Konnichiwa From Another World

1.9K 187 560
                                    

Hey guys~ biasa. Otak tuh suka ada-ada aja idenya.

*Alur cerita ini mengambil waktu setelah Event LaDanMa. Yang dipakek ending 2. So, karakter yang ‘telah tiada’ tetap tiada. Sad

*Alur intinya pun dah biasa kalian temukan. Menggabungkan dua universe yang berbeda.

*Terus monmaap nih, kalo aku ga begitu tau panggilan karakter danmaca satu sama lain setelah ending.

*Kalian hanya perlu membaca relax :") aku ga menggunakan unsur kekerasan apapun yang biasanya aku pakai :P anggap aja mereka tuh lagi field trip ke dimensi lain.

Cuss~ selamat menikmati.

.

.

.

Dataran di bawah Ark.

"Horca..  Tidak biasanya kau mengunjungi markas Rebellion tiga kali dalam seminggu.  Apa kau begitu merindukan kami?" Lelaki bersurai hijau penggemar bubuk mesiu itu mendengus sembari memberikan tamunya cengiran lebar.

Horca berdecak, melirikan mata kearah Cura yang masih berkutat dengan segala alat peledaknya "Berbicaralah semaumu, Cura.  Aku tidak peduli selama aku bisa mendapatkan makanan dengan gratis di tempat ini"

Cura memutar bola matanya ke lain arah.  Horca selalu memberikan alasan yang sama setiap kali mengunjugi 'wilayah'nya. Otaknya hanya dipenuhi kegiatan makan. Ia lalu mengedarkan pandangan ke dalam ruangan.  Senyuman kecil mulai tumbuh pada parasnya.

Cura tidak pernah membayangkan jika akan ada begitu banyak orang dari berbagai asal berkumpul bersamanya.

Selain Horca yang kini membantu mereka menjaga perbatasan wilayah Rebellion,  tiga manusia 'tertua' duduk tak jauh darinya.  Masih dengan anggota yang sama, yaitu Kuon, Kabane dan Konoe.

Cura selalu terkekeh setiap kali melihat paras penuh kerutan milik Kabane. Berpikir jika,  apakah tak ada satupun hal yang membuatnya tertawa riang? Bahkan ketika Kuon dan Konoe kerap kali menghiburnya dengan melakukan hal-hal konyol, reaksi yang paling diingatnya hanyalah dehuman kecil.

Manik hijau bergerak kembali.  Kini berhenti pada mereka yang 'turun tahta' bergabung dengan kelompoknya. Reue,  Leiden dan Qual. Ketiganya hanya saling bercengkrama satu sama lain.  Membicarakan kebodohan mereka yang pernah mendukung aksi diluar nalar pimpinan gereja Nerve. Setelah batin mereka tersadar jika memilih jalan yang salah,  keputusan keluar dari belenggu Ark lah pilihannya.

Cura tersentak ketika tangan ramping itu menempel pada bahunya.  Menolehkan kepala pada lelaki bersurai mint yang kurang lebih sudah setahun berada dalam pengawasannya.  Janji Cura pada Libel akan selalu diingatnya. 

Memberikan lelaki di depannya saat ini sebuah kehidupan yang layak.

..Dan Cura akan menepatinya apapun yang terjadi.

Ia hanya berharap..  Libel dan Fuga dapat akrab kembali.

Meski dunia mereka kini berbeda.

"Wah.  Wah.  Tuan muda Arme ternyata" Cengir Cura jahil. Menggoda Arme adalah salah satu kegemarannya saat ini.

Arme memanyunkan bibirnya. Menyilangkan lengan di depan dadanya "Cura.  Aku tak suka panggilan itu.  Aku sudah katakan padamu beribu kali. Panggil aku Arme!  Hmfp!" Ujarnya menutup kalimat dengan membuang muka.

"Semuanya!" Suara lantang Horca menarik seluruh perhatian orang di dalam ruangan " Pemimpin Rebellion nomor 1 baru saja membuat tenshi marah! "

"Kau..!" Qual berdiri dan menghunuskan pedang yang masih digunakannya hingga sekarang kearah Cura ".. Jangan coba-coba mengusik ketenangan, Arme!"

Konnichiwa From Another World✔🔵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang