang duduk di hadapan Kenzi. Sachi tersenyum melihat Kateera yang cemberut. Ia tahu ini akan terjadi. Sudah berkali-kali Sachi berusaha untuk memberitahu sahabatnya itu, tapi Kateera tetap tak peduli.
“Mending ke perpustakaan, tenang dan adem. Dari pada di sini, bikin nyesek dan hati panas,” ujarnya yang membuat Kateera semakin cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Love You
RomanceBertahun-tahun lamanya mengejar cinta seorang Kenzi, tak membuat Kateera menyerah meski sudah sering ditolak. Ia terus berusaha untuk mendapatkan hati pria yang sudah ia taksir sejak masih sekolah dulu. Kateera juga sama sekali tidak mempedulikan ta...